INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Opini

Bank Aceh Syariah Wajib Ambil Peranan Dalam Ketahanan Pangan

Last updated: Minggu, 7 Juni 2020 01:58 WIB
By Redaksi
Share
Lama Bacaan 8 Menit
Juanda Djamal
SHARE

Oleh: Juanda Djamal

“New Normal” kebijakan baru pemerintah setelah dua bulan hidup dalam keadaan lockdown yang membatasi ruang gerak dan aktfitas sosial-ekonomi masyarakat. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menjelaskan, new normal adalah perubahan perilaku di mana warga tetap bisa menjalankan aktivitasnya namun dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus corona.

Dr (cand) Yohandes Rabiqy
Aceh Kaya Energi, Tapi Miskin Otoritas

Fakta hari ini, secara nasional sudah terasa, tingkat pertumbuhan nasional pada kuartal I 2020 hanya mencapai 2,9 % sedangkan tahun 2019 mencapai 5,3 % pada kuartal I. Prediksi kuartal ke II akan tumbuh negatif, hal itu disampaikan oleh direktur utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Mirza Adityaswara, pertimbangannya pada kuartal II nyaris tidak ada kegiatan perekonomian sama sekali akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran covid-19.

- ADVERTISEMENT -

Khususnya Aceh, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 mencapai 3,7 %, tentunya lebih tinggi dibandingkan nasional. BPS Aceh menyebutkan, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Aceh, sebesar 1,7% atau senilai 32% dari total PDRB.

Tentunya, pertumbuhan ekonomi Aceh pada kuartal I 2020, tingkat dampak pandemi covid 19 belumlah berpengaruh sampai akhir Maret 2020. Akan tetapi aktifitas ekonomi mulai menurun sejak senin, 30 maret 2020, diberlakukannya jam malam. Sektor perhotelan, transportasi, restaurant dan rumah makan, industri rumah tangga dan UMKM langsung terdampak. Perhotelan dan restaurant merumahkan tenaga kerja, selain pemberhentian tenaga kerja khususnya UMKM mulai macet dalam pemasaran, pendapatan usaha rumah makan dan warung kopi mengalami penurunan yang drastis. Untuk membangkitkan kembali dunia usah saat ini, itu perlu waktu yang lama, karena tingkat dampak sangat terstruktur dan berantai. Hanya saja, pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota harus dapat mengambil langkah untuk memastikan ketahanan pangan.

- ADVERTISEMENT -
Riza Syahputra
Fobia Terbesar Pejabat Indonesia: Bukan Neraka, Tapi Kehilangan Jabatan

Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan krisis pangan sudah mulai terasa pada Mei-Juni 2020. Kepala Ekonom FAO, Maximo Torero Cullen (bisnis.com) mengemukakan krisis pangan bisa dipicu antara lain terbatasnya jumlah pekerja di sektor pertanian akibat kebijakan karantina, produksi ternak pun berpotensi menurun karena gangguan logistik pakan. Untuk itu, setiap negara berupaya menjaga kelancaran rantai pasokan makanan, yang melibatkan interaksi di sektor pertanian mulai dari petani, benih, pupuk, anti-hama, pabrik pengolahan, pengiriman, hingga pedagang. Demikian juga di sektor peternakan dan perikanan, memiliki situasi yang hampir sama.

Pada rapat high level meeting (HLM) TPID se-Aceh semester I tahun 2020 yang diselenggarakan secara daring, 14 mei 2020. Plt gubernur Aceh menyampaikan agar SKPA, instansi vertikal, pemerintah Kabupaten/Kota, LSM agar fokus memersiapkan diri untuk menghadapi krisis pangan yang diperkirakan terjadi antara November 2020 – Januari 2021. Dalam enam bulan kedepan, kiranya dapat mempersiapkan langkah-langkah konkrit untuk memastikan ketahanan pangan, hanya produk pertanian (agribisnis) yang paling bisa diandalkan dan berharga, agribisnis mampu membuat masyarakat bertahan.

Sejauh ini, siapkah pemerintah Aceh membangun kerangka kerja strategis dalam membangun ketahanan pangan menghadapi pandemi Covid 19? Mengkaji beberapa kebijakan pemerintah selama ini, program dan anggaran untuk sektor agribisnis sudah sangat besar dialokasikan, akan tetapi capaian dan dampak program masih jauh dari harapan dan perencanaan.

dr. Suzanna Octiva SpKJ
Ketika Penjaga Kesehatan Aceh Bertahan Tanpa Kepastian

Kita melihat, pemerintah belum mampu menggerakkan pelaku swasta dalam menumbuhkan agribisnis. Kita bisa bayangkan, gabah padi saja bisa keluar Aceh dan setelah diolah menjadi beras dan tepung kembali lagi dijual di Aceh, nilai tambah dari sebuah produk tidak berputar di Aceh. Apalagi komoditi lainnya seperti jagung, kacang kedelai, produk-produk hortikultura, sayur-mayur, dan produk UMKM. Lebih parah lagi, jenis makanan bantuan sembako banyak diambil daripada produk luar seperti Indomie dan Sarden. Padahal UMKM Aceh sudah mampu memperoduksi beberapa produk ikan olahan yang sesuai dengan taste masyarakat seperti Keumamah dan lainnya.

- ADVERTISEMENT -

Kita melihat, pemerintah Aceh masih sebatas membangun wacana, akan tetapi rencana aksi tidak ada tindak lanjutnya, fakta lapangan uang kembali mengalir keluar Aceh. Upaya menggerakkan swasta untuk terlibat dalam meningtkatkan pertumbuhan ekonomi masih rendah, padahal ada Bank Aceh Syariah (BAS) yang merupakan bank milik pemerintah Aceh, semestinya didorong untuk terlibat dalam menghidupkan ekonomi di sektor produktif.

BAS wajib dukung agribisnis

Sejauh ini, skenario menghidupkan pembiayaan disektor produktif belum kelihatan, terutama setelah pertemuan High Level Meeting, 14 Mei 2020. Padahal mewakili BAS langsung dihadiri oleh Komisaris Mirza Tabhrani. Sejauh ini, tidak jelas kerangka BAS dalam menindaklanjuti kebijakan pemerintah Aceh dalam mengembangkan sektor agribisnis berkaitan dengan ketahanan pangan menghadapi pandemi Covid 19. Malah BAS melakukan kegiatan-kegiatan seremonial seperti bagi-bagi masker, penyemprotan disinfektan dan bagi sembako. Semestinya BAS dapat berperan lebih strategis dalam memastikan tetap terjaganya pergerakan dunia usaha di Aceh.

BAS jangan hanya mampu bertahan di wilayah aman dengan mempertahankan prestasinya dalam membiayai kredit konsumtif, utamanya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ingat, angka kemiskinan Aceh masih 15, 9 %, Banda Aceh dan Aceh Besar pun angka kemiskinan masih tinggi pula, yakni 6,78 % dan 13,59 %. Dari tahun ke tahun tidak ada kebijakan dan program yang dikembangkan oleh Bank Aceh Syariah (sebelumnya bank Aceh) yang relevan dengan kondisi kemiskinan daerah maupun kebijakan pengentasan kemiskinan pemerintah Aceh. Kita melihat kecenderungan, sebenarnya BAS ikut berkonstribusi pada bertahannya angka kemiskinan dan kebangkrutan ekonomi Aceh.

Pemerintah Aceh sebagai pemegang saham tersbesar harus segera mengevaluasikan keberadaan direksi Bank Aceh Syariah (BAS) karena sejauh ini belum mampu keluar dari zona nyaman (kredit konsumtif mencapai 85%) dan tidak ada inovasi program yang mereka bisa kembangkan untuk mengentaskan kemiskinan Aceh. Apalagi kita harapkan kerangka keterlibatan BAS dalam memastikan tumbuhnya sektor agribisnis Aceh guna mendukung ketahanan pangan menghadapi pandemi covid 19.

Plt Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah maupun Aminullah Usman walikota Banda Aceh jauh hari sudah menegaskan supaya Bak Aceh Syariah (BAS) dapat menjadi pelaku utama dalam mendukung UMKM, agribisnis, dan sektor produktif lainnya.

Selain BAS, keberadaan BPR Mustaqim Sukamakmur juga dapat diarahkan dalam mendukung UMKM dan agribisnis. Setahu penulis BPR Mustaqim pernah berhasil mengembangkan skema pembiayaan pada petani padi dan jagung, serta peternakan, namun dalam dua tahun terakhir keberadaan BPR Mustaqim juga mengalami kerugian. Berdasarkan laporan laman https://cfs.ojk.go.id/cfs perkembangan BPR Mustaqim dalam lima tahun terakhir juga terus mengalami penurunan antara lain keuntungan 2015 mencapai 4,8 M, 2016 dan 2017 turun ke 3,2 M, selanjutnya hanya memperoleh 2,6 M di tahun 2018 dan tahun 2019 anjlok ke Rp 1,1 miliar.

Plt Gubernur sebagai pemegang saham terbesar di BAS dan bahkan pemegang saha tunggal di BPR Mustaqim Sukamakmur harus segera melakukan evaluasi kedua institusi perbankan tersebut, supaya secepatnya dapat mereorientasikan skenario kedua Bank tersebut pada agenda penguatan UMKM dan agribisnis agar ketahanan Aceh dalam menghadapi pandemi Covid 19 berhasil dijalankan, sehingga Aceh menjadi negeri yang berdaulat dengan pangan, sekalipun dimasa wabah Covid 19.

*Penulis adalah Ketua Fraksi Partai Aceh, DPR Kabupaten Aceh Besar

Previous Article Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Aceh, Dyah Erti Idawati bersama Bupati Aceh Timur, Hasballah M Thaib menyerahkan bantuan sosial sekaligus menyosialisasikan pencegahan Covid-19 di Kantor Keuchik Gampong Rantau Panjang, Kecamatan Rantau Selamat, Aceh Timur, Sabtu (6/6) Istri Plt Gubernur Turun ke Gampong Sosialisasi Hidup Era ‘New Normal’
Next Article Img 20200607 Wa0001 Teungku Fakinah, Ulama Wanita dan Panglima Perang Aceh

Populer

Aceh
Dua Warga Aceh Terindikasi Corona, Bandara SIM Tak Periksa Suhu Tubuh Penumpang
Kamis, 2 April 2020
Aceh
KKP Banda Aceh Periksa Suhu Tubuh Penumpang di Pelabuhan Ulee Lheu
Kamis, 2 April 2020
Aceh
Genjot investasi, Wali Kota Undang Pengusaha dan BKPM-RI
Kamis, 2 April 2020
Aceh
Kewaspadaan Bersama Antisipasi Penyebaran Covid-19
Kamis, 2 April 2020
Aceh
Delapan Rumah Terbakar di Kutacane
Sabtu, 11 April 2020

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

Opini

Prabowo Perlu Belajar dari Sultan Iskandar Muda

Senin, 10 November 2025
Opini

Hukum yang Lupa pada Nurani

Sabtu, 8 November 2025
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Opini

Rotasi Pejabat, Stagnasi Abadi: BPKS Sabang Masih Berputar di Lingkaran Gagal

Kamis, 6 November 2025
Mirza Ferdian
Opini

Ketika Wakil Bupati Memukul, Etika Pemerintahan Tumbang

Sabtu, 1 November 2025
Delky Nofrizal Qutni
Opini

Menembus Geureutee, Menyingkap Geopolitik Sumber Daya Mineral Aceh

Jumat, 31 Oktober 2025
Mahmud Padang
Opini

Menanti KPK Basmi Agen Izin Usaha Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah

Jumat, 31 Oktober 2025
Riza Syahputra
Opini

Semua Orang Adalah Pelayan, Cuma Beda Siapa yang Dilayani

Kamis, 30 Oktober 2025
ejak Iwo Jima di Ujung Bara
Opini

Jejak Iwo Jima di Ujung Barat: Sabang dan Generasi yang Lupa Bermain di Tanah Sendiri

Sabtu, 25 Oktober 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?