INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Umum

15 Tahun Aceh Damai di Mata Sastrawan Indonesia

Last updated: Minggu, 25 Oktober 2020 10:28 WIB
By Redaksi
Share
Lama Bacaan 6 Menit
SHARE
Diskusi bertajuk ‘Aceh di Mata Sastrawan Indonesia’

Jakarta — Forum Jurnalis Aceh Jakarta (For-JAK) meluncurkan buku berjudul ‘Seperti Belanda: Dari Konflik Aceh ke MoU Helsinki, dibarengi dengan diskusi bertajuk “Aceh di Mata Sastrawan Indonesia”. Acara berlangsung secara virtual, Sabtu malam, 24 Oktober 2020.

“Aceh bagai sebuah negeri yang terpisah dari Nusantara, sebagaimana Papua yang bertubuh raksasa itu. Nama Aceh bagi saya ketika SD atau SMP memang terdengar religius dan memiliki pahlawan yang gagah berani meskipun di antara mereka adalah perempuan: Tjut Njak Dhien dan Tjut Meutia. Belanda tak pernah menang di sana,” kata sastrawan Kurnia Effendi saat menjadi pembicara dalam diskusi tersebut.

Pemerintah Aceh menjadi sorotan setelah melakukan pengadaan mobil mewah senilai Rp6,55 miliar untuk Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta.
BPPA Beli Mobil Dinas Mewah Rp6,5 Miliar untuk Pejabat Aceh di Jakarta

Kurnia turut prihatin dengan konflik disusul tsunami yang menerjang Aceh pada akhir 2004, sebelum berseminya damai. Masalah Aceh selama ini cenderung dilihat dari sisi politik saja.

- ADVERTISEMENT -

“Aceh yang digempur berbagai cobaan dan ujian sehingga lukanya tak pernah sembuh itu, lebih banyak dipandang dengan dan dari kacamata politik. Ada kepentingan-kepentingan yang seolah di luar jangkauan tangan sastra,” ujar penulis buku ‘Bercinta di Bawah Bulan’.

Kurnia menilai bahwa Aceh kaya akan sastra dan puisi. “Puisi di Aceh, menggurat dalam serupa luka yang membenam. Tidak tersembuhkan atau dengan kata lain, baik tersirat maupun tersurat, puisi tentang Aceh tentu tak akan habis dibaca zaman.”

- ADVERTISEMENT -
Utang Rp90 Juta Jadi Motif Tukang Bakso Tewas Ditembak di Lhokseumawe

Menurut Kurnia, puisi saja ternyata tak cukup untuk menggambarkan Aceh secara utuh.

“Aceh adalah puisi itu sendiri yang tubuh dan belulangnya sudah remuk berulang-ulang. Komunitas literasi tumbuh di mana-mana dan yang cukup ternama adalah Gapena. Di sana, pada sebuah malam, Leo Kristi menyampaikan kepada teman-teman penyair, bahwa karya yang baik akan bergema panjang. Saya kira, representasi Aceh dalam sejarahnya akan bergema lebih panjang lagi,” sebutnya.

Pengamat sosial politik sekaligus penikmat sastra Fachry Ali mengatakan bahwa ruang ekspresi yang berkembang di Aceh secara sosiologis menggambarkan situasi kesejarahan yang mengungkapkan dua jalur arus sejarah, politik dan ideologi.

Kapolres Lhokseumawe Lantik Kasat Reskrim, Kasat Intelkam dan 1 Kapolsek

Jalur politik dilihat dari benturan antara kekuatan di Aceh dengan di luar Aceh. Adapun puisi yang lahir akibat benturan politik dan ideologi ini menentukan cita rasa ungkapan khas Serambi Makkah seperti hikayat Prang Sabil.

- ADVERTISEMENT -

“Hikayat Prang Sabil yang kita tahu adalah respon intelektual keagamaan terhadap situasi peperangan Aceh, dimana Aceh pada waktu itu 1880-an hampir tidak punya kans untuk menang melawan Belanda yang dimulai 1873. Bahkan elit-elit penguasa Aceh sudah lebih memperlihatkan kecenderungan menyerah, yang tampil mengambil kepemimpinan itu adalah ulama,” kata Fachry yang juga tokoh Aceh di Jakarta ini.

“Dan ulama tidak punya modal lain kecuali agama. Hikayat prang sabil adalah respon keagamaan yang bersifat intelektual untuk memberikan jawaban terhadap realitas peperangan Aceh.”

Sementara penulis novel ‘Samudera Pasai’ Putra Gara mengapresiasi peluncuran buku ‘Seperti Belanda: Dari Konflik Aceh ke MoU Helsinki’.

Menulis Aceh kata dia memang tak pernah habis. Pasalnya, provinsi ujung barat Sumatera itu adalah narasi yang dimaknai menjadi sebuah ruhaniah.

“Konflik Aceh adalah kehidupan yang menjadi catatan tersendiri, karena saya pernah menulis di catatan lama bahwa saya membawa Aceh dalam sebongkah dendam yang nyata,” ungkapnya.

Dia berharap, buku antologi puisi ini dapat menampilkan keterbukaan Aceh meskipun lanjutnya, menulis Aceh tidak akan pernah selesai.

Dalam diskusi dipandu oleh sastrawan sekaligus Pembina For-JAK, Fikar W Eda, juga menghadirkan narasumber penyair dan penulis buku ‘Doa Ikan Kecil’ Ni Wayan Idayati.

Diskusi ini dibuka dengan pembacaan hikayat tentang Aceh oleh Agus Nuramal alias Agus PMTOH. Kemudian menampilkan testimoni dari beberapa sastrawan dan penyair ternama Indonesia terhadap buku ‘Seperti Belanda: Dari Konflik Aceh ke MoU Helsinki’.

Inisiator sekaligus PO peluncuran buku ‘Seperti Belanda: Dari Konflik Aceh ke MoU Helsinki’, Saifullah S alias Pilo Poly mengatakan, secara pribadi dan kelembagaan For-JAK mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung acara ini.

“Terima kasih kepada sponsor sehingga buku ini akhirnya tercetak bang Nasir Djamil, bang Hamdani Bantasyam, bang Teuku Dadek dan Badan Penghubung Pemerintah Aceh,” kata Pilo yang juga pengurus For-JAK.

Pilo juga menyampaikan hal serupa kepada pihak lainnya, terutama kepada inisiator buku ‘Seperti Belanda’ lainnya, yakni Murizal Hamzah karena pembuatan buku tersebut awalnya dari diskusi antara dirinya dan jurnalis Aceh tersebut.

“Juga kepada pemateri yang hebat-hebat, Putra Gara, bapak Fachry Ali, dan Mas Kurnia Effendi serta Ni Wayan Idayati dan moderator kita, bang Fikar W Eda,” kata dia.

Terima kasih pula disampaikan kepada seluruh pembaca puisi antara lain, Salma Yoga S mewakili Aceh, Raudah Jambak (Sumut), Dheni Kurnia (Riau), Syarifuddin Arifin (Sumut), Rida K. Liamsi (Kepri), Pringadi Abdi Surya (Sumsel), Willy Ana (Bengkulu), Irawan Sandhya Wiraatmadja (DKI Jakarta), D Zawawi Imron (Jawa Timur), Zulfaisal Putera (Kalimantan Selatan), dan Sonsonjan A. Khan (Brunai Darussalam). (IA)

Previous Article 39 Rumah Warga Komunitas Adat Terpencil di Pedalaman Aceh Barat Diresmikan
Next Article ASN Kemenag Aceh Dilarang Keluar Daerah Saat Libur dan Cuti Maulid

Populer

dr. Suzanna Octiva SpKJ
Opini
Ketika Penjaga Kesehatan Aceh Bertahan Tanpa Kepastian
Rabu, 12 November 2025
Dr (cand) Yohandes Rabiqy
Opini
Aceh Kaya Energi, Tapi Miskin Otoritas
Kamis, 13 November 2025
Siapa Andini Permata Videonya Berdurasi 2 Menit 31 Detik Bareng Adiknya Viral di Medsos
Umum
Siapa Andini Permata? Sosok Fiktif di Balik Video 2 Menit 31 Detik yang Jadi Umpan Penipuan Digital
Jumat, 11 Juli 2025
Viral Link Video Syakirah Versi Terbaru Berdurasi 16 Menit Beredar di X dan TikTok
Umum
Viral Link Video Syakirah Versi Terbaru Berdurasi 16 Menit Beredar di X dan TikTok
Rabu, 28 Mei 2025
Viral Link Video Andini Permata dan Bocil Bikin Heboh Warganet
Umum
Misteri Video Andini Permata dan ‘Bocil’: Viral Tanpa Identitas, Netizen Dibohongi?
Minggu, 6 Juli 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

Umum

Buntut Masalah di BSI, Pemerintah Pusat Diminta Salurkan Dana APBN Lewat Bank Aceh

Kamis, 13 November 2025
Umum

MaTA: Dua Hari Bahas KUA-PPAS, RAPBA 2026 Terancam Tak Berkualitas

Kamis, 13 November 2025
Umum

Pelaku Penembakan Tukang Bakso di Lhokseumawe Ditangkap

Kamis, 13 November 2025
PT Jasa Raharja Kantor Wilayah Aceh
Umum

Jasa Raharja Aceh: Denda SWDKLLJ Belum Termasuk Pemutihan Pajak Kendaraan

Kamis, 13 November 2025
Panitia Kerja (Panja) Pelestarian Cagar Budaya Komisi X DPR RI mengunjungi Aceh Besar, Rabu (12/11).
Umum

Komisi X DPR RI Tinjau Cagar Budaya di Aceh Besar, Pemkab Usul Anggaran Rp21,5 Miliar

Kamis, 13 November 2025
Umum

Percepatan Pembangunan, TNI Bentuk Batalyon Teritorial di Aceh Tenggara

Kamis, 13 November 2025
Umum

Spesialis Mencuri di Warung, Dua Pemuda di Pidie Jaya Ditangkap Polisi

Kamis, 13 November 2025
Umum

Kapolres Langsa Pimpin Sertijab Kasat Intelkam, Kasat Resnarkoba dan 1 Kapolsek

Kamis, 13 November 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?