BANDA ACEH — Atsiri Research Center (ARC) PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Koperasi Inovasi Nilam Aceh (Inovac) kembali membeli 100 kilogram minyak nilam dari petani Kluet Tengah, Aceh Selatan seharga Rp 610.000 per kilogram untuk diproses lebih lanjut menjadi fiksatif parfum.
Minyak nilam tersebut diantarkan langsung oleh petani atau penyuling nilam dari Koperasi Industri Nilam Aceh (KINA) Aceh Selatan ke ARC di Kampus USK Darussalam Banda Aceh, Selasa (2/11).
Ketua KINA Aceh Selatan, Muksin, mengapresiasi ARC yang telah membeli minyak nilam dari mereka. Dengan begitu, masyarakat bisa memperoleh pendapatan yang baik dari bertani dan menyuling nilam.
Menurut Muksin, dengan harga beli tersebut, ARC kembali memperlihatkan komitmen dan keberpihakannya kepada petani nilam Aceh khususnya di Aceh Selatan sehingga mereka tetap bersemangat menanam nilam.
“Saya berterima kasih karena ARC membeli minyak nilam masyarakat dengan harga yang baik dan wajar. Bahkan lebih baik dari harga beli di Medan. Ini sangat penting untuk menjaga semangat petani nilam di Aceh” ujar Muksin.
Pria yang juga Ketua Forum Nilam Aceh itu mengatakan, KINA akan tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas dan meningkatkan produksi nilam Aceh Selatan agar bisa berkontribusi untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
“Harapan kami kepada ARC, teruslah berbuat dan berpihak kepada masyarakat kecil, jangan lelah membantu petani nilam Aceh,” pungkas Muksin.
Sementara Sekretaris ARC, Elly Sufriadi, mengharapkan agar masyarakat semakin giat menanam nilam dengan menerapkan good agriculture practices sehingga kualitas dan kuantitas nilam Aceh dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan.
“ARC melalui Inovac membeli minyak nilam masyarakat dan memproses lebih lanjut menjadi hi-grade patchouli dengan vacuum distillation untuk proses purifikasi dan peningkatan kadar Patchouli Alkohol (PA) dari minyak nilam sampai PA>60%,” jelas Elly yang juga kandidat doktor bidang Kimia ini.
ARC kata Elly, banyak mengembangkan riset produk turunan nilam yang menggunakan hi-grade patchouli, sehingga akan tetap memerlukan banyak minyak nilam dari masyarakat.
“Yang terbaru adalah serum prototype antiaging dengan komponen aktif minyak nilam yang rencananya akan di-launching akhir bulan ini. Program ini merupakan Riset Prioritas Nasional (PRN) yang didanai oleh pemerintah,” kata Elly.
Minyak nilam Aceh sangat diminati oleh pasar internasional karena aromanya yang khas, kandungan PA-nya yang tinggi dan bilangan asamnya yang rendah. Karakteristik unik ini menyebabkan nilam Aceh memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Depkumham RI pada 2012.
Di pasaran internasional harga minyak nilam relatif stabil pada angka USD.54-60 per kilogram sehingga sangat potensial untuk menjadi pendapatan petani, penyuling, pengumpul, dan eksportir secara berkelanjutan.
Dengan setiap stakeholders mendapatkan margin keuntungan yang wajar, maka ekosistem tata niaga nilam akan semakin baik, stabil dan berkelanjutan.
Ketua Koperasi Inovac Khairan Yusuf, yang membeli langsung minyak nilam dari petani mengingatkan agar petani penyuling menjaga kualitas nilam yang diproduksi.
Bagi masyarakat yang memiliki minyak nilam bisa menjual langsung ke ARC-USK.
“Jangan campur minyak nilam dengan minyak apa pun, termasuk minyak krueng, karena pasti akan terlacak dengan menggunakan instrument Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GCMS),” ujar Khairan, meyakinkan.
“Inovac akan terus mengomersialisasikan hasil riset ARC terhadap produk lanjutan dan produk akhir dari minyak nilam agar bisa diedarkan untuk digunakan oleh masyarakat. Beberapa produk turunan hasil riset ARC sudah ada yang dapat izin edar dari Kementerian Kesehatan RI, dan sebagian lagi dalam proses pengurusan ke BPOM. Kami sudah beraudiensi dengan BPOM Aceh dan dalam proses pembinaan agar semua persyaratannya dapat dipenuhi,” tutup Doktor Farmasi lulusan Jerman ini. (IA)



