BANDA ACEH — Sepanjang Januari hingga Juli 2022 telah terjadi sebanyak 283 kejadian bencana di Provinsi Aceh dengan jumlah korban jiwa 8 orang meninggal dunia, 4 orang luka-luka dan 61.581 KK/202.908 jiwa terdampak bencana.
Selain itu, jumlah pengungsi sebanyak 79.788 orang serta 2.598 rumah terdampak. Total perkiraan kerugian mencapai Rp 149 miliar.
Kebakaran pemukiman masih mendominasi yakni sebanyak 96 kali. Jumlah kerugian yang diakibatkan oleh bencana ini sebanyak Rp 52 miliar.
Kebakaran hutan dan lahan juga masih intens terjadi yakni sebanyak 59 kali. Lahan yang terbakar seluas 153 hektar dengan prakiraan kerugian mencapai Rp 21 miliar.
Angin puting beliung terjadi sebanyak 57 kali merusak 382 rumah warga dengan total kerugian yang dialami sebanyak Rp 11 miliar.
Banjir terjadi 38 kali kejadian berdampak pada 1.671 rumah, 1 sekolah, 505 hektar sawah dan 3 jembatan rusak.
Banjir dan longsor terjadi 10 kali kejadian merendam 32 rumah dengan prakiraan kerugian mencapai Rp 1,2 miliar.
Banjir bandang terjadi 2 kali kejadian merendam 104 rumah dengan prakiraan kerugian Rp 11 miliar. Banjir Rob terjadi 1 kali merusak 121 rumah dengan prakiraan kerugian mencapai Rp 600 juta.
Abrasi dari Januari-Juli tercatat sebanyak 4 kali kejadian merusak 41 rumah dengan prakiraan kerugian Rp 2 miliar.
Semua bencana juga berdampak pada 15 sarana pendidikan, 3 sarana kesehatan, sarana pemerintahan, 9 sarana ibadah. Berdampak pada 41 ruko, 6 jembatan, 21 tanggul dan 715 meter badan jalan akibat banjir dan longsor.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Dr Ilyas mengatakan, intensitas kejadian bencana pada tahun 2022 mengalami penurunan jumlah kejadian dibandingkan tahun sebelumnya 2021.
“Pada periode yang sama (Januari-Juli) tahun 2021 jumlah kejadian bencana mencapai 421 kali kejadian, sedangkan tahun 2022 hanya 283 kali kejadian,” ungkap Ilyas, Selasa (2/8).
Ia menyebutkan mebakaran hutan dan lahan juga mengalami penurunan intensitas kejadian, yang sebelumnya tahun 2021 (periode yang sama) mencapai 77 kali kejadian, kini tahun 2022 hanya terjadi 59 kali kejadian.
Demikian pula banjir, mengalami penurunan signifikan dari tahun sebelumnya periode Januari-Juli 2021 yang berjumlah 57 kali kejadian menjadi 38 kali kejadian saja tahun 2022.
“Kami terus berupaya agar BPBA bersama semua unsur Pemerintahan dan masyarakat Aceh terus berupaya dalam peningkatan mitigasi bencana agar jumlah kejadian bencana dapat terus turun dari tahun ke tahun,” tambah Ilyas.
Dalam upaya pengurangan risiko bencana, ia juga berharap nantinya terwujudnya sebuah langkah pemberdayaan masyarakat yang akan berfokus pada kegiatan partisipatif dalam melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat/komunitas yang mampu mengelola lingkungan dan mengurangi risiko bencana serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh nantinya. (IA)



