ACEH UTARA – Aceh memiliki beberapa pelabuhan yang cukup representatif dan terbuka untuk perdagangan internasional. Potensi ini perlu dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha untuk kegiatan ekspor impor komoditas asal Aceh sehingga berbagai produk asal Aceh lebih mudah dipasarkan ke luar negeri dengan harga yang bersaing.
Salah satu pelabuhan yang siap memfasilitasi perdagangan luar negeri komoditas Aceh adalah Pelabuhan Krueng Geukueh di Aceh Utara.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Aceh Teuku Faisal, dalam kunjungan kerja ke PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) (Persero) Cabang Lhokseumawe pada Kamis, 4 Agustus 2022.
Pada kesempatan tersebut Faisal meninjau langsung kesiapan sarana dan prasarana serta aktifitas bongkar muat di pelabuhan tersebut.
“Pelabuhan Krueng Geukuh sangat siap untuk kegiatan ekspor impor dan telah comply dengan sertifikasi internasional SOCPH dan menerapkan ISPS Code. Pelabuhan ini juga telah melakukan beberapa kali kegiatan ekspor,” kata Faisal.
Faisal menekankan tentang pentingnya produk asal Aceh dikonsolidasikan dengan baik sehingga secara volume mencukupi untuk diangkut dengan kapal laut dari pelabuhan di Aceh.
Upaya meningkatkan utilisasi pelabuhan di Aceh, lanjut Faisal, perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, Pemerintah Aceh sendiri saat ini bersama Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) sedang menyusun Rancangan Qanun Aceh tentang Tata Niaga Komoditas Aceh (TNKA). Qanun ini nantinya antara lain mengatur komoditi unggulan Aceh diekspor melalui pelabuhan di Aceh.
Oleh sebab itu, tambah Faisal, standar pelayanan minimum di pelabuhan harus benar-benar dipersiapkan sebaik mungkin agar tidak ada kendala lagi saat Qanun tentang Tata Niaga Komoditi Aceh telah disahkan.
Sementara General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Lhokseumawe Joni Hutama menyebutkan, berdasarkan data tiga tahun terakhir, pergerakan distribusi logistik dalam negeri yang keluar dari Aceh didominasi oleh komoditi curah, seperti minyak mentah, semen, pupuk dan gas alam.
Padahal, kata Joni, banyak komoditi unggulan Aceh lainnya yang seharusnya dapat didistribusikan melalui pelabuhan ini.
“Kita memiliki potensi pemanfaatan shore base oil dan potensi ekspor kopi, cangkang, serta curah sawit,” imbuh Joni.
Pada prinsipnya, Pelindo mendukung penuh kebijakan (Raqan TNKA) ini. Fasilitas yang tersedia di pelabuhan Lhokseumawe sudah cukup lengkap, ada 6 dermaga, gudang, crane, lapangan penumpukan, forklift dan fasilitas pendukung lainnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bener Meriah Abdul Gani yang juga hadir dalam kunker tersebut. Ia mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Perhubungan tengah menjajaki potensi pembangunan Dry Port untuk mendukung konsolidasi dan kemudahan pemasaran komoditas unggulan di wilayah tengah Aceh.
Keberadaan dry port ini nantinya akan sangat mendukung ekspor via pelabuhan Krueng Geukuh.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lhokseumawe Azwar menyatakan, pihaknya siap memastikan segala aspek mengenai keselamatan, keamanan dan kelancaran proses pengangkutan melalui Pelabuhan Krueng Geukueh.
Ketua Tim Pansus Penyusunan Raqan TNKA DPRA Yahdi Hasan menyebutkan, penyusunan rancangan qanun ini terus digenjot oleh DPRA melalui Tim Pansus agar dapat disahkan sesegera mungkin yang diharapkan dapat disahkan pada akhir tahun ini.
Ia berharap penyusunan Raqan ini dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan rakyat Aceh.
“Kami harap, Qanun ini nantinya dapat memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah, serta memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat, dan mengurangi kerusakan jalan akibat seringnya dilalui kendaraan berat.” imbuhnya. (IA)



