BANDA ACEH — Muhajir, Pengasuh Unit Pelaksana tugas Daerah (UPTD) Rumoh Seujahtera Aneuk Nanggroe (RSAN) Dinas Sosial Aceh tak mampu membendung haru saat melihat akhir dari perjuangan anak asuhnya bernama Wahyu Agung Sergio begitu gagah mengenakan seragam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI, Rabu (17/8).
Sergio sebelumnya dikukuhkan menjadi anggota Paskibraka tahun 2022 Provinsi Aceh oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki di Gedung Anjong Mon Mata Pendopo Gubernur Aceh, Selasa (16/8).
Sebelumnya, Sergio lulus berdasarkan surat hasil seleksi dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh, ia terpilih menjadi Petugas Paskibraka pada Upacara Peringatan HUT ke-77 RI tingkat Provinsi Aceh pada 17 Agustus 2022.
Kepala UPTD RSAN Michael Octaviano mengatakan hal ini merupakan prestasi dan motivasi, bahwa tidak ada yang tidak mungkin apabila semua keinginan dilakukan dengan kemauan dan kerja keras.
“Saat memperingati HUT ke-77 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2022, kami dari UPTD RSAN Dinas Sosial Aceh sangat berbahagia, anak panti bisa berhasil jadi Paskibraka, tidak ada perbedaan dengan anak lainnya asal ada kemauan dan kerja keras Insya Allah ke depannya anak panti bisa menjadi paskibraka nasional,” ucap Michael
Lika liku perjalanan hidup telah dilewati, pemuda asal Kabupaten Aceh Tamiang ini pernah makan ubi atau singkong pada saat sahur, sengaja ibunya tidak bangunkan tapi sergio terbangun sendiri dan bilang enak makan ubi kayu.
Tak hanya itu, pernah pula ketika dirinya pulang sekolah saat SD ia mengutip biji sawit yang jatuh dan dia minta izin lalu dikumpulkan untuk dijual.
Setelah mengumpulkan biji sawit Sergio jualan es keliling saat kecil untuk membantu orang tuanya.
“Begitulah perjuangan Sergio untuk sukses terkadang sering dibully oleh teman karena mengumpulkan biji sawit yang jatuh, tapi itu semua tidak membuat dirinya lemah dan menyerah untuk terus berjuang dan akhirnya oleh Dinsos Aceh Tamiang ia dititipkan di UPTD RSAN Dinsos Aceh untuk bisa terjamin kehidupan dan keberlangsungan sekolah,” ucapnya.
Sergio selama beberapa pekan setelah pulang dari tempat latihan, orang yang pertama kali menyambutnya adalah para pengasuh yang terus memberi dukungan dan semangat untuk mendongkrak para anak binaan yang kurang beruntung dalam keluarga. Hal ini tentu menjadi contoh teladan serta motivasi bagi pemuda.
Salah satu contoh teladan yang bisa dipetik darinya adalah bakti dan cinta pada sang ibu. Dikatakan Muhajir, beberapa catatan perjalanan sergio lainnya juga tak luput dari inspirasi.
Ketika anak SD lain menghabiskan waktu untuk bermain, berbeda dengan seusianya yang sibuk meluangkan waktu untuk mencari barang-barang ronsokan bekas yang nantinya dijual dengan tujuan membantu ekonomi ibu yang sedang berjuang menghidupi tiga anak yang masih kecil tanpa sosok suami di sampingnya.
“Aktivitas malam, dia membantu ibunya membuat es lilin untuk dijual di sekolah, es lilin dibawa Sergio memakai termos pada waktu pelajaran sekolah berlangsung dia bawa ke dalam kelas, uang dari hasil penjualan es dia serahkan ke ibunya untuk ditabung, ia sosok anak yang sangat menyayangi ibunya, dia sangat patuh dan tak pernah membantah apapun,” sebutnya.
“Kami sangat bangga, bagaimana tidak, ia terpilih menjadi pasukan pengibar bendera 17 Agustus dimana ia harus bisa menjadi patokan bagi barisan di belakang yang mengikuti langkah dan gerakan mereka yang kemudian seluruh mata akan tertuju kepada mereka yang di depan, tentunya kondisi ini akan menjadi beban moral tersendiri bagi mereka yg mempunyai mental yang lemah. Namun, tidak bagi anak binaan kita, Wahyu Agung Sergio dia berani berdiri tegak di barisan terdepan di posisi tengah pula, posisi yang sangat menentukan terhadap keberhasilan pada kegiatan upacara yang sakral ini,” ujar Muhajir.
Dari 70 orang putra/putri terbaik se-wilayah Provinsi Aceh yang di antaranya terdiri atas 42 orang putra terbaik dan 28 orang putri terbaik Aceh. Sergio merupakan satu-satunya anak binaan UPTD RSAN Dinas Sosial Aceh yang berhasil lolos di barisan ke-17.
“Tidak mudah untuk menjadi pasukan yang berdiri di barisan terdepan, mereka adalah orang-orang terpilih karena harus memiliki beberapa keunggulan dari anggota lainnya, kita ajarkan Sergio untuk fokus, konsentrasi, intelegensi yang tinggi, kuat dan berani karena itu merupakan beberapa syarat untuk menjadi pasukan dengan posisi barisan yang di depan,” ujar Muhajir setelah upacara pengibaran bendera 17 Agustus selesai di halaman Kantor Gubernur Aceh. (IA)



