ACEH TAMIANG – Sebanyak 134 desa di 12 Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang saat ini terendam banjir.
Dari jumlah itu, hingga Jum’at malam (4/11/2022) pukul 20.00 Wib, sebanyak 66 desa terisolir akibat banjir parah dengan ketinggian air mencapai 1,5 hingga 2 meter.
Desa yang terisolir akibat banjir di Aceh Tamiang terbanyak di Kecamatan Bandar Pusaka yakni 13 desa terisolir, Kecamatan Sekerak 10 desa terisolir, Kecamatan Rantau dan Kejuruan Muda masing-masing 9 desa terisolir, Kecamatan Bendahara 8 desa terisolir, Kecamatan Karang Baru 7 desa terisolir, Kecataman Tenggulun 5 desa terisolir, Kecamatan Seruway dan Banda Mulia masing-masing 2 desa terisolir dan Kecamatan Tamiang Hulu 1 desa terisolir
Saat ini hampir seluruh wilayah Kabupaten Aceh Tamiang tergenang banjir sehingga 9.282 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi di 255 titik posko pengungsian.
Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Agusliayana Devita menjelaskan, pengungsi terbanyak berasal dari Kecamatan Karang Baru 2.185 KK, Kecamatan Bendahara 1. 637 KK, Kecamatan Kota Kualasimpang 1. 499 KK, Kecamatan Kejuruan Muda 1.478 KK, Kecamatan Tenggulun 761 KK, dan Kecamatan Banda Mulia 544 KK mengungsi.
“Ada 134 desa di 12 kecamatan terendam banjir. 66 desa terisolir, pengungsi 9.282 KK yang tersebar di 255 titik,” kata Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Agusliyana Devita, Jum’at (4/11).
Hingga Jum’at malam air masih belum surut hingga membuat akses jalan di 66 desa terputus akubat tingginya air banjir.
Banjir tersebut diakibatkan karena intensitas hujan selama sepekan terakhir sangat tinggi hingga membuat tanggul jebol yang berada di Kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Bandar Pusaka, Sekerak, Kualasimpang, Seruway, Rantau, Karang Baru, Bendahara dan Manyak Payed.
Atas bencana itu, pemerintah kabupaten Aceh Tamiang menetapkan status tanggap darurat banjir hingga 14 November 2022 karena sudah merendam hampir seluruh fasilitas umum.
“Sudah ditetapkan bahwa Aceh Tamiang status tanggap darurat banjir hingga 14 November mendatang,” ujarnya.
Banjir juga menyebabkan lalu lintas di jalan nasional Banda Aceh – Medan tepatnya di kawasan Seumadam, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang hingga Jumat (4/11) pukul 20.30 WIB masih belum bisa dilalui karena tergenang banjir.
Jalur tersebut salah satu akses penghubung jalan antara Sumatera Utara dan Aceh. Dari video yang beredar di lokasi, rata-rata kendaraan yang menunggu surutnya banjir merupakan truk pengangkut sembako dari Sumatera Utara ke Aceh.
Lumpuhnya jalan lintas itu sudah terjadi sejak kemarin Kamis (3/11). Banyak kendaraan yang tidak berani menerobos tingginya banjir karena ketinggian air mencapai satu meter.
Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Agusliyana Devita membenarkan bahwa jalan lintas masih lumpuh total dan belum bisa dilalui.
“Kondisi jalan masih lumpuh total. Kendaraan masih menunggu air surut yang di wilayah Seumadam,” kata Agusliyana Devita dilansir CNN Indonesia, Jum’at (4/11).
Lumpuhnya jalan lintas Aceh-Sumut sejak kemarin itu berdampak terhadap pasokan bahan kebutuhan pokok di Langsa dan sekitarnya menjadi langka.
“Selama tiga hari, sejak Rabu hingga Jum’at mobil pasokan bahan pokok makanan tertahan di perbatasan Aceh Tamiang, hingga kebutuhan bahan pokok di pasar Langsa nyaris kosong,” kata seorang pedagang di pasar Langsa, Zaini.
Ia menyebutkan, jenis kebutuhan pokok yang dipasok dari Sumatera Utara yang mengalami kekosongan di Pasar Langsa yakni tomat, wortel, kentang, sawi, terong dan kebutuhan pokok lainnya.
Jika pun ada, kata dia, harganya melambung tinggi. “Kalau adapun tidak banyak, harganya bisa dua kali lipat dari harga normal,” ujarnya. (IA)



