INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Opini

Syahadat Orang Kantoran: Ketika Atasan Jadi “Tuhan” Kecil

Last updated: Kamis, 8 Mei 2025 14:39 WIB
By Redaksi
Share
Lama Bacaan 8 Menit
Riza Syahputra. FOTO/Istimewa Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
Riza Syahputra. FOTO/Istimewa Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
SHARE

*Oleh: Riza Syahputra

Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota, dengan segala tuntutan profesionalisme dan tekanan pekerjaan, seorang pria duduk menikmati malam dengan secangkir kopi arabika Flores. Kehangatan aroma kopi berpadu dengan dinginnya hembusan angin malam, menjadi penawar lelah setelah seharian bergelut dengan tugas dan tanggung jawab. Di tangannya terbuka sebuah buku berjudul “TUHAN Maaf, Kami Sedang Sibuk” karya Ahmad Rifa’i Rif’an, yang menyajikan perenungan-perenungan spiritual di tengah kesibukan dunia modern. Salah satu bagian dari buku itu, yang mengetuk nurani pembaca dengan cukup tajam, adalah tentang “Syahadat Orang Kantoran”.

Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
20 Tahun Menghabiskan APBN: BPKS Layak Dievaluasi atau Dibubarkan

Frasa itu terdengar asing, namun begitu menyentuh kenyataan. Ia menyuarakan realitas yang kerap luput dari kesadaran banyak orang: bahwa di balik ucapan syahadat yang begitu mudah dilafalkan, tersembunyi ketidakkonsistenan antara keimanan dan perilaku nyata dalam kehidupan profesional.

- ADVERTISEMENT -

Mengucap Syahadat: Lisan yang Terbiasa, Tapi Makna yang Terlupa

Bagi seorang muslim, syahadat adalah fondasi iman, inti dari seluruh kepercayaan dan amalan dalam Islam. Ia adalah pernyataan tauhid: “Asyhadu an laa ilaaha illallah” – aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Ucapan ini bukan sekadar kalimat pembuka Islam, tapi komitmen total terhadap ketaatan hanya kepada Allah, serta penolakan terhadap segala bentuk penghambaan kepada selain-Nya.

- ADVERTISEMENT -
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Aceh Kaya Energi, Tapi Miskin Otoritas

Namun dalam praktiknya, terutama dalam dunia kerja modern, syahadat sering kali hanya menjadi ritual verbal – sesuatu yang dilafalkan lima kali sehari dalam shalat, namun tak berbekas dalam sikap hidup. Banyak dari kita yang bekerja di kantor – entah sebagai pegawai negeri, karyawan swasta, manajer, atau staf – sering kali secara tidak sadar memindahkan pusat ketaatan dari Allah kepada atasan, institusi, jabatan, bahkan target-target duniawi.

Ketika Atasan Jadi “Tuhan” Kecil

Fenomena ini cukup nyata. Berapa banyak dari kita yang rela melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai dan ajaran Islam hanya demi mempertahankan posisi, gaji, atau citra profesional? Ketika bos memerintahkan manipulasi data, laporan palsu, atau strategi penjualan yang menipu, banyak yang memilih diam, menunduk, dan patuh. Bukan karena tak tahu itu salah, tapi karena takut: takut dimutasi, diturunkan jabatan, bahkan dipecat.

Riza Syahputra
Fobia Terbesar Pejabat Indonesia: Bukan Neraka, Tapi Kehilangan Jabatan

Ini adalah bentuk nyata dari ketakutan yang melebihi rasa takut kepada Tuhan. Dalam kondisi seperti itu, nilai-nilai syahadat seakan hilang. Kita seolah berkata dengan perbuatan: “Asyhadu an laa ilaaha illal-bos, illal-jabatan, illal-gaji.” Kalimat syahadat yang seharusnya menyatakan hanya Allah satu-satunya yang ditaati, berubah dalam praktik menjadi pengakuan ketaatan kepada kekuasaan manusia.

- ADVERTISEMENT -

Ketaatan dan Kepatuhan: Antara Profesionalisme dan Iman

Tentu, dalam dunia kerja dibutuhkan loyalitas dan profesionalisme. Kita dituntut untuk patuh kepada aturan perusahaan, mengikuti instruksi atasan, dan memenuhi target kerja. Namun ketaatan tersebut tetap memiliki batas: tidak boleh melanggar syariat dan prinsip moral yang kita yakini. Dalam Islam, ketaatan kepada manusia tidak bisa mengalahkan ketaatan kepada Sang Pencipta.

Nabi Muhammad SAW telah bersabda, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Sang Khalik.” (HR Ahmad). Ini adalah pedoman yang tegas bahwa apapun posisi atasan kita, perintahnya tidak boleh bertentangan dengan perintah Allah. Ketika dua perintah itu bertabrakan, pilihan seorang mukmin sejati seharusnya jelas: Allah di atas segalanya.

Namun kenyataannya, banyak yang goyah. Ketika iman diuji di ruang rapat, banyak yang lebih memilih kepatuhan kepada atasan daripada integritas kepada Allah. Ketika konflik antara nilai Islam dan instruksi kerja muncul, ketakutan terhadap konsekuensi duniawi lebih menonjol daripada harapan akan pahala atau ketakutan akan azab Allah. Inilah yang disebut dalam buku tersebut sebagai bentuk syirik kecil dalam praktik sehari-hari – bukan syirik karena menyembah patung, tapi karena mendewakan perintah manusia di atas wahyu Ilahi.

Godaan Status dan Kenyamanan

Mengapa begitu banyak dari kita yang terjerumus dalam kontradiksi ini? Salah satu jawabannya adalah godaan status dan kenyamanan. Dunia kerja modern menawarkan banyak hal yang memanjakan ego dan nafsu manusia: gaji tinggi, jabatan mentereng, fasilitas mewah, dan pengakuan sosial. Semua itu membuat kita tergoda untuk menutup mata atas penyimpangan kecil – yang lama-lama menjadi besar.

Kita mulai terbiasa dengan kompromi: “Ah, ini cuma sedikit manipulasi laporan,” atau “Nanti saya taubat, yang penting sekarang aman dulu.” Tanpa sadar, kita mulai membangun dinding antara lisan dan tindakan – seolah syahadat cukup untuk diucapkan, tanpa perlu dihidupi dalam keputusan dan keberanian.

Padahal syahadat bukan sekadar deklarasi, tapi komitmen. Ia menuntut keberanian untuk berkata “tidak” kepada perintah yang salah, keberanian untuk mempertahankan integritas meski harus kehilangan jabatan, dan keberanian untuk menempatkan ridha Allah di atas kenyamanan dunia.

Menjadi Muslim Sejati di Tempat Kerja

Menjadi muslim sejati tidak hanya di masjid atau saat shalat, tetapi justru diuji dalam keseharian, termasuk di tempat kerja. Islam bukan hanya agama ritual, tapi sistem hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk etika kerja, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.

Muslim yang memegang teguh syahadat akan senantiasa menjadikan Allah sebagai pusat ketaatannya, di mana pun ia berada. Ketika ia menjadi karyawan, ia akan bekerja dengan amanah karena tahu Allah Maha Mengawasi. Ketika diperintahkan melakukan sesuatu yang menyimpang, ia akan menolak dengan santun tapi tegas, karena ia lebih takut kepada murka Allah daripada teguran manusia.

Syahadat yang benar akan melahirkan keberanian moral. Keberanian untuk menolak ketidakadilan, melawan korupsi, dan menegakkan kebenaran meski harus berhadapan dengan atasan, sistem, atau bahkan risiko kehilangan pekerjaan. Sebab ia yakin, rezeki datang dari Allah, bukan dari bos. Jabatan adalah amanah, bukan jaminan. Dan kemuliaan sejati adalah di sisi Allah, bukan di kantor atau perusahaan.

Refleksi: Kembali kepada Inti Keimanan

Buku Ahmad Rifa’i Rif’an bukan hanya bahan bacaan, tapi cermin. Ia mengajak pembacanya untuk kembali merenungi makna dasar dari apa yang setiap hari kita ucapkan dalam shalat: syahadat. Apakah kita benar-benar hanya menyembah Allah, atau kita telah menjadikan hal-hal lain sebagai ‘tuhan kecil’ dalam hidup kita?

Refleksi ini penting, bukan untuk menuduh siapa pun, tapi untuk mengajak kita semua kembali mengevaluasi diri. Kita mungkin tak bisa langsung mengubah sistem, tapi kita bisa mulai dari diri sendiri: dari keputusan-keputusan kecil yang kita buat di tempat kerja, dari keberanian untuk berkata “tidak” pada perintah yang keliru, dan dari upaya menjaga integritas meski terasa berat.

Tetap Berusaha Jadi Lebih Baik

Kita semua manusia, dan kita semua pernah terjatuh. Namun yang membedakan orang beriman adalah ia terus berusaha bangkit, memperbaiki diri, dan menjadikan syahadat bukan hanya lafaz di bibir, tapi arah hidup.

Kesempurnaan memang milik Allah, tapi perjuangan untuk menjadi lebih baik adalah tugas setiap insan. Maka, mari kita terus belajar, memperkuat iman, dan menjalani kehidupan profesional kita dengan nilai-nilai Islam yang kokoh. Bekerja bukan hanya untuk mencari nafkah, tapi juga sebagai ladang ibadah dan sarana menunjukkan bahwa syahadat benar-benar menjadi pedoman hidup.

Dan di sela-sela kesibukan itu, jangan lupa menikmati secangkir kopi. Karena dalam jeda itulah kita bisa kembali merenung, mengingat Tuhan, dan menata ulang arah hidup. Seperti kata penulis: Tetap terus berusaha jadi lebih baik dan jangan lupa ngopi!.

Penulis adalah Warga Sipil Penikmat Kopi
TAGGED:Dunia KerjaSyahadat Orang Kantoran
Previous Article Satuan Samapta Polres Sabang melaksanakan patroli malam secara intensif di sejumlah titik rawan gangguan keamanan di wilayah Kota Sabang Gelar Patroli Malam, Polres Sabang Tegas Berantas Premanisme
Next Article PPATK mengungkapkan perputaran uang judi online (judol) selama bulan Januari-Maret atau kuartal pertama 2025 mencapai Rp47 triliun PPATK Ungkap Perputaran Uang Judi Online Kuartal Pertama 2025 Capai Rp47 Triliun

Populer

Keributan antara Anggota Dewan pecah di gedung DPRA pada Senin siang, 17 November 2025. (Foto: Ist)
Politik
Keributan Memalukan Pecah di Gedung DPRA, Rapat Resmi Berubah Saling Lempar
Selasa, 18 November 2025
Ketua Majelis Komisi Informasi Pusat (KIP) RI, Rospita Vici Paulyn
Politik
Sidang Ijazah Jokowi Memanas, Ketegasan Rospita Vici Paulyn Jadi Pembeda
Senin, 17 November 2025
Tim SKK Migas bersama Mubadala Energy, Senin (17/11) melakukan kunjungan lapangan ke fasilitas BPKS Sabang sebagai rencana lokasi shorebase migas Blok Andaman. (Foto: Infoaceh.net/Andi Armi)
Ekonomi
SKK Migas dan Mubadala Energy Tinjau Rencana Lokasi Shorebase Blok Andaman di Sabang
Senin, 17 November 2025
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) kembali mengguncang struktur kekuasaan sipil di Indonesia
Nasional
Putusan MK Meledak: Daftar Petinggi Polisi yang Harus Angkat Kaki dari Jabatan Sipil
Senin, 17 November 2025
Dinas Sosial Aceh menyalurkan bantuan darurat untuk Pesantren Ar-Rabwah yang mengalami kebakaran di Gampong Krueng Lam Kareung, Indrapuri, Aceh Besar. (Foto: Ist)
Aceh
Pemerintah Aceh Salurkan Bantuan untuk Pesantren Ar-Rabwah yang Terbakar
Senin, 17 November 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

dr. Suzanna Octiva SpKJ
Opini

Ketika Penjaga Kesehatan Aceh Bertahan Tanpa Kepastian

Rabu, 12 November 2025
Opini

Prabowo Perlu Belajar dari Sultan Iskandar Muda

Senin, 10 November 2025
Opini

Hukum yang Lupa pada Nurani

Sabtu, 8 November 2025
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Opini

Rotasi Pejabat, Stagnasi Abadi: BPKS Sabang Masih Berputar di Lingkaran Gagal

Kamis, 6 November 2025
Mirza Ferdian
Opini

Ketika Wakil Bupati Memukul, Etika Pemerintahan Tumbang

Sabtu, 1 November 2025
Delky Nofrizal Qutni
Opini

Menembus Geureutee, Menyingkap Geopolitik Sumber Daya Mineral Aceh

Jumat, 31 Oktober 2025
Mahmud Padang
Opini

Menanti KPK Basmi Agen Izin Usaha Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah

Jumat, 31 Oktober 2025
Riza Syahputra
Opini

Semua Orang Adalah Pelayan, Cuma Beda Siapa yang Dilayani

Kamis, 30 Oktober 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?