Sigli, Infoaceh.net — Langit mendung menyelimuti Sigli, Kabupaten Pidie, Kamis siang (12/6/2025) seolah turut berduka atas wafatnya ulama kharismatik Waled Nura (Tgk Rasyidin bin Ahmad).
Ribuan jamaah dari berbagai penjuru Aceh memadati Masjid Agung Al Falah Sigli, tempat beliau biasa berdakwah, untuk melaksanakan shalat jenazah sekaligus memberikan penghormatan terakhir.
Prosesi shalat jenazah yang berlangsung pukul 12.00 WIB, sebelum pelaksanaan Shalat Zuhur, berjalan khidmat dalam suasana haru.
Isak tangis terdengar di antara barisan jamaah. Wajah-wajah pilu dan doa yang mengalir tulus menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan masyarakat, khususnya warga Kabupaten Pidie.
Masjid Agung Al Falah menjadi saksi bisu kecintaan umat. Sejak kabar duka tersebar, masyarakat dari berbagai kalangan—anak-anak, remaja, tokoh masyarakat, hingga orang tua—berduyun-duyun datang mengiringi kepergian sang ulama. Banyak yang tak kuasa menahan air mata, mengenang jasa dan warisan ilmu yang ditinggalkannya.
Di tengah lautan manusia, lantunan selawat dan kalimat Innalillahi wainna ilaihi raji’un terus bergema. Sejumlah tokoh agama, pejabat daerah, serta warga dari berbagai kecamatan tampak hadir, melebur dalam duka dan cinta terhadap sosok yang selama ini menjadi panutan.
Jenazah Waled Nura kemudian dibawa ke Dayah Nurur Rasyad (Nura) Al-Aziziyah di Tijue, Pidie untuk dishalatkan yang dipimpin oleh Abu Mudi. Di Dayah Nura yang dipimpinnya selama hidup ini, jenazah Waled Nura dikebumikan.
Ketua DPD Patriot Bela Nusantara (PBN) Aceh, Drs Isa Alima, turut hadir dan menyampaikan rasa duka mendalam.
“Waled Nura bukan hanya ulama, beliau adalah guru kehidupan. Setiap nasihatnya seperti embun yang menyejukkan. Hari ini kita tidak hanya kehilangan pemimpin ruhani, tetapi juga teladan ketulusan,” ujarnya kepada media.
“Kami yakin, Allah sedang memanggil hamba terbaik-Nya pulang. Semoga seluruh amal ibadah beliau diterima dan Waled ditempatkan di taman surga bersama para ulama shalih dan kekasih-Nya,” tambah Isa Alima sambil menyeka air mata.
“Beliau telah tiada, namun ilmunya akan terus hidup. Kita adalah saksi bahwa Waled adalah orang baik. Semoga Allah mencatatnya sebagai hamba yang dicintai,” tutup Isa Alima dengan suara bergetar.
Kepergian Waled Nura meninggalkan duka mendalam bagi Aceh. Namun nilai-nilai yang beliau tanamkan akan terus menjadi cahaya bagi generasi penerus.
