INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Opini

Menakar Gerakan Makar Lengserkan Prabowo

Last updated: Minggu, 31 Agustus 2025 22:03 WIB
By Redaksi
Share
Lama Bacaan 6 Menit
SHARE
Oleh: Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen)

Di republik ini, jalanan kerap menjadi panggung politik. Sejak 25 Agustus 2025, ibu kota dan sejumlah kota besar lain dipenuhi gelombang massa yang datang tidak sekadar membawa poster dan pengeras suara, tetapi juga bara kemarahan.

Slogan yang terdengar keras berisi “bubarkan DPR” sebenarnya lebih mirip intrik kabut yang menutupi motif sebenarnya.

Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
20 Tahun Menghabiskan APBN: BPKS Layak Dievaluasi atau Dibubarkan

Sebab, dalam literatur politik protes, tuntutan yang kabur biasanya menyimpan agenda yang lebih besar yakni menciptakan delegitimasi dan membuka celah kekuasaan.

- ADVERTISEMENT -

Sejarah Indonesia sendiri menunjukkan pola berulang. Reformasi 1998 yang mengguncang Soeharto, meski berangkat dari krisis ekonomi dan korupsi, tak lepas dari tarikan kekuatan politik yang lihai memainkan massa.

Di banyak negara, dari “Arab Spring” hingga krisis Venezuela, kerumunan yang tampak spontan sering kali hanyalah kulit luar dari sebuah orkestrasi panjang.

- ADVERTISEMENT -
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Aceh Kaya Energi, Tapi Miskin Otoritas

Karena itu, jika kini muncul unjuk rasa simultan, terkoordinasi, dan anarkis, sementara identitas penggerak utamanya sengaja disembunyikan, maka masuk akal bila kecurigaan mengarah pada skenario makar.

Fakta di lapangan menambah kecurigaan itu. Polisi tampak gamang, bahkan terkesan “membiarkan” kantor-kantor mereka sendiri jadi sasaran pembakaran.

Bukannya represif seperti biasanya, aparat justru seolah kehilangan insting dasarnya yakni mempertahankan simbol kewibawaan.

Riza Syahputra
Fobia Terbesar Pejabat Indonesia: Bukan Neraka, Tapi Kehilangan Jabatan

Padahal, dalam teori intelijen klasik, lemahnya respon aparat bisa berarti dua hal berupa infiltrasi dalam struktur komando, atau kesengajaan demi memberi alasan untuk eskalasi berikutnya. Ketika markas Gegana ikut rata dengan api, publik wajar bertanya, apakah aparat sedang lumpuh, ataukah dikendalikan?

- ADVERTISEMENT -

Kekhawatiran makin berlapis ketika relawan politik, seperti kelompok yang menamakan diri “Laskar Cinta Jokowi”, mulai menyuarakan tuntutan terang yang meminta Prabowo mundur.

Seruan ini memberi isyarat bahwa aksi yang mengatasnamakan rakyat sebenarnya telah dimanfaatkan sebagai amunisi politik.

Dalam kacamata teori konflik Carl Schmitt, pertarungan politik sejatinya adalah pertarungan kawan-lawan, dan setiap krisis adalah peluang untuk mendefinisikan siapa yang layak memegang kedaulatan.

Dengan kata lain, demo ini sedang diposisikan bukan untuk menyuarakan rakyat, melainkan untuk menegaskan siapa “lawan” yang ingin dilengserkan.

Prabowo sendiri berada pada fase yang rawan. Baru setahun berkuasa, ia belum sempat mengonsolidasikan “double cover” atau dua lapis pertahanan berupa politik dan keamanan.

Tanpa itu, setiap serangan lawan bisa langsung menghantam inti kekuasaan. Literatur militer menyebut strategi “two side controlled conflict”, dimana baik demonstran maupun aparat sama-sama bergerak di bawah kendali satu operasi tersembunyi.

Jika skema ini benar terjadi, maka ibarat panggung wayang, dalang tunggal sedang menggerakkan dua tokoh sekaligus, membuat negara kehilangan kendali atas lakonnya sendiri.

Namun, apakah ini benar-benar makar? Secara hukum, makar didefinisikan dalam KUHP sebagai upaya menggulingkan pemerintahan yang sah dengan kekerasan.

Sementara itu, fakta yang terlihat adalah kerusuhan, penjarahan, pembakaran kantor polisi yang sebenarnya sudah memenuhi syarat “kekerasan”.

Jika tujuannya bukan sekadar menyalurkan aspirasi, tetapi menciptakan chaos yang berujung pada delegitimasi presiden, maka rangkaian peristiwa ini jelas mengarah pada makar.

Pertanyaannya, mengapa DPR yang jadi sasaran simbolik? Bisa jadi karena lembaga itu dianggap titik lemah.

Tingkat kepercayaan publik terhadap DPR, menurut berbagai survei, selalu rendah. Dengan menyerang DPR, penggerak demo mendapatkan justifikasi moral yakni siapa yang mau membela lembaga yang dianggap “rumah penuh privilese”

Tetapi, seperti pepatah lama, ketika rumah tetangga dibakar, apinya bisa merambat ke rumah kita sendiri.

Target awal mungkin DPR, tapi efeknya langsung menggerus legitimasi Prabowo sebagai kepala negara.

Bagi Prabowo, situasi ini adalah ujian pertama yang sesungguhnya. Ia pernah berjanji rakyat harus percaya kepada pemerintahannya.

Tetapi bagaimana rakyat bisa percaya, jika aparat tampak tidak sigap, kabinet terkesan terbelah, dan isu makar justru makin keras terdengar? Saat inilah teori politik balas budi yang sering ia praktikkan harus dievaluasi.

Menempatkan loyalis hanya karena jasa lama adalah jebakan, sebab loyalitas politik tak selalu sejalan dengan loyalitas terhadap negara.

Kini, pilihan Prabowo hanya dua yaitu bertahan dengan lingkaran yang rapuh atau melakukan “bersih-bersih” secara cepat.

Menunda berarti memberi waktu lawan untuk mematangkan skenario. Namun bertindak gegabah juga bisa memicu resistensi lebih luas.

Inilah dilema klasik penguasa yang diguncang krisis: bertindak atau ditelan waktu.

Aksi yang dimulai 25 Agustus 2025 akan tercatat dalam sejarah sebagai “test case” bagi Prabowo: apakah ia mampu mengendalikan badai atau justru terseret arus.

Jika gagal, maka panggung politik 2029 sudah mulai ditentukan sejak hari ini.

Pada akhirnya, rakyat tidak peduli siapa yang menang dalam intrik elit. Yang mereka butuhkan adalah rasa aman, harga bahan pokok yang stabil, dan kepastian bahwa negara ini tidak dijadikan ajang eksperimen perebutan kekuasaan.

Maka, jika Prabowo ingin bertahan, ia harus berani melepaskan politik balas budi yang sempit, dan menggantinya dengan politik “sayang rakyat”.

Sebab, dalam logika kekuasaan, hanya rakyatlah yang bisa benar-benar memberi legitimasi, sementara para politisi dan relawan hanyalah angin yang bisa berhembus ke mana saja.

Previous Article Situasi Makin Genting, Habib Rizieq Minta Umat Tunggu Komando Ulama: Siap Turun?? Situasi Makin Genting, Habib Rizieq Minta Umat Tunggu Komando Ulama: Siap Turun??
Next Article Wakil Bupati Aceh Besar bersama Kapolres Aceh Besar dan Ketua DPRK Aceh Besar mengimbau masyarakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban saat unjuk rasa, Senin (1/9). (Foto: Ist) Ketua DPRK, Wakil Bupati dan Kapolres Aceh Besar Imbau Aksi Unjuk Rasa Berjalan Damai

Populer

Keributan antara Anggota Dewan pecah di gedung DPRA pada Senin siang, 17 November 2025. (Foto: Ist)
Politik
Keributan Memalukan Pecah di Gedung DPRA, Rapat Resmi Berubah Saling Lempar
Selasa, 18 November 2025
Ketua Majelis Komisi Informasi Pusat (KIP) RI, Rospita Vici Paulyn
Politik
Sidang Ijazah Jokowi Memanas, Ketegasan Rospita Vici Paulyn Jadi Pembeda
Senin, 17 November 2025
Tim SKK Migas bersama Mubadala Energy, Senin (17/11) melakukan kunjungan lapangan ke fasilitas BPKS Sabang sebagai rencana lokasi shorebase migas Blok Andaman. (Foto: Infoaceh.net/Andi Armi)
Ekonomi
SKK Migas dan Mubadala Energy Tinjau Rencana Lokasi Shorebase Blok Andaman di Sabang
Senin, 17 November 2025
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) kembali mengguncang struktur kekuasaan sipil di Indonesia
Nasional
Putusan MK Meledak: Daftar Petinggi Polisi yang Harus Angkat Kaki dari Jabatan Sipil
Senin, 17 November 2025
Dinas Sosial Aceh menyalurkan bantuan darurat untuk Pesantren Ar-Rabwah yang mengalami kebakaran di Gampong Krueng Lam Kareung, Indrapuri, Aceh Besar. (Foto: Ist)
Aceh
Pemerintah Aceh Salurkan Bantuan untuk Pesantren Ar-Rabwah yang Terbakar
Senin, 17 November 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

dr. Suzanna Octiva SpKJ
Opini

Ketika Penjaga Kesehatan Aceh Bertahan Tanpa Kepastian

Rabu, 12 November 2025
Opini

Prabowo Perlu Belajar dari Sultan Iskandar Muda

Senin, 10 November 2025
Opini

Hukum yang Lupa pada Nurani

Sabtu, 8 November 2025
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Opini

Rotasi Pejabat, Stagnasi Abadi: BPKS Sabang Masih Berputar di Lingkaran Gagal

Kamis, 6 November 2025
Mirza Ferdian
Opini

Ketika Wakil Bupati Memukul, Etika Pemerintahan Tumbang

Sabtu, 1 November 2025
Delky Nofrizal Qutni
Opini

Menembus Geureutee, Menyingkap Geopolitik Sumber Daya Mineral Aceh

Jumat, 31 Oktober 2025
Mahmud Padang
Opini

Menanti KPK Basmi Agen Izin Usaha Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah

Jumat, 31 Oktober 2025
Riza Syahputra
Opini

Semua Orang Adalah Pelayan, Cuma Beda Siapa yang Dilayani

Kamis, 30 Oktober 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?