BANDA ACEH, Infoaceh.net – Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem mengangkat T. Emi Syamsyumi, yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Salam, sebagai Penasihat Gubernur Aceh Bidang Investasi dan Hubungan Luar Negeri.
Penunjukan itu tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Nomor 800.1/1117/2025, yang menegaskan peran Aceh dalam memperkuat jejaring investasi global dengan memanfaatkan kekhususan dan otonomi khusus (Otsus).
Dalam mandat barunya, Abu Salam diarahkan untuk memperkuat kemitraan strategis lintas sektor, memfasilitasi sistem pembayaran digital lintas negara antara Bank Aceh Syariah dan ActionPay (PT. Asia Pelangi Remiten).
Membuka pintu investasi asing di bidang energi, properti dan logistik, mengadvokasi investasi sektor riil seperti tambang emas, batu bara, galena, dan tembaga.
Tak hanya itu, ia juga diminta menyusun proposal pembangunan pabrik woodchip dan wood pellet berbasis biomassa, serta menjajaki kerja sama dengan perusahaan migas dunia seperti Petronas, Petrochina dan Sinaco untuk mengelola blok marginal dan potensi LNG skala kecil di Aceh.
Di sektor lingkungan, Abu Salam mendapat tugas merancang solusi pengelolaan limbah B3 industri dan medis. Rencana besar yang diusung ialah pembangunan fasilitas pengelolaan limbah berbahaya (hazardous waste facility) skala provinsi yang terintegrasi.
Juru Bicara KPA Luwa Nanggroe, Umar Hakim Ilhami, menyatakan dukungan penuh atas langkah Gubernur Mualem.
“Pengangkatan Abu Salam bukan sekadar simbol politik, melainkan strategi besar Mualem untuk menempatkan Aceh di jalur investasi global. Dengan dasar UUPA dan Otsus, Aceh punya ruang legitimasi penuh menjalin kerja sama internasional, baik di bidang energi, keuangan, maupun lingkungan,” ujar Umar, Rabu (24/9/2025).
Menurutnya, Abu Salam yang juga Ketua KPA Luwa Nanggroe memiliki jejaring luas dengan diaspora, investor asing, dan basis masyarakat Aceh di akar rumput.
Hal ini diyakini akan memperkuat langkah Aceh keluar dari ketergantungan fiskal menuju pembangunan berbasis investasi produktif.
Dengan mandat ini, Abu Salam dipandang bukan sekadar penasihat, melainkan jembatan strategis antara Pemerintah Aceh, dunia usaha, diaspora, dan investor global.
Kehadirannya diharapkan membuka pasar baru bagi UMKM Aceh sekaligus mendorong sektor energi, infrastruktur, dan ekonomi hijau.



