INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Opini

Kereta Api Cut Meutia dan Mimpi Rel Panjang Aceh yang Belum Tuntas

Last updated: Senin, 20 Oktober 2025 12:41 WIB
By Redaksi - Wartawati Infoaceh.net
Share
Lama Bacaan 5 Menit
#image_title
SHARE

Lebih dari seabad lalu, raungan lokomotif pernah menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat Aceh. Rel baja yang membentang dari Ulee Lheue hingga Langsa bukan sekadar jalur transportasi, tetapi simbol kemajuan dan kebanggaan.

Kini, setelah lebih dari empat dekade mati suri, suara roda besi itu perlahan terdengar kembali lewat Kereta Api (KA) Cut Meutia — meski hanya di lintasan pendek antara Krueng Geukueh dan Kutablang.

Deforestasi Sawit dan Bencana Aceh yang Diciptakan 

Kehadirannya memang belum seberapa, namun maknanya besar. Ia menjadi pengingat bahwa Aceh pernah punya sejarah panjang dalam dunia perkeretaapian, dan masih punya harapan untuk menghidupkannya kembali.

- ADVERTISEMENT -

Jejak Panjang dari Ulee Lheue ke Besitang

Sejarah perkeretaapian Aceh dimulai pada tahun 1876, ketika pemerintah kolonial Belanda membangun jalur pertama dari Pelabuhan Ulee Lheue ke Kutaraja (Banda Aceh) sepanjang lima kilometer.

- ADVERTISEMENT -
Aceh dan Luka yang Tak Pernah Benar-benar Sembuh dalam Republik Indonesia

Tujuannya bukan untuk ekonomi, melainkan strategi militer dalam Perang Aceh. Namun, dari jalur inilah kemudian tumbuh jaringan rel sepanjang 502 kilometer, membentang hingga Besitang, Sumatera Utara.

Kereta di masa itu dikelola oleh perusahaan Atjeh Tram (AT) yang kemudian berubah menjadi Atjeh Staatsspoorwegen (ASS).

Masyarakat Aceh mulai mengenal moda transportasi modern, hasil bumi bisa diangkut lebih cepat, dan ekonomi lokal pun menggeliat.

Menjaga Damai di Tengah Bencana, Menahan Diri dari Segala Provokasi

Sayangnya, kejayaan itu tak bertahan lama. Setelah Indonesia merdeka, berbagai kendala seperti banjir bandang tahun 1976 yang merusak jembatan di Pidie, ditambah meningkatnya ketergantungan pada kendaraan darat, membuat kereta di Aceh kehilangan pamornya.

- ADVERTISEMENT -

Pada 1982, roda terakhir berhenti berputar. Rel berkarat, jembatan rusak, dan stasiun terbengkalai.

Kelahiran Kembali KA Cut Meutia

Tiga dekade kemudian, pemerintah pusat mencoba menghidupkan kembali mimpi lama itu. Maka lahirlah KA Cut Meutia — kereta perintis pertama di Aceh, beroperasi sejak 1 Desember 2013. Ia menjadi satu dari sembilan kereta perintis di Indonesia, bersama Bathara Kresna, Lembah Anai dan lainnya.

Lintasan Cut Meutia melayani rute Krueng Geukueh–Kutablang sepanjang 21,45 kilometer, bagian dari proyek besar jalur Lhokseumawe–Bireuen yang kelak membentang hingga 46 kilometer.

Jalur ini menggunakan lebar rel 1.435 mm, menjadikannya proyek pertama di Indonesia dengan ukuran standar internasional pascakemerdekaan.

Sepanjang lintasan, berdiri enam stasiun: Muara Satu, Krueng Geukueh, Bungkaih, Krueng Mane, Geurugok, dan Kutablang.

Pengoperasian dilakukan oleh PT KAI Divre I Sumatera Utara di bawah koordinasi Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Medan.

Dalam kurun Januari–Agustus 2025, KA Cut Meutia melayani 30.527 penumpang dengan tingkat okupansi rata-rata 11 persen.

Jumlah ini memang belum menggembirakan, tetapi menjadi bukti bahwa semangat masyarakat untuk kembali menggunakan transportasi rel belum padam.

Tarifnya hanya Rp2.000 sekali jalan, dengan delapan perjalanan setiap hari dan waktu tempuh sekitar 64 menit. Namun, fasilitasnya masih sederhana — hanya kipas angin, belum berpendingin udara.

Bahkan, tak ada rangkaian cadangan. Jika kereta rusak, layanan otomatis berhenti.

Antara Harapan dan Hambatan

Proyek lanjutan sepanjang 8 km dari Krueng Geukueh ke Muara Satu seharusnya sudah bisa beroperasi tahun ini. Stasiun Muara Satu bahkan sudah siap dengan fasilitas lengkap dan lahan parkir luas. Sayangnya, hingga kini belum ada pergerakan.

Kendala muncul di lapangan: peralatan Jalur Perlintasan Langsung (JPL) yang hilang dicuri, keterlambatan administrasi, dan minimnya pengawasan. Semua ini menambah panjang daftar tantangan reaktivasi rel Aceh.

Di sisi lain, masyarakat belum sepenuhnya melihat kereta ini sebagai moda penting antarwilayah. Banyak yang menganggapnya hanya sarana rekreasi, bukan kebutuhan mobilitas.

Padahal, kehadiran kereta bisa mengurangi ketergantungan pada jalan raya, memperlancar logistik, dan membuka peluang ekonomi baru di sepanjang lintasan.

Untuk menuntaskan proyek Trans-Sumatera Railway di Aceh, terutama jalur Lhokseumawe–Bireuen, diperlukan komitmen pendanaan dan keberlanjutan kebijakan. Jangan sampai proyek ini berhenti di tengah jalan seperti sebelumnya.

Jika jalur ini tersambung, Aceh tidak hanya punya kereta perintis, tapi juga sistem transportasi massal modern yang bisa memperkuat konektivitas antarkota, bahkan lintas provinsi.

Kehadiran KA Cut Meutia, meski masih terbatas, adalah simbol kebangkitan dan tekad. Ia adalah bukti bahwa Aceh masih punya harapan untuk mendengar lagi deru lokomotif melintasi sawah dan pegunungan — seperti masa lalu yang pernah gemilang.

Ditulis oleh:
Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat.

Previous Article Aceh Tanpa Medali Emas di STQH Nasional 2025, Hanya Bawa Pulang 4 Juara Harapan
Next Article Profil Kompol Parmohonan Harahap, Kasat Reskrim Polresta Banda Aceh yang Baru

Populer

Siapa Andini Permata Videonya Berdurasi 2 Menit 31 Detik Bareng Adiknya Viral di Medsos
Umum
Siapa Andini Permata? Sosok Fiktif di Balik Video 2 Menit 31 Detik yang Jadi Umpan Penipuan Digital
Jumat, 11 Juli 2025
Umum
Pengoperasian Tol Padang Tiji–Seulimeum Diperpanjang hingga 8 Januari Selama 24 Jam
Selasa, 30 Desember 2025
Aceh
Warga Pidie Diajak Bantu Pengungsi Banjir Pijay: 5 Bungkus Nasi dari Setiap Rumah
Rabu, 31 Desember 2025
Aceh
SK Tim Kerja Rencana Rehabilitasi Rekonstruksi Aceh Diubah Lagi, Ketua DPRA dan Wagub Akhirnya Masuk
Selasa, 30 Desember 2025
Viral Link Video Syakirah Versi Terbaru Berdurasi 16 Menit Beredar di X dan TikTok
Umum
Viral Link Video Syakirah Versi Terbaru Berdurasi 16 Menit Beredar di X dan TikTok
Rabu, 28 Mei 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow

Berita Lainnya

Jangan biarkan pejabat 'wet-wet gaki' (ongkang-ongkang kaki) di tengah bencana terulang. Foto: Ilustrasi
Opini

Jangan Biarkan Pejabat ‘Wet-Wet Gaki’ di Tengah Bencana Aceh

Rabu, 24 Desember 2025
Mayjen TNI (Purn) TA Hafil Fuddin SH SIP MH
Opini

Aceh Tamiang Tak Cukup Diberi Bantuan, Perlu Rekonstruksi Menyeluruh dan Tata Ruang Baru

Selasa, 23 Desember 2025
Opini

Bencana Aceh-Sumatera, Negara Hadir dalam Rapat dan Pidato 

Jumat, 19 Desember 2025
Opini

Indonesia dalam Cengkeraman Kepribadian Otoritarian

Kamis, 18 Desember 2025
Opini

Negara Belum Sepenuhnya Hadir di Tengah Bencana Banjir Aceh

Rabu, 17 Desember 2025
Mahmud Padang (Pemerhati Sosial Politik Aceh, Ketua DPW Alamp Aksi Aceh)
Opini

Drama Nasional di Panggung Bencana Aceh

Jumat, 12 Desember 2025
Lebih 100 organisasi masyarakat sipil melayangkan somasi dan mendesak Presiden Prabowo Subianto segera menetapkan status bencana nasional atas banjir-longsor besar yang melanda Aceh-Sumatera. (Foto: Ist)
Opini

Narasi Pemerintah Runtuh: Bencana Sumatera Ungkap Negara Tak Mampu ‘Menangani Sendiri’

Jumat, 12 Desember 2025
Opini

Banjir Sumatera dan Jejak Kayu yang Mengkhianati Hutan

Selasa, 2 Desember 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?