INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Opini

Fobia Terbesar Pejabat Indonesia: Bukan Neraka, Tapi Kehilangan Jabatan

Last updated: Rabu, 12 November 2025 17:52 WIB
By Redaksi
Share
Lama Bacaan 6 Menit
Riza Syahputra
Riza Syahputra. FOTO/Istimewa Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
SHARE
Oleh: Riza Syahputra*

TERDAPAT sebuah pengamatan yang kritis dan abadi yang pernah dilontarkan oleh pemikir sekaligus wartawan Tempo, Ahmad Wahib. Beliau pernah berujar, “Kebanyakan orang lebih takut kehilangan jabatan daripada kehilangan harga diri.”

Kutipan itu bukan sekadar kalimat bijak, melainkan sebuah diagnosis sosial yang terasa kian relevan dan mengkhawatirkan di era kontemporer ini.

Pemerintah Aceh dan Pemkab Bireuen Perkuat Sinergi Tangani Dampak Sosial Pascabanjir

Di ‘Negeri +62’ tercinta, ketakutan akan hilangnya jabatan kini seolah menjadi fobia tertinggi, mengalahkan rasa takut terhadap ancaman alam seperti gempa atau tsunami.

- ADVERTISEMENT -

Ironisnya, ketakutan ini sering kali jauh lebih besar daripada rasa takut kehilangan harga diri—sebuah fondasi esensial yang seharusnya menjadi jangkar moralitas seseorang.

Fenomena ini mencerminkan krisis identitas yang mendalam di kalangan elit dan birokrat kita. Status, pangkat, dan kursi telah menjadi satu-satunya sumber validasi diri.

- ADVERTISEMENT -
Ditpolairud Polda Aceh Gelar Donor Darah Peringati HUT ke-75

Jika harga diri adalah napas yang tak terlihat, maka jabatan telah menjadi alat bantu pernapasan (ventilator) yang membuat banyak orang merasa hidup. Begitu alat itu dicabut, mereka merasa mati secara sosial.

Anatomi Ketakutan Kehilangan Kursi

Mengapa ketakutan kehilangan jabatan bisa sebegitu intens? Jawabannya terletak pada ekosistem kekuasaan dan privilege yang menyertai kursi tersebut. Kehilangan jabatan bukan hanya berarti kehilangan gaji; ia berarti:

  1. Kehilangan Akses: Hilangnya kemampuan memanggil, memerintah, atau sekadar membuat janji temu dengan pihak-pihak penting.
  2. Kehilangan Privilege: Berakhirnya fasilitas (mobil dinas, pengawal, ruang VIP) yang membuat hidup terasa lebih mudah, cepat, dan istimewa.
  3. Kehilangan Legasi Semu: Sirnanya power untuk memaksakan kehendak dan meninggalkan jejak, meskipun jejak itu dibangun di atas fondasi yang rapuh atau kompromi etika.
  4. Kehilangan Identitas: Bagi banyak orang, mereka adalah jabatan mereka. Melepas jabatan sama dengan melepas diri mereka sendiri di mata publik.

Dalam sistem yang terlanjur terinstitusi ini, jabatan menjadi penentu utama status sosial. Sementara harga diri adalah nilai internal yang tidak terlihat, jabatan adalah nilai eksternal yang dapat diukur, dirayakan, dan dihormati secara kasat mata.

Persiraja Tahan Imbang Adhyaksa FC 1-1 di Banten

Ketakutan inilah yang membuat banyak manusia rela menukar integritas dengan proyek, menukar suara hati dengan surat keputusan, dan menukar prinsip dengan kelanggengan posisi.

- ADVERTISEMENT -

Paradox ‘Kursi Pinjaman’ dan Baju Dinas

Mari kita tegaskan kembali: jabatan hanyalah “kursi pinjaman” yang memiliki masa sewa yang pasti berakhir, sedangkan harga diri adalah aset abadi yang dibawa hingga akhir hayat.

Namun, demi kursi pinjaman itu, banyak yang terjebak dalam perangkap transaksionalisme. Kita saksikan betapa mudahnya seseorang mati-matian membela diri dan otoritasnya meskipun jelas di posisi yang salah, demi terlihat “terhormat” dan menghindari konsekuensi hukum atau sosial yang merusak citra. Mereka berjuang bukan demi kebenaran, tetapi demi mempertahankan ilusi kehormatan.

Mereka juga lupa bahwa jabatan itu hanyalah “baju dinas”. Baju dinas dipakai saat bekerja, dilepas saat pulang. Sayangnya, banyak yang kelupaan melepas baju dinas ini.

Mereka membiarkannya melekat sebagai kulit kedua, hingga mereka tidak tahu lagi siapa diri mereka tanpa seragam itu.

Ketika penghormatan yang diterima adalah hasil dari seragam (jabatan), maka penghormatan itu bersifat kondisional. Ia berlaku selama seragam itu masih dikenakan.

Begitu seragam ditanggalkan, semua penghormatan pun ikut luntur. Inilah ironi birokrasi yang mengkomodifikasi harga diri. Integritas dijual beli demi perpanjangan sewa kursi.

Keheningan Ruang VIP yang Kosong

Dampak dari kerelaan mempertukarkan harga diri demi jabatan ini terlihat jelas dalam fenomena “sunyi senyap” pasca-kekuasaan.

Begitu seseorang turun jabatan, entah karena pensiun atau karena diganti, mendadak semua orang di sekitarnya juga ikut “turun” interaksinya. Telepon sepi, pesan singkat tidak dibalas, dan undangan acara penting mendadak “nyasar” ke orang lain.

Para penjilat dan pengikut setia seolah menghilang ditelan bumi, meninggalkan ruang VIP yang tiba-tiba kosong dan sunyi.

Dalam keheningan itulah, seseorang baru menyadari bahwa hubungan yang selama ini ia nikmati bukanlah hubungan yang tulus dengan dirinya sebagai individu, melainkan hubungan fungsional dengan jabatannya. Kesunyian itu adalah harga yang harus dibayar atas pengorbanan integritas.

Di titik ini, harga diri bukan lagi nilai yang dijunjung, melainkan semacam barang yang bisa ditukar. Orang-orang ini panik, bukan karena kehilangan integritas moral, tetapi karena kehilangan akses ke ruang privilege.

Ujian Cermin Sejati

Maka, sudah saatnya kita merenung, sebagaimana Wahib menantang kita.

Jabatan itu sementara. Harga diri itu abadi. Daripada membangun harga diri di atas pasir jabatan yang mudah tersapu ombak, kita harus membangunnya di atas fondasi yang kokoh: karakter dan kejujuran. Kita harus membedakan antara dihormati karena power dan dihormati karena wisdom dan integritas.

Coba kita lakukan “Ujian Cermin Sejati.”

Jika besok semua titel, jabatan, pangkat, dan privilege dicabut. Jika kita berdiri di depan cermin hanya dengan diri kita sendiri, tanpa embel-embel dan atribut kekuasaan: Siapakah kita sebenarnya? Apakah kita masih punya keberanian untuk menatap pantulan cermin tanpa merasa kecil? Apakah cermin itu masih mengenali wajah kita, atau justru ia melihat bayangan asing yang panik karena kehilangan status?

Bisa jadi, yang kita jaga selama ini bukanlah kehormatan, melainkan ilusi tentang kehormatan. Dan yang kita pertahankan bukanlah harga diri sejati, melainkan hanya golden ticket untuk mendapatkan perlakuan istimewa.

Mari kita berani melepaskan ketergantungan pada kursi pinjaman. Karena pada akhirnya, tidak ada jabatan yang abadi. Yang abadi adalah bagaimana kita dikenang setelah jabatan itu hilang.

Harga diri yang sejati tidak membutuhkan lencana, gaji, atau kursi empuk. Ia cuma butuh keberanian untuk tetap jujur dan teguh pada prinsip, apa pun risiko kehilangan kursinya.

*Penulis adalah penikmat kopi, warga Kajhu Aceh Besar
TAGGED:Ahmad Wahib KutipanAnatomi Ketakutan ElitEtika KontemporerFenomena Sunyi Senyap Pasca-KekuasaanFilsafat KekuasaanHarga Diri vs Jabatanintegritas birokrasiJabatan Kursi PinjamanKetakutan Kehilangan JabatanKrisis Identitas BirokratRiza Syahputra Penikmat KopiUjian Cermin Sejatiwww.infoaceh.net
Previous Article Ustaz Masrul Aidi Tunjuk Nourman Hidayat sebagai Kuasa Hukum Kasus Kebakaran Dayah Babul Maghfirah
Next Article Persiraja Tahan Imbang Adhyaksa FC 1-1 di Banten
Tidak ada komentar

Beri KomentarBatalkan balasan

Populer

dr. Suzanna Octiva SpKJ
Opini
Ketika Penjaga Kesehatan Aceh Bertahan Tanpa Kepastian
Rabu, 12 November 2025
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh, Reza Saputra
Aceh
Mulai 12 November, Pemerintah Aceh Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan 100 Persen
Rabu, 12 November 2025
Aksi unjuk rasa tenaga kesehatan (Nakes) RSJ Aceh dan RSIA menuntut pembayaran jasa medis 2025 di Kantor Gubernur Aceh, Selasa (11/11). (Foto: Ist)
Aceh
Kebijakan Diskriminatif Pemerintah Aceh Paksa Nakes Memilih Haknya: TPP atau Jasa Medis!
Rabu, 12 November 2025
575 peserta mengikuti ujian CAT dalam rangkaian Seleksi Pegawai Tetap USK Tahun 2025 di Gedung UPT. TIK USK Darussalam Banda Aceh, Selasa (11/11). (Foto: Ist)
Pendidikan
575 Peserta Ikut Ujian CAT Seleksi Pegawai Tetap USK
Rabu, 12 November 2025
Siapa Andini Permata Videonya Berdurasi 2 Menit 31 Detik Bareng Adiknya Viral di Medsos
Umum
Siapa Andini Permata? Sosok Fiktif di Balik Video 2 Menit 31 Detik yang Jadi Umpan Penipuan Digital
Jumat, 11 Juli 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

Umum

Ustaz Masrul Aidi Tunjuk Nourman Hidayat sebagai Kuasa Hukum Kasus Kebakaran Dayah Babul Maghfirah

Rabu, 12 November 2025
Aceh

Lima Bulan Lalu Dikecam karena 4 Pulau Hilang, Kini Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan dari Wali Nanggroe

Rabu, 12 November 2025
Umum

Menag Lantik Hilmi sebagai Kepala Biro AUPK UIN Ar-Raniry

Rabu, 12 November 2025
Umum

Ketua Majelis Pendidikan Aceh Singkil Ipar Bupati Diduga Miliki KTP Ganda

Rabu, 12 November 2025
Umum

Siswa SMKN 1 Bireuen Unjuk Karya Nyata di Pelatihan MTU

Rabu, 12 November 2025
Umum

Polda Aceh Siap Kawal Program MBG, Pastikan Makanan Layak Dikonsumsi

Rabu, 12 November 2025
Pengurus Besar Akuatik Indonesia (PB Akuatik) telah resmi menggelar Indonesia Open Aquatic Championships (IOAC) 2025 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat.
Olahraga

IOAC 2025 Resmi Dibuka di GBK, PB Akuatik Saring 1.600 Atlet untuk SEA Games Thailand

Rabu, 12 November 2025
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menemukan dugaan ketidakwajaran harga barang impor saat meninjau pemeriksaan fisik kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.
Ekonomi

Purbaya Temukan Dugaan Manipulasi Nilai Impor, Barang Seharga Rp100 Ribu Dijual Puluhan Juta di Marketplace

Rabu, 12 November 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?