Banda Aceh, Infoaceh.net — Lima bulan setelah menuai kecaman dan hujatan akibat hilangnya empat pulau Aceh di Aceh Singkil, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian kini menerima anugerah gelar kehormatan adat dari Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Teungku Malik Mahmud Al Haythar.
Prosesi penganugerahan gelar adat “Petua Panglima Hukom Nanggroe” berlangsung khidmat di Meuligoe Wali Nanggroe, Darul Imarah, Aceh Besar, Rabu (12/11/2025).
Upacara ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah, Sekda M Nasir Syamaun, unsur Forkopimda dan sejumlah pejabat lainnya.
Acara ditandai dengan penyematan medali dan selempang oleh Wali Nanggroe kepada Tito Karnavian, disusul dengan prosesi peusijuek (tepung tawar) sebagai simbol penghormatan dan doa keselamatan.
Dikecam Karena Empat Pulau Hilang
Pada Juni 2025 lalu, Tito Karnavian sempat menjadi sorotan tajam masyarakat Aceh setelah menetapkan empat pulau di Kabupaten Aceh Singkil—yakni Pulau Lipan, Pulau Panjang, Pulau Mangkir Besar, dan Pulau Mangkir Kecil—masuk ke wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Mendagri Nomor 300.2.2-2138 Tahun 2025 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode serta Data Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Pulau.
Tito kala itu menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil karena belum adanya kesepakatan batas laut antara Aceh Singkil dan Tapanuli Tengah. “Karena tidak ada kesepakatan, maka sesuai aturan, penentuan batas diserahkan kepada pemerintah pusat,” ujar Tito waktu itu.
Namun, gelombang protes besar datang dari masyarakat dan tokoh Aceh yang menilai keputusan tersebut merugikan Aceh. Akhirnya, Presiden Prabowo Subianto turun tangan dan membatalkan keputusan tersebut, serta mengembalikan empat pulau itu ke wilayah administrasi Aceh.
Wali Nanggroe: Penghargaan Atas Dedikasi dan Perdamaian
Dalam sambutannya, Wali Nanggroe Malik Mahmud mengatakan penganugerahan gelar adat ini merupakan bentuk penghormatan atas jasa Tito dalam menjaga keamanan nasional, khususnya peran besarnya dalam menjaga perdamaian Aceh sejak masa jabatannya sebagai Kapolri hingga kini sebagai Mendagri.
“Anugerah ini diberikan atas dedikasi beliau dalam memperkuat keamanan di Aceh dan menjaga perdamaian yang telah kita raih dengan susah payah,” kata Malik Mahmud.
“Dengan penganugerahan ini, rakyat Aceh menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam. Semoga menjadi lambang persaudaraan yang terus terjaga,” tambahnya.
Tito: Sebuah Kehormatan Besar dari Aceh
Mendagri Tito Karnavian menyampaikan rasa terima kasih mendalam atas penganugerahan tersebut. Ia menyebut gelar Petua Panglima Hukom Nanggroe sebagai sebuah kehormatan yang akan selalu ia kenang sepanjang hidupnya.
“Ini adalah kenangan seumur hidup saya, karena diberikan langsung oleh Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh. Saya bangga menerima ini dari lembaga adat yang sangat kredibel,” ucap Tito.
Tito juga mengenang kunjungan Wali Nanggroe ke Jakarta beberapa waktu lalu, yang menyampaikan rencana pemberian gelar adat atas kontribusinya selama bertugas di Aceh. Ia menegaskan komitmennya untuk terus mendukung penguatan lembaga Wali Nanggroe sebagai penjaga adat dan budaya Aceh.
“Saya berharap lembaga ini terus menjadi benteng kebudayaan dan adat Aceh yang berperan dalam pembangunan bangsa,” tutup Tito.



