Banda Aceh, Infoaceh.net — Transparansi Tender Indonesia (TTI) menyoroti serius rendahnya daya serap Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) Perubahan 2025 yang dinilai sebagai indikator lemahnya eksekusi program oleh para pembantu Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem.
Berdasarkan data per 18 November 2025, serapan APBA-P 2025 yang bernilai total Rp11,117 triliun baru mencapai 68 persen. Artinya, masih terdapat sisa anggaran sekitar Rp3,5 triliun, sementara waktu tersisa menuju tutup tahun 2025 hanya sekitar 50 hari kerja.
TTI menilai kondisi ini berpotensi menimbulkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) yang jauh lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
Isu Internal Pemerintah Disebut sebagai Penyebab Utama
Koordinator TTI, Nasruddin Bahar, menjelaskan lemahnya serapan anggaran disebabkan oleh sejumlah persoalan internal pemerintah.
“Sejak awal pemerintahan Mualem, terlalu banyak persoalan politik dan isu-isu privasi yang mengganggu stabilitas kerja. Ditambah lagi isu mutasi yang membuat para pembantu gubernur tidak bekerja maksimal,” ujar Nasruddin.
Menurutnya, dinamika bongkar pasang pejabat, mulai dari Sekda hingga kepala SKPA, membuat roda pemerintahan tidak berjalan optimal.
Koordinasi antara Sekda Aceh sebagai penanggung jawab anggaran dengan para kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) juga dinilai lemah.
Selain itu, keterlambatan proses tender turut memperparah rendahnya serapan anggaran.
Bahkan, TTI mencatat masih ada beberapa SKPA yang belum menandatangani kontrak pada anggaran perubahan, sehingga berpotensi menghambat penyelesaian program sebelum tahun anggaran berakhir.
TTI menilai Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), seharusnya mengisi jabatan strategis dengan figur-figur yang memiliki rekam jejak baik dalam birokrasi.
“Evaluasi kinerja perlu dilakukan pada akhir tahun. Bila serapan anggaran jauh dari target, kepala dinas terkait harus siap dievaluasi bahkan dimutasi,” tegas Nasruddin.
Ia juga menyarankan agar tahun depan seluruh tender dilakukan lebih awal. “Idealnya, pada April seluruh kegiatan sudah teken kontrak. Jika anggaran Rp11 triliun saja tidak mampu dibelanjakan, sulit rasanya berharap ada tambahan Rp8 triliun seperti yang pernah disampaikan Mualem,” tambahnya.
Foto:
Rendahnya daya serap APBA 2025 dinilai sebagai indikator lemahnya eksekusi program oleh para pembantu Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem. (Foto: Ist)



