Banda Aceh, Infoaceh.net — Wacana pengoperasian Kapal Aceh Hebat-1 sebagai kapal penyeberangan internasional rute Krueng Geukueh–Penang, Malaysia semakin menguat. Pemerintah Aceh disebut telah menyiapkan proposal pembukaan rute tersebut, melihat tingginya potensi ekonomi, perdagangan, hingga mobilitas masyarakat Aceh–Malaysia.
Namun di tengah optimisme itu, muncul suara peringatan agar penguatan rute internasional tidak mengorbankan pelayanan kapal ke daerah terluar, terutama Kabupaten Simeulue yang selama ini sangat bergantung pada armada penyeberangan pemerintah.
Kapal Aceh Hebat-1 yang dibangun dari dana APBA awalnya dihadirkan sebagai kapal perintis untuk melayani pulau-pulau kecil Aceh. Namun, standardisasi teknis kapal dan peluang ekonomi kawasan membuat Pemerintah Aceh mempertimbangkan langkah lebih besar: menaikkan kelas kapal tersebut menjadi armada lintas negara.
Pemerhati Kebijakan Publik Aceh, Drs. M Isa Alima, menyatakan secara konsep KMP Aceh Hebat-1 sangat mungkin digunakan untuk pelayaran internasional.
“Secara teori dan rencana, Kapal Aceh Hebat bisa digunakan untuk trayek luar negeri, asalkan persyaratan perizinan serta dukungan kebijakan dipenuhi,” ujarnya, Sabtu (22/11).
Menurut Isa, peluang ini harus diperjuangkan karena mampu membuka pintu baru bagi perdagangan, pariwisata, arus barang, dan konektivitas Aceh dengan Malaysia.
Di balik dorongan menuju jalur internasional, Isa Alima mengingatkan pentingnya pemerataan layanan pelayaran, terutama bagi daerah yang selama ini berada dalam posisi rentan.
“Jangan sampai ada daerah seperti Simeulue yang kewalahan. Jika Aceh ingin membuka rute internasional, layanan domestik juga harus diperkuat,” tegasnya.
Simeulue, yang kerap menghadapi persoalan jadwal kapal, keterbatasan armada, dan kerentanan logistik, disebut tak boleh menjadi korban ambisi besar membuka rute ke luar negeri.
Isa menilai, rute internasional bukan sekadar soal prestise, tetapi juga tanggung jawab menjaga keadilan akses laut bagi seluruh masyarakat Aceh.
Sejumlah tokoh pengusaha Aceh dinilai berpotensi menjadi mitra strategis dalam pengembangan pelayaran internasional ini. Di antara yang disebut adalah: Ismail Rasyid (CEO PT Trans Continent), H. Arbi (CEO PT Bintang Family) dan H. Maksur Mukoda (Muko Dayah).
Menurut Isa, keterlibatan pengusaha Aceh yang memiliki modal, jaringan bisnis, dan pengalaman logistik sangat penting untuk memastikan keberlanjutan operasional rute internasional.
“Sudah saatnya Pemerintah Aceh mengajak para pengusaha ini duduk satu meja. Kita butuh cetak biru transportasi maritim yang matang dan berkelanjutan,” tambahnya.
Wacana pembukaan rute Krueng Geukueh–Penang dianggap sebagai langkah awal menuju hadirnya “Tol Laut Aceh”, sebuah konsep besar yang menempatkan Aceh sebagai simpul logistik dan perdagangan Selat Malaka.
Selain menghubungkan masyarakat, rute ini diyakini mampu: mendongkrak perekonomian daerah, membuka peluang ekspor UMKM Aceh, meningkatkan arus wisatawan, serta memperkuat branding Aceh sebagai pintu gerbang maritim Indonesia barat.
Ambisi Internasional Harus Berjalan Seimbang
Meski potensi besar terbuka lebar, sejumlah pihak menekankan bahwa keberanian mengembangkan rute internasional harus dibarengi komitmen pemerintah menjaga layanan domestik.
Kapal Aceh Hebat-1 memang berpeluang melahirkan era baru pelayaran internasional Aceh, namun daerah-daerah terluar — seperti Simeulue — tetap membutuhkan perhatian serius agar tidak terpinggirkan.



