Aceh Besar, Infoaceh.net – Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk memperkuat sektor ekonomi kreatif di Aceh melalui berbagai program pelatihan dan pemberdayaan generasi muda, termasuk kalangan santri.
Hal itu disampaikan saat membuka Pelatihan Ekonomi Kreatif: Dari HP Jadi Karya Bercerita di Hotel The Pade, Aceh Besar, Selasa (25/11/2025).
Menurut Menteri Riefky, potensi kreativitas anak muda Aceh sangat besar dan perlu difasilitasi agar mampu berkembang menjadi aktivitas yang memberikan nilai ekonomi.
“Anak muda Aceh memiliki talenta besar. Mereka bukan hanya kreatif, tetapi juga mampu menjadikan karya sebagai sumber penghasilan yang layak, bahkan dapat melampaui standar upah minimum,” ujarnya.
Ia mengungkapkan awalnya Aceh tidak masuk dalam daftar 12 provinsi prioritas pengembangan ekonomi kreatif. Namun setelah evaluasi dan pertimbangan potensi daerah, Aceh bersama Papua dan Maluku akhirnya ditetapkan sebagai wilayah prioritas baru.
“Alhamdulillah, Presiden menyetujui usulan tersebut karena melihat potensi ekonomi kreatif Aceh yang sangat besar,” katanya.
Riefky memaparkan perkembangan tren industri kreatif nasional yang kini menjadi magnet bagi lulusan perguruan tinggi. Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 50 persen lulusan memilih bekerja di sektor kreatif meski tidak sesuai jurusan yang ditempuh.
“Ini menunjukkan betapa besar peluang ekonomi kreatif ke depan,” tambahnya.
Kemenparekraf telah menjalankan sejumlah pilot project pemberdayaan santri, mulai dari pelatihan voice over, pembuatan konten, fotografi, hingga pengembangan platform digital.
Pelatihan fotografi di Aceh Besar disebut sebagai program potensial yang akan direplikasi secara nasional jika dinilai berhasil.
“Hari ini bukan hanya pelatihan teknis fotografi, tetapi juga bagaimana karya tersebut memiliki nilai komersial. Dengan teknologi yang ada, sebuah smartphone bisa menjadi sarana kreativitas sekaligus sumber pendapatan,” ujarnya.
Riefky berharap peserta mampu menjadikan pelatihan tersebut sebagai langkah awal menciptakan karya kreatif yang bernilai ekonomi.
“Kalau kegiatan ini sukses, Aceh akan menjadi daerah pertama yang menjadi model pelaksanaan nasional. Seperti sejarahnya, Aceh selalu menjadi yang terdepan,” tutupnya.
Bupati Aceh Besar Minta Creative Hub Dibangun
Bupati Aceh Besar, Muharram Idris atau Syech Muharram dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada Kemenparekraf yang telah memilih Aceh Besar sebagai lokasi pelatihan ekonomi kreatif. Ia menyebut program ini sangat relevan dengan kebutuhan generasi muda dan santri di era digital.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi pemuda dan santri yang kini hidup di era digital yang berkembang sangat cepat,” katanya.
Menurut Muharram, kegiatan tersebut bukan hanya melengkapi santri dengan ilmu agama, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam industri kreatif, terutama fotografi dan pembuatan konten digital menggunakan smartphone.
“Para santri dapat menjadi bagian dari penggerak ekonomi kreatif melalui kreativitas dan inovasi. Mereka harus mampu memanfaatkan teknologi dan menciptakan konten bernilai ekonomi,” lanjutnya.
Ia menyoroti sejumlah tantangan pelaku UMKM dan kreator lokal di Aceh Besar seperti keterbatasan modal, fasilitas pendukung, serta akses pemasaran. Karena itu, ia berharap Kemenparekraf dapat membantu menghadirkan Creative Hub sebagai pusat pengembangan ekosistem kreatif daerah.
“Banyak pelaku usaha, baik pemuda maupun ibu-ibu rumah tangga, menghasilkan produk kreatif bernilai tinggi. Namun akses pemasaran mereka masih terbatas. Kami berharap dukungan pemerintah pusat untuk memperluas akses promosi hingga tingkat nasional,” ujarnya.
Bupati berharap kehadiran Menteri Ekraf memberi manfaat besar bagi perkembangan ekonomi kreatif Aceh Besar dan melahirkan lebih banyak talenta kreatif dari dayah dan pesantren.
Direktur Penerbitan dan Fotografi Kemenparekraf selaku penyelenggara teknis kegiatan, menyampaikan pelatihan ini dirancang untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta mengenai proses produksi karya visual yang dapat dijual dan dikomersialkan.
Ia menyebutkan pelatihan berlangsung selama dua hari dengan menghadirkan mentor profesional bidang fotografi, mobile content creation, serta pemasaran digital. Para peserta akan dibimbing untuk menghasilkan karya foto yang tidak hanya menarik secara artistik, tetapi juga memiliki nilai pasar dan layak dipromosikan di platform digital.
“Kami ingin para santri menyadari bahwa kreativitas merupakan aset ekonomi. Dengan keterampilan yang tepat, mereka dapat menjadi kreator mandiri yang berdaya saing,” ujarnya.
Pelatihan tersebut diikuti puluhan peserta dari dayah dan pesantren di Aceh Besar serta sejumlah komunitas kreatif lokal.



