Banda Aceh, Infoaceh.net — Kelangkaan gas elpiji (LPG) di sejumlah wilayah Aceh belum juga teratasi pasca bencana besar banjir bandang dan longsor.
Kondisi ini memaksa banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya penjual makanan dan minuman, menghentikan aktivitas usahanya karena kehabisan stok gas.
Kelangkaan LPG dilaporkan terjadi di sejumlah daerah mulai kota Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie hingga Bireuen.
Di sejumlah pasar dan pangkalan, tabung LPG 3 kilogram sulit ditemukan, sementara harga LPG non-subsidi 12 kg melonjak harganya hingga Rp400 ribu dan tidak terjangkau bagi pelaku usaha kecil.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Aceh, Teuku Faisal, menyampaikan bahwa krisis LPG terjadi akibat terganggunya jalur distribusi darat dari Aceh Utara, yang menjadi sumber utama pasokan gas ke berbagai daerah di Aceh.
“Sumber LPG berasal dari Aceh Utara. Namun jalur darat yang menghubungkan Aceh Utara dengan daerah lain masih belum bisa dilewati,” ujar Faisal, Sabtu (13/12/2025).
Sebagai langkah darurat, Pemerintah Aceh mengalihkan distribusi LPG melalui jalur laut dengan mengerahkan dua kapal untuk mengangkut mobil tangki LPG menuju Banda Aceh dan wilayah sekitarnya.
Meski demikian, pasokan yang masuk dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dampak kelangkaan LPG sangat dirasakan pelaku UMKM. Banyak warung makan, kedai kopi, pedagang gorengan, hingga usaha rumahan terpaksa tutup sementara karena tidak dapat berproduksi tanpa gas.
“Sudah beberapa hari kami tutup. Tidak ada gas untuk memasak. Kalau pakai LPG non-subsidi, biayanya terlalu mahal,” ujar seorang penjual makanan di Banda Aceh.
Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah, meminta pemerintah pusat memberikan perhatian khusus terhadap kondisi Aceh yang sedang dilanda musibah.
Ia menilai penanganan kelangkaan LPG tidak bisa dilakukan dengan pola normal.
“Normalisasi LPG di Aceh harus dilakukan secara serius dan di atas standar normal. Ini sudah berdampak langsung pada ekonomi rakyat kecil, terutama UMKM,” kata Irwansyah.
Ia juga meminta pemerintah pusat dan PT Pertamina menambah jumlah kapal pengangkut LPG serta memperbesar kuota pasokan, termasuk LPG non-subsidi bagi pelaku usaha.
“Kalau dua kapal belum cukup, tolong ditambah. Jangan sampai usaha rakyat terus tutup dan ekonomi makin terpuruk,” tegasnya.
Hingga kini, masyarakat dan pelaku usaha masih berharap distribusi LPG ke Aceh segera kembali normal agar aktivitas rumah tangga dan ekonomi dapat berjalan seperti sediakala.



