INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Aceh

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Lambat, Trauma Massal Korban Banjir Aceh Lebih Berat dari Tsunami 2004

Last updated: Senin, 22 Desember 2025 23:10 WIB
By M Saman
Share
Lama Bacaan 4 Menit
Usman, warga Kota Lintang Bawah, salah satu korban banjir terparah di Kabupaten Aceh Tamiang. (Foto: Ist)
SHARE
Aceh Tamiang, Infoaceh.net — Di bawah terpal-terpal pendek yang berdiri di atas Jembatan Sungai Tamiang, Aceh Tamiang, ratusan korban banjir bandang berusaha bertahan.
Mereka tidak hanya melawan panas, debu, dan nyamuk, tetapi juga menghadapi luka batin yang kian hari kian dalam.
Ahli psikologi klinis menilai trauma bencana banjir dan longsor yang kini melanda Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara justru lebih berat dibandingkan trauma tsunami Aceh 2004.
Penyebab utamanya bukan semata dahsyatnya bencana, melainkan lambannya pemenuhan kebutuhan dasar korban.
“Secara psikologis ini sangat berbahaya. Ketika kebutuhan paling mendasar saja belum terpenuhi, manusia kehilangan kemampuan untuk pulih,” kata psikolog klinis Yulia Direzkia, yang pernah menjadi relawan pada tsunami 2004.
Sebelum bencana, para korban bisa tidur di ranjang sendiri, makan dengan tenang, dan bercengkerama bersama keluarga. Kini, untuk masuk ke tenda pengungsian saja mereka harus membungkuk. Terpal tipis tak mampu menahan panas siang hari maupun dingin malam.
Ratnawati (54), warga Desa Suka Jadi, telah berpindah lima kali lokasi pengungsian. Tak satu pun benar-benar aman dari genangan air hujan. “Ini tempat terakhir. Ke mana lagi kami mau lari,” katanya kepada BBC News Indonesia.
Ia tinggal bersama anak, menantu, dan tujuh cucunya di satu tenda sempit. Malam hari diisi gigitan nyamuk, siang hari terik matahari menembus terpal. Setiap hari dilalui dengan kelelahan fisik dan emosi yang naik turun.
Banjir bandang yang terjadi pada 26 November dini hari menghapus rumah Ratnawati yang berada di tepi Sungai Tamiang. Lumpur dan gelondongan kayu datang tanpa memberi waktu menyelamatkan apa pun.
“Hingga sekarang masih mimpi dikejar air. Kalau lihat sungai, rasanya tidak sanggup,” ujarnya sambil menangis.
Ratnawati mengakui emosinya kini sulit dikendalikan. Hal-hal kecil mudah memancing amarah. Kekecewaan juga muncul ketika melihat bantuan yang dibagikan tidak merata.
Perubahan ini, katanya, juga dialami anak-anak dan cucunya. Mereka menjadi lebih rewel, sering menangis, dan terus meminta pulang ke rumah yang kini sudah tak ada.
Penyintas lain, Warno (56), memilih diam. Sejak banjir menghanyutkan rumahnya, ia sering melamun di sudut jembatan.
“Kalau bisa jangan ada pagi. Malam saja terus, supaya tidur dan tidak ingat apa-apa,” katanya.
Warno memendam kesedihan agar terlihat kuat di depan istri dan anak-anaknya. Namun luka batin itu terus mengendap.
Hingga kini, belum tersedia layanan konseling psikologis di posko pengungsian Jembatan Sungai Tamiang. Padahal, menurut para penyintas, terutama ibu-ibu dan anak-anak, bantuan psikologis sangat dibutuhkan.
“Anak-anak trauma. Mereka perlu ditenangkan,” ujar Nursahati (30), penyintas lainnya.
Menurut Yulia, pada tsunami 2004, meski skala kehancuran sangat besar, pemenuhan kebutuhan dasar relatif cepat. Bantuan nasional dan internasional datang dalam hitungan hari, rumah sakit darurat tersedia, dan sistem penanganan terpusat.
Kini, lebih dari 20 hari pascabencana, masih banyak wilayah terisolasi. Air bersih terbatas, akses kesehatan jauh, listrik dan komunikasi belum pulih, serta pengungsian tersebar tanpa koordinasi matang.
“Kondisi ini membuat penyintas tidak mampu melakukan self-healing. Dari stres akut, mereka bisa jatuh ke PTSD kronis,” jelas Yulia.
Gejalanya antara lain kilas balik kejadian, emosi meledak-ledak, menarik diri, hingga gangguan fisik akibat tekanan psikologis.
Yulia juga menilai bencana kali ini lebih kompleks karena bercampur dengan persoalan ekologis. Gelondongan kayu yang terbawa banjir diduga berasal dari pembabatan hutan, memperparah dampak kerusakan.
Trauma tidak hanya dialami penyintas, tetapi juga relawan, aparat, tenaga kesehatan, jurnalis, dan masyarakat luas yang terus terpapar berita bencana—fenomena yang dikenal sebagai secondary trauma.
Dengan keterbatasan jumlah psikolog trauma di Aceh, Yulia mendorong pemerintah segera memetakan wilayah terdampak secara psikologis dan mempercepat pemenuhan kebutuhan dasar.
“Dalam kondisi seperti ini, bantuan sekecil apa pun bisa menyelamatkan kesehatan mental penyintas,” pungkasnya.
Previous Article Kunjungi Aceh Tamiang, Mendagri Tegaskan Pemerintah Akan Relokasi Warga Terdampak Banjir
Next Article Wali Nanggroe Temui Konsul Amerika Bahas Bantuan Kemanusiaan Pascabanjir Aceh
Tidak ada komentar

Beri KomentarBatalkan balasan

Populer

Umum
Wali Nanggroe Temui Konsul Amerika Bahas Bantuan Kemanusiaan Pascabanjir Aceh
Senin, 22 Desember 2025
Siapa Andini Permata Videonya Berdurasi 2 Menit 31 Detik Bareng Adiknya Viral di Medsos
Umum
Siapa Andini Permata? Sosok Fiktif di Balik Video 2 Menit 31 Detik yang Jadi Umpan Penipuan Digital
Jumat, 11 Juli 2025
Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem bersama kedua istrinya, Marlina Usman atau Kak Ana (Ketua TP PKK Aceh) dan Salmawati SE atau Bunda Salma (Anggota Komisi III DPRA). (Foto: Ist)
Aceh
Dua First Lady Aceh: Antara Kak Ana dan Bunda Salma, Siapa Paling Berpengaruh?
Kamis, 3 Juli 2025
Aceh
Pemerintah Lambat Tangani Bencana, Warga Korban Banjir Aceh Kibarkan Bendera Putih Minta Bantuan Internasional 
Sabtu, 13 Desember 2025
Nasional
Sambut Kunjungan Mendagri, Kapolda Paparkan Upaya Polri Tangani Banjir di Aceh Tamiang  
Selasa, 23 Desember 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

Aceh

Pemerintah Melunak, Bantuan Internasional untuk Bencana Aceh-Sumatera Boleh Masuk dari NGO

Minggu, 21 Desember 2025
Rakit darurat yang ditumpangi Wagub Aceh Fadhlullah terbalik dan tercebur ke sungai saat meninjau daerah terdampak bencana banjir bandang di Desa Merandeh Paya, Kecamatan Rusip Antara, Aceh Tengah, Ahad (21/12). (Foto: Ist)
Aceh

Rakit Terbalik, Wagub Tercebur ke Sungai Saat Kunjungi Lokasi Banjir di Pameu Aceh Tengah

Minggu, 21 Desember 2025
Forum Dakwah Perbatasan (FDP) kembali menyambangi wilayah terdampak banjir di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Pada tahap ketiga penanganan pascabencana, Sabtu (20/12).
Aceh

Mobil Klinik FDP Layani Ratusan Korban Banjir di Pidie Jaya

Minggu, 21 Desember 2025
Akses jalan dari Bireuen menuju Bener Meriah dan Aceh Tengah hingga kini masih menghadapi kendala jalan terputus di jembatan Tenge Besi Kecamatan Pintu Rime Gayo, Ahad (21/12). (Foto: Ist)
Aceh

Akses Bireuen ke Bener Meriah dan Aceh Tengah Masih Terkendala Jalan Terputus

Minggu, 21 Desember 2025
Kampung Kutereje, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, luluh lantak diterjang banjir bandang. (Foto: Ist)
Aceh

Kampung Kutereje Aceh Tengah Habis Tak Tersisa Diterjang Banjir Bandang

Minggu, 21 Desember 2025
Arus lalu lintas di jembatan bailey alternatif Awe Geutah, Teupin Reudeup, yang menghubungkan jalan nasional Bireuen–Lhokseumawe, saat ini diberlakukan sistem buka tutup. (Foto: Ist)
Aceh

Arus Lalu Lintas Diberlakukan Buka Tutup di Jembatan Bailey Awe Geutah Bireuen 

Minggu, 21 Desember 2025
Evakuasi jenazah korban bencana banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang pada Sabtu (20/12). (Foto: Ist)
Aceh

24 Hari Pascabanjir Aceh, Evakuasi Jenazah Korban Masih Berlangsung

Minggu, 21 Desember 2025
Dugaan penjarahan dan pencurian mobil milik korban banjir bandang dilaporkan mulai terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang pascabencana banjir besar yang melanda wilayah tersebut. (Foto: Ist)
Aceh

Mobil Korban Banjir Dijarah dan Dicuri di Aceh Tamiang, Aparat Diminta Bertindak

Sabtu, 20 Desember 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?