BANDA ACEH, Infoaceh.net — Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah atau yang akrab disapa Dek Fad, meminta aparat keamanan TNI dan Polri agar menahan diri serta menghindari tindakan represif yang dapat memicu bentrokan dengan masyarakat, khususnya di tengah situasi sulit pascabencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh.
Pernyataan tersebut disampaikan menyusul terjadinya bentrokan antara aparat keamanan dan warga sipil pada Kamis, 25 Desember 2025, di beberapa daerah, antara lain Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, dan Aceh Timur.
Bentrokan terjadi saat sekelompok warga mengawal penyaluran bantuan kemanusiaan bagi korban banjir bandang dan longsor sambil mengibarkan bendera Bulan Bintang, yang dikenal sebagai simbol Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada masa konflik Aceh.
Aksi tersebut memicu respons aparat keamanan yang berujung pada ketegangan di lapangan.
Wagub Fadhlullah menyayangkan bentrokan itu terjadi Kamis kemarin.
Ia menegaskan bahwa seluruh pihak harus mampu mengendalikan emosi dan mengedepankan kebijaksanaan dalam menghadapi kondisi sulit pascabencana.
Hal itu disampaikan Wagub di sela-sela acara peringatan 21 tahun musibah Tsunami Aceh yang dirangkaikan dengan doa bersama untuk korban banjir bandang dan longsor.
Kegiatan tersebut berlangsung di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jum’at pagi (24/12/2025).
“Saya berharap TNI dan Polri dapat menahan diri dalam situasi ini. Kepada masyarakat juga kami imbau untuk tetap bersatu padu dalam misi kemanusiaan. Mari kita jaga kekompakan dan fokus membantu saudara-saudara kita yang terdampak bencana,” ujar Fadhlullah yang merupakan mantan Anggota Komisi I DPR RI.
Ia menekankan bahwa solidaritas dan persatuan merupakan kunci utama dalam menghadapi bencana, serta mengingatkan agar tidak ada pihak yang justru memperkeruh suasana di tengah penderitaan masyarakat.
Insiden bentrokan kembali pecah di Kota Lhokseumawe dan wilayah Aceh Utara pada Kamis, 25 Desember 2025.
Ketegangan dipicu oleh aksi pengibaran bendera Bulan Bintang oleh sekelompok warga yang mengawal truk pengangkut bantuan logistik untuk korban banjir.
Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Nasional Banda Aceh–Medan, tepatnya di Simpang Kandang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, dan berlanjut hingga kawasan Krueng Mane, Kabupaten Aceh Utara.
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata, beberapa truk pengangkut bantuan melintas dengan dikawal puluhan warga. Selain sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan, aksi tersebut juga disebut sebagai ekspresi kekecewaan warga terhadap penanganan banjir yang dinilai belum merata.
Keberadaan bendera Bulan Bintang menarik perhatian aparat keamanan yang berjaga di lokasi. Personel TNI dari Korem 011/Lilawangsa bersama Brimob kemudian meminta agar bendera tersebut diturunkan.
Permintaan itu ditolak warga, yang menilai aksi mereka tidak mengganggu ketertiban umum karena bertujuan murni untuk membantu korban banjir di Aceh Tamiang. Perdebatan pun tak terhindarkan.
Situasi semakin memanas ketika aparat melakukan sweeping dan berupaya membubarkan massa. Adu mulut berubah menjadi aksi saling dorong antara aparat dan warga.
Sejumlah video amatir yang beredar luas di media sosial memperlihatkan aparat bersenjata lengkap turun langsung menghadapi warga sipil di lokasi kejadian.
Dalam rekaman video yang beredar, terlihat beberapa warga terjatuh dan mengalami tindakan kekerasan. Sedikitnya lima orang dilaporkan mengalami luka-luka.
Para korban diduga mengalami pemukulan, termasuk menggunakan popor senjata laras panjang, serta tendangan oleh oknum aparat TNI.
Peristiwa ini kembali menyoroti pentingnya pendekatan humanis dan dialogis dalam penanganan situasi sensitif di Aceh, khususnya saat masyarakat tengah dilanda bencana dan membutuhkan solidaritas bersama.



