TAKENGON, Infoaceh.net – Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, mengungkapkan hingga lebih dari satu bulan pascabencana banjir bandang dan longsor yang terjadi sejak 26 November 2025, masih terdapat sejumlah desa di wilayahnya yang terisolir dan belum dapat diakses secara normal.
Haili Yoga menyampaikan, keterisolasian tersebut disebabkan oleh kerusakan parah pada infrastruktur jalan akibat longsor. Saat ini, akses menuju beberapa desa hanya dapat dilalui menggunakan kendaraan khusus seperti sepeda motor trail dan mobil offroad.
“Masih ada desa yang terisolir sehingga bantuan logistik terpaksa dikirim melalui jalur udara. Kami memohon dukungan Pemerintah Aceh, khususnya melalui Dinas PUPR, untuk segera membuka akses jalan ke desa-desa tersebut agar distribusi bantuan dan aktivitas warga tidak lagi terhambat,” ujar Haili Yoga, Sabtu (27/12).
Meski demikian, ia menyebutkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan seiring dengan mulai terbukanya akses jalan antar-kabupaten.
Aktivitas distribusi barang dan mobilitas warga perlahan kembali berjalan, meski belum sepenuhnya normal.
Dalam kesempatan yang sama, Haili Yoga menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan berbagai pihak dalam penanganan dampak bencana, termasuk Pemerintah Aceh, Kodam Iskandar Muda, Polda Aceh, serta instansi terkait lainnya.
Sementara itu, Pemerintah Aceh menegaskan pembangunan dan pemulihan infrastruktur konektivitas di wilayah dataran tinggi menjadi prioritas utama pascabencana.
Hal ini bertujuan untuk memastikan kelancaran arus ekonomi serta mempercepat proses pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat terdampak.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, M. Nasir Syamaun, saat melakukan pertemuan silaturahmi dengan Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, di Pendopo Bupati Aceh Tengah, Takengon, Jumat malam (26/12/2025).
M. Nasir menekankan akses jalan di wilayah Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues merupakan “urat nadi” perekonomian masyarakat dataran tinggi. Karena itu, Pemerintah Aceh berkomitmen memprioritaskan pembukaan dan perbaikan sejumlah titik infrastruktur yang sempat terhambat akibat bencana.
“Jika distribusi logistik berjalan lancar dan stok kebutuhan pokok serta BBM mencukupi, maka pertumbuhan ekonomi masyarakat akan semakin membaik. Karena itu, konektivitas harus segera pulih,” kata M. Nasir.
Ia menjelaskan, fokus utama pemulihan infrastruktur diarahkan pada perbaikan jembatan penghubung antar Kabupaten Bireuen–Bener Meriah serta ruas jalan Simpang KKA–Bener Meriah yang memiliki peran strategis dalam distribusi logistik.
Selain itu, pembukaan akses jalan lintas Pameu–Aceh Tengah, jalur Nagan Raya–Aceh Tengah, serta poros Aceh Tengah–Gayo Lues juga menjadi agenda mendesak guna memulihkan mobilitas antar-kabupaten di wilayah dataran tinggi Aceh.
Tak hanya menyoroti infrastruktur jalan, Sekda Aceh juga menekankan pentingnya relokasi warga yang terdampak banjir dan longsor ke lokasi yang lebih aman.
Ia meminta Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah untuk memastikan keakuratan data jumlah rumah yang rusak agar proses relokasi dan pembangunan hunian dapat berjalan tepat sasaran.
“Masyarakat harus memiliki rumah yang layak. Dengan hunian yang stabil, ekonomi keluarga bisa kembali berjalan, terutama pada sektor unggulan seperti pertanian dan perkebunan,” tambahnya.
Dalam pertemuan tersebut, M. Nasir memberikan arahan inovatif dengan mendorong pemanfaatan kayu gelondongan sisa banjir dan longsor sebagai material pembangunan kembali jembatan maupun rumah warga yang rusak, sebagai solusi cepat dan efisien dalam proses pemulihan pascabencana.



