Houthi Ajukan Pertukaran Tawanan Skala Penuh, Desak Saudi Tekan Pemerintah Yaman
Sanaa, Infoaceh.net – Kelompok Houthi di Yaman mengumumkan kesiapan untuk melakukan pertukaran tawanan secara menyeluruh dengan Pemerintah Yaman. Pernyataan ini disampaikan pada Jumat, 6 Juni 2025, dan menjadi salah satu sinyal diplomatik paling penting sejak perang saudara meletus lebih dari satu dekade lalu.
Melalui Kantor Berita SABA, yang dikelola Houthi, kepala Komite Urusan Tawanan Abdul Qader al-Murtada menyatakan pihaknya siap melakukan pertukaran penuh tanpa syarat, mencakup seluruh tahanan dari semua pihak.
“Kami siap melaksanakan proses pertukaran penuh yang mencakup semua tawanan, tanpa terkecuali,” tegas al-Murtada.
Dalam pernyataannya, Houthi mendesak Arab Saudi, yang selama ini memegang peran dominan dalam koalisi militer di Yaman, untuk menekan Pemerintah Yaman yang diakui internasional agar menerima tawaran pertukaran tersebut tanpa prasyarat politik.
“Kami menyerukan kepada Arab Saudi untuk mendorong Pemerintah Yaman agar menanggapi inisiatif ini dengan serius demi kemanusiaan, bukan kepentingan politik,” ujar al-Murtada.
Pemerintah Yaman hingga kini belum memberikan respons resmi terhadap tawaran terbaru dari kelompok Houthi.
Yaman telah dilanda konflik brutal sejak akhir 2014, ketika kelompok Houthi yang berhaluan Syiah merebut ibu kota Sanaa dan memaksa pemerintahan Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi melarikan diri ke selatan, sebelum akhirnya membentuk pemerintahan pengasingan yang didukung Saudi.
Sejak saat itu, puluhan ribu orang tewas dan jutaan lainnya terdampak krisis kemanusiaan terburuk di dunia. PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan terus mendorong dialog damai sebagai satu-satunya solusi berkelanjutan.
Inisiatif pertukaran tawanan skala besar bukanlah yang pertama. Pada 2023, lebih dari 900 tawanan dibebaskan melalui mediasi PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Dua tahun sebelumnya, pada 2020, pertukaran terbesar melibatkan sekitar 1.000 tawanan dari kedua belah pihak.
Namun, sejak gencatan senjata yang difasilitasi PBB pada April 2022, intensitas bentrokan antara pasukan Houthi dan koalisi Pemerintah Yaman mulai menurun. Kini, proposal terbaru ini dinilai sebagai peluang penting untuk menghidupkan kembali jalur perdamaian.
Pengamat Timur Tengah menilai, langkah Houthi ini bisa dilihat dari dua sisi. Di satu sisi, sebagai bentuk inisiatif kemanusiaan yang berpotensi membuka pintu dialog lebih luas. Di sisi lain, manuver politik strategis untuk memperkuat posisi tawar kelompok tersebut dalam negosiasi internasional.
Tanpa respons cepat dari Pemerintah Yaman atau tekanan dari aktor regional seperti Arab Saudi dan UEA, inisiatif ini berisiko mandek dan menjadi bagian dari siklus panjang diplomasi yang tak kunjung usai.