Banda Aceh — Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh siap berkontribusi penuh untuk membangun Pusat Studi Arsip Kebencanaan (PUSAKE).
Dimana Unsyiah berperan sebagai pengelola pusat riset, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebagai pengelola arsip kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai sumber data, dan Pemerintah Aceh sebagai penggerak sektor wisata bencana di Aceh.
Hal itu disampaikan oleh Rektor Unsyiah Prof Dr Ir Samsul Rizal, M.Eng dalam International Seminar and Archieves, Lesson From the Past Tragedy For The Better Future: Indian Ocean Tsunami Archives as The Source of Knowlegde and Documentary Heritage, Kamis (17/12).
Webinar ini membahas tragedi tsunami Aceh yang berlangsung 26 Desember tahun 2004, serta pentingnya arsip sebagai sarana pembelajaran menghadapi bencana di masa depan.
Samsul yang merupakan keynote speaker dalam kegiatan ini mengatakan, tragedi tsunami merupakan bagian dari sejarah modern dan pantas untuk didokumentasikan dalam arsip.
“Unsyiah siap mendukung penuh upaya ANRI untuk melestarikan arsip-arsip tersebut sebagai Memory of the World,” ungkap Samsul ketika menyampaikan materinya berjudul Menuju Pusat Kajian Arsip Bencana: Kolaborasi ANRI dan Unsyiah.
Selain itu Samsul juga menyampaikan, hendaknya arsip dapat ditampilkan dengan cara yang menarik supaya dapat menarik orang-orang untuk mempelajarinya.
“Semua sejarah kita tersimpan di dalam arsip. Arsip ini perlu dipelajari, tak hanya untuk membantu meningkatkan kesadaran dan kesiapan kita, tetapi juga berfungsi sebagai paradigma dalam memitigasi dampak di masa depan,” ujarnya.
Karena itulah, tambah Samsul, arsip tidak boleh dipandang sebagai dokumen yang pasif, tetapi harus digunakan secara aktif. Misalnya untuk bahan penelitian dan pengembangan dalam penanggulangan bencana.
Disinilah peran perguruan tinggi sangat penting, yaitu dalam penelitian dan pengembangan kearsipan.
“Arsip terkait bencana ini perlu disimpan, tidak hanya untuk pusaka tetapi juga digunakan untuk penelitian dan pengembangan”.
Unsyiah sebagai perguruan tinggi, tambah Samsul, akan mengambil peran dalam menyelamatkan, memanfaatkan dan mengembangkan arsip tersebut dengan mengembangkan Pusat Studi Arsip Kebencanaan.
Sementara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara – Reformasi Birokrasi (Menpan RB), diwakili Deputi Bidang Pelayanan Publik, Diah Natalisa menyampaikan, arsip berperan penting dalam pengelolaan reformasi birokrasi.
Karenanya, arsip nasional harus mampu membangun sumber daya kearsipan yang berkualitas dan berkarakter.
“Arsip menjadi kebutuhan strategis yang sangat penting bagi negara dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, transparansi, dan pemenuhan data dan informasi kepada masyarakat”, terangnya.
Karena itu, tambahnya, diperlukan kontribusi nyata dari seluruh pihak untuk mewujudkan hal ini, terutama untuk mendukung peningkatan kualitas pengelolaan arsip kita.
Selain Rektor Unsyiah dan Menpan RB, webinar ini juga turut diisi Dr M Taufik M.Si (Plt Direktur Jenderal ANRI), Aminullah Usman (Walikota Banda Aceh), Teuku Ahmad Dadek (mewakili Pemerintah Aceh), Prof Yoshimi Nishi dari Kyoto University, dan Dilini Liyanage M.Phil dari Arsip Nasional Sri Lanka. (IA)