Banda Aceh, Infoaceh.net – Aceh pernah menjadi pusat eksploitasi gas alam cair terbesar di Indonesia. Namun, tiga dekade industrialisasi itu ternyata tak mampu mengangkat derajat ekonomi masyarakatnya.
Kabupaten Aceh Utara, yang menjadi pusat industri gas Arun, justru tercatat sebagai daerah dengan angka kemiskinan tertinggi di provinsi ini.
Aceh juga telah beberapa tahun menjadi provinsi termiskin di Pulau Sumatera.
“Belajar dari pengalaman Aceh, di mana pernah terjadi investasi dan inovasi besar dalam eksplorasi gas alam cair di Kawasan Arun Aceh Utara. Setelah 30 tahun industrialisasi ini dilakukan, masyarakat miskin paling banyak di Aceh tetap di Kabupaten Aceh Utara. Ini karena inovasi teknologi terhadap komoditas dilakukan secara eksklusif,” demikian pernyataan tajam disampaikan Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK), Syaifullah Muhammad, dalam Konvensi Sain, Teknologi dan Industri (KSTI) 2025 di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (9/8/2025).
Ia hadir sebagai pembicara pada panel Hilirisasi dan Industrialisasi: Ketahanan Rantai Pasok Konten Lokal yang diinisiasi Kemendiktisaintek RI.
Menurut Syaifullah, pengalaman Arun menjadi pelajaran pahit bahwa inovasi dan industrialisasi yang dilakukan secara eksklusif—tanpa melibatkan rakyat—hanya akan meninggalkan kemiskinan.
Karena itu, ia menegaskan pentingnya membangun hilirisasi komoditas berbasis teknologi tepat guna yang melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama.
“Mari melihat Indonesia dari pinggiran. Komoditas unggulan daerah, terutama pertanian dan agro, adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Hilirisasi yang inklusif akan memberi nilai tambah besar sekaligus peluang industri berkelanjutan,” katanya.
ARC-USK saat ini telah mengembangkan hampir 30 produk turunan berbasis minyak nilam Aceh.
Sebagian besar sudah mengantongi izin edar BPOM dan dipasarkan secara luas dengan nilai jual tinggi.
Syaifullah menegaskan, inovasi tidak boleh berhenti di laboratorium atau dikuasai segelintir pihak, tetapi harus menjadi gerakan ekonomi yang menyentuh petani, pelaku UMKM, dan komunitas lokal.
Ia juga menyoroti kondisi perguruan tinggi yang kerap membebani dosen dengan pekerjaan administratif berlebihan, sehingga menghambat kiprah mereka dalam pengabdian kepada masyarakat.
“Dosen harus diberi ruang untuk riset dan inovasi yang berdampak langsung pada ekonomi rakyat,” ujarnya.
KSTI 2025 digelar pada 7–9 Agustus di Kampus ITB Bandung, dibuka oleh Presiden RI Prabowo Subianto, dan dihadiri sejumlah menteri serta ilmuwan ternama.
Rektor USK Prof Dr Marwan turut hadir. Acara ini juga menampilkan penerima Nobel Fisika asal Rusia, Konstantin Novoselov, serta para peneliti papan atas dari berbagai bidang.



