Banda Aceh, Infoaceh.net – Puluhan mahasiswa asal Thailand yang sedang menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi di Aceh mendapat sambutan hangat dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Khalid di Museum Rumoh Manuskrip Aceh milik budayawan Tarmizi A. Hamid, Ahad (10/8/2025).
Direktur Museum Rumoh Manuskrip Aceh, Tarmizi A. Hamid, menjelaskan penyambutan dilakukan di museum agar para mahasiswa dapat melihat langsung sebagian koleksi peninggalan warisan budaya Aceh.
“Penyambutan mahasiswa Thailand dilakukan di museum agar mereka dapat melihat langsung peninggalan budaya Aceh yang tersimpan di sini,” kata Tarmizi, yang akrab disapa Cek Midi.
Sekitar 20 mahasiswa hadir dalam acara tersebut. Mereka mendapat penjelasan dari Khalid dan Tarmizi tentang sejarah, kearifan lokal, serta hubungan historis Aceh Darussalam dengan Pattani Darussalam dan Brunei Darussalam.
“Sekarang hanya Brunei Darussalam yang masih bertahan sebagai negara Islam Melayu,” ujar Tarmizi.
Acara yang dipandu Dosen UIN Ar-Raniry Hasan Basri M. Nur itu juga menjadi ajang dialog.
Khalid menyampaikan rasa terima kasih kepada para mahasiswa karena telah memilih Aceh sebagai tempat menuntut ilmu.
“Kalian berada di Aceh dipastikan aman dan terlindungi. Pemerintah Aceh memberi perlindungan kepada kalian,” tegasnya.
Khalid menilai kegiatan ini penting, mengingat Aceh memiliki status istimewa dan kekhususan, terutama dalam bidang syariat Islam dan pendidikan.
Ia berjanji akan menyampaikan hasil pertemuan kepada pimpinan DPRA dan instansi terkait untuk mendorong adanya program khusus bagi pelajar asing di Aceh.
Beberapa mahasiswa memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya tentang sejarah konflik Aceh, MoU Helsinki, dan status otonomi khusus (Otsus) Aceh.
Khalid menjawab secara rinci, sekaligus menekankan nilai adat Aceh yang memuliakan tamu.
“Peumulia jamee adalah adat orang Aceh. Kalian adalah saudara kami,” ucapnya.
Khalid mengaku senang mengetahui jumlah mahasiswa asing di Aceh semakin bertambah, tidak hanya di IAIN Ar-Raniry seperti pada era 1990-an, tetapi kini juga di Universitas Syiah Kuala (USK) pada berbagai fakultas, termasuk Kedokteran, FISIP dan Ekonomi Bisnis.
Salah satu mahasiswa, Wan Hasnah dari Fakultas Farmasi USK, menyampaikan kesan positifnya terhadap Aceh serta apresiasi kepada DPRA dan Museum Rumoh Manuskrip Aceh.
Meski fokus kuliah di bidang farmasi, ia tertarik mempelajari budaya dan sistem politik Aceh.
Ia mengaku beruntung dapat berbincang langsung dengan anggota DPRA Khalid dalam kesempatan tersebut.



