Banda Aceh — PT. Bank Aceh Syariah (BAS) siap mengikuti jejak Bank Jabar Banten (BJB), dari bank daerah bertransformasi menjadi bank nasional.
Pernyataan ini disampaikan Direktur Utama Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman, pada kegiatan gathering bersama insan pers Aceh di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh, Selasa (29/12).
Haizir menyampaikan, BAS punya visi agar bisa merambah berbagai provinsi di Indonesia, seperti halnya PT Bank Jabar Banten yang kini membuka cabang di berbagai provinsi di Indonesia, bahkan kini aset mereka berada di 10 besar nasional.
“Biar berkantor pusat di Aceh, Bank Aceh Syariah bisa merambah ke mana – mana, visi ini yang akan kami bangun,” ujar Haizir.
Sejauh ini, BAS sudah lama hadir di provinsi tetangga, seperti Medan, Sumatera Utara. Ke depan, punya keinginan agar bisa merambah kemana mana. Ia mengungkapkan, sejak 2010, Bank Aceh Syariah sudah mempersiapkan diri untuk berbenah dalam memajukan perbankan dan perekonomian di Aceh.
Bahkan di awal 2020, Bank Aceh Syariah yang memiliki pangsa pssar hampir 50 persen di provinsi Aceh ini sudah mulai start untuk jangka panjang dengan tiga transformasi dilakukan, yaitu transformasi budaya, bisnis dan tampilan.
Terkait dengan budaya kerja, Haizir menjelaskan, corporate culture atau budaya perusahaan memiliki peran yang besar bagi sebuah organisasi, namun sifatnya kualitatif tidak nampak. Hal itu sudah dilakukan.
Kedua adalah transformasi bisnis, terkait dengan ini sifatnya sangat terukur dan yang paling cepat adalah tampilan, dimulai dengan pembangunan gedung Kantor Pusat Bank Aceh Syariah. Namun karena kondisi Covid-19, pembangunan dengan ‘Seulanga Timoh’ menjadi ikut terhambat.
“Suatu kebanggaan, kita punya gedung yang bagus dan megah, baik di Aceh, di Medan maupun suatu saat nanti di Jakarta,” sebut Haizir.
Dirinya berharap agar situasi bisa berubah pada 2021. “Semoga saja tahun depan ada perubahan. Namun sejauh ini, sudah cukup banyak program dilakukan Bank Aceh Syariah, namun sifatnya lebih banyak pada yang tidak kualitatif, seperti program digitalisasi perbankan dengan meluncurkan mobile banking.
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan layanan serta menambah akses keuangan nasabah menjadi lebih mudah. Mobile banking yang diluncurkan Bank Aceh Syariah diberi nama “ACTION” yang merupakan singkatan dari Aceh Transaction Online.
“Program ini berjalan sangat baik, hanya saja tidak sifatnya kualitatif, yang paling nampak adalah pembangunan gedung. Semoga Covid cepat berlalu dan pembangunan gedung bisa cepat selesai,” harapnya.
Terkait dengan performa pada 2020, Haizir menambahkan bahwa pandemi covid-19 juga berdampak pada perbankan, termasuk pada kinerja BAS. Meski begitu, diakuinya ada pertumbuhan, meski persentasenya tidak seperti 2019. “Kita bersyukur Bank Aceh Syariah masih bisa tumbuh 2,1 persen,” ucap Haizir.
Pada periode 30 November 2020, pencapaian total aset Bank Aceh telah menembus angka Rp 25,7 triliun. Tumbuh sekitar 2,1 persen, sedangkan Dana Simpanan Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 1,5 persen atau kini mencapai Rp 22,1 triliun. Sedangkan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 15 triliun lebih.
Dalam acara gathering tersebut turut hadir para petinggi Bank Aceh Syariah, diantaranya Direktur Dana dan Jasa, Amal Hasan dan Direktur Operasional Lazuardi.
Sementara itu, insan pers selain Ketua PWI Aceh Tarmilin Usman, hadir juga para pimpinan sejumlah media di Aceh baik cetak, online dan elektronik. (IA)