Banda Aceh, Infoaceh.net – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh merilis perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Agustus 2025 yang menunjukkan tren inflasi di Tanah Rencong kembali meningkat.
Inflasi year-on-year (y-on-y) Aceh pada Agustus tercatat sebesar 3,70 persen, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang berada pada angka 3,00 persen.
Plt. Kepala BPS Provinsi Aceh, Tasdik Ilhamuddin, dalam keterangan persnya, Senin (1/9/2025), menjelaskan bahwa kenaikan inflasi ini terutama disumbang oleh meningkatnya harga kebutuhan pangan masyarakat.
“Inflasi Aceh pada Agustus 2025 mengalami kenaikan signifikan karena dorongan dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberi andil sebesar 2,69 persen. Kenaikan harga beras, cabai merah, bawang merah, dan beberapa komoditas pangan lainnya menjadi faktor utama,” ujar Tasdik.
Selain pangan, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga turut menyumbang inflasi sebesar 0,53 persen, serta kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,17 persen.
Sebaliknya, ada beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga atau deflasi, antara lain kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (-0,17 persen), pendidikan (-0,02 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (-0,02 persen).
Tasdik menambahkan, secara month-to-month (M-to-M), inflasi Aceh pada Agustus 2025 tercatat sebesar 0,78 persen, sementara secara year-to-date (Y-to-D) atau Januari–Agustus 2025 sudah mencapai 3,36 persen.
“Jika tren ini terus berlanjut, maka inflasi tahunan Aceh berpotensi melampaui proyeksi nasional. Ini tentu harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah bersama seluruh pemangku kepentingan,” tegasnya.
BPS juga merinci perbedaan laju inflasi antarwilayah di Aceh. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Tengah dengan angka 5,20 persen dan IHK sebesar 113,81.
Sementara inflasi terendah terjadi di Kota Banda Aceh dengan angka 2,34 persen dan IHK sebesar 109,30.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di daerah penghasil pangan lebih berat akibat naiknya biaya distribusi dan harga komoditas pokok di pasar.
Tren inflasi Aceh setahun terakhir memang menunjukkan gejala naik-turun, namun dalam tiga bulan terakhir arahnya konsisten meningkat.
Dari 2,19 persen pada Juni 2025, naik menjadi 3,00 persen pada Juli, dan kini tembus 3,70 persen pada Agustus.
Tasdik menekankan perlunya langkah antisipasi dan intervensi dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan.
“Koordinasi antara pemerintah daerah, Bulog, serta pelaku pasar sangat penting. Operasi pasar dan penguatan distribusi barang pokok harus segera dilakukan agar inflasi tidak semakin membebani masyarakat, khususnya menjelang akhir tahun di mana kebutuhan rumah tangga biasanya meningkat,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan, inflasi yang tidak terkendali bisa menggerus daya beli masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah.
“Kondisi ini harus dikendalikan bersama agar tidak menimbulkan masalah sosial dan ekonomi yang lebih besar,” pungkas Tasdik.



