INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Opini

Andai Sultan Iskandar Muda Memimpin Indonesia Hari Ini

Last updated: Rabu, 1 Oktober 2025 09:47 WIB
By Redaksi - Wartawati Infoaceh.net
Share
Lama Bacaan 5 Menit
SHARE
Oleh: Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen)

INDONESIA sering digambarkan sebagai “zamrud khatulistiwa”, syurga kecil yang diturunkan Tuhan ke bumi. Kekayaan alamnya melimpah mulai dari emas, nikel, batu bara, migas, hingga perkebunan tropis. Namun, sebagaimana ironi dalam sastra Latin klasik, abundantia semper indigentiae comes yaitu kelimpahan kerap beriringan dengan kemelaratan.

Lihatlah perjalanan bangsa ini.
Di balik jargon demokrasi dan kemajuan, rakyat tetap berkutat dengan kemiskinan, pengangguran, biaya sekolah yang mencekik, dan harga kebutuhan pokok yang melambung.

Peta Wilayah Kerja Migas Aceh (Dok. Dinas ESDM Aceh)
Tiga Proyek Migas Aceh: Banyak Panggung, Minim Bukti

Reformasi yang semula dijanjikan sebagai pintu emas kesejahteraan rakyat, kini justru melahirkan monster politik berupa oligarki yang berkompetisi dalam kerakusan, serta elit yang menukar idealisme dengan rente kekuasaan. Korupsi bahkan menjelma ibadah baru, seakan-akan fardu ain yang tak bisa ditinggalkan.

- ADVERTISEMENT -

Di tengah kelesuan moral itu, sejarah memberi kita cermin. Ada masa ketika Nusantara melahirkan seorang pemimpin yang memaknai kekuasaan bukan sebagai warisan, melainkan sebagai amanah.

Dialah Sultan Iskandar Muda (1607–1636), penguasa Aceh Darussalam, yang menjadikan negeri kecil di ujung barat Sumatra sebagai kerajaan paling disegani di kawasan Samudra Hindia.

- ADVERTISEMENT -
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
20 Tahun Menghabiskan APBN: BPKS Layak Dievaluasi atau Dibubarkan

Saat muda ia naik takhta, Aceh Darussalam tengah dilanda krisis. Pangan langka, kekuasaan tercerai berai di tangan ulee balang, bangsawan, dan petinggi istana. Kudeta politik mewarnai istana, sementara rakyat merintih di bawah cengkeraman oligarki lokal.

Iskandar Muda menjawab krisis itu bukan dengan kompromi, melainkan dengan keberanian yang hampir “otoriter”.

Ia menyita lumbung-lumbung pangan yang ditimbun orang kaya untuk kemudian dibagikan ke rakyat. Ia merampas kembali kedaulatan politik yang telah dipreteli bangsawan. Ia tak segan menjatuhkan hukuman mati bagi siapa pun yang melawan hukum, baik itu bangsawan, ulee balang, bahkan anak kandungnya sendiri. Kasus Meurah Pupok, putra mahkota, menjadi legenda.

Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Aceh Kaya Energi, Tapi Miskin Otoritas

Ketika terbukti bersalah melanggar hukum, Iskandar Muda merelakan darah dagingnya dihukum pancung. Kata-katanya abadi “Matee aneuk meupat jeurat, matee adat pat tamita.” (Mati anak ada kuburnya, mati adat tiada gantinya). Pesan itu sederhana tapi revolusioner, dimana hukum tak boleh tunduk pada keluarga, apalagi kepentingan politik.

- ADVERTISEMENT -

Prinsip inilah yang menjadikan Aceh Darussalam disegani kerajaan lain, dari Johor hingga Malaka, dari Gujarat hingga Istanbul.

Andai hari ini kita duduk di hadapan Iskandar Muda, apa yang akan ia katakan tentang kepemimpinan Indonesia modern?

Mungkin ia akan menatap getir pada praktik kekuasaan hari ini. Pemimpin yang tampil sederhana di depan kamera, tapi menutup mata terhadap maraknya pelanggaran hukum di lingkarannya.

Pemimpin yang membiarkan oligarki merampok hutan, tambang, dan sumber daya negara, sementara rakyat disuruh bersyukur dengan bansos musiman.

Dalam wawancara imajiner ini, Iskandar Muda mungkin akan berkata: “Kezaliman itu bukan semata karena rakyat miskin, tetapi karena hukum tak ditegakkan. Pemimpin yang ragu menegakkan keadilan demi kepentingan politiknya adalah pemimpin yang sesat lagi menyesatkan.”

Hadits Nabi yang pernah ia kutip menjadi relevan berbunyi “Yang paling aku khawatirkan atas umatku bukanlah dajjal, melainkan pemimpin yang menyesatkan.”

Iskandar Muda mengajarkan bahwa krisis pangan diselesaikan dengan redistribusi, bukan subsidi kosmetik. Jika ia hidup hari ini, barangkali ia akan memaksa konglomerat pangan membuka gudang beras mereka yang ditimbun untuk permainan harga, lalu membagikannya langsung kepada rakyat.

Krisis energi? Ia mungkin akan bertanya mengapa Indonesia, negara dengan cadangan nikel terbesar dunia, justru membiarkan tambang dikuasai asing dan elite politik. Ia akan heran melihat rakyat di sekitar tambang emas terbesar di Papua masih hidup miskin, sementara laba perusahaan mengalir ke luar negeri.

Krisis hukum? Iskandar Muda pasti terkejut melihat betapa hukum hari ini lebih lentur daripada rotan yang tajam ke bawah, tumpul ke atas. Ia akan berkata bahwa tanpa keberanian menegakkan keadilan, demokrasi hanyalah panggung sandiwara.

Dengan kata lain, Indonesia hari ini menghadapi krisis yang sama seperti Aceh empat abad lalu dimana oligarki menguasai pangan, energi, dan hukum. Bedanya, kita tak punya Iskandar Muda. Wawancara imajiner ini bukan nostalgia.

Ia adalah teguran sejarah bahwa kepemimpinan sejati menuntut keberanian melawan oligarki, bahkan jika taruhannya keluarga sendiri. Dan jika hari ini para pemimpin masih ragu dan lebih sibuk membangun dinasti politik ketimbang membangun rakyat, lebih giat menyelamatkan kroni ketimbang menegakkan hukum, maka itu pertanda, seperti kata Iskandar Muda, mereka bukan pemimpin yang amanah.

Bangsa ini butuh pemimpin yang berani berkata: “Matee aneuk meupat jeurat, matee adat pat tamita.” Bukan pemimpin yang berkata: “Asal keluarga selamat, hukum bisa dinegosiasikan.”

Previous Article Kapolda Aceh Irjen Pol Marzuki Ali Basyah saat menghadiri syukuran HUT ke-77 Polwan di Hotel Amel Convention Hall, Banda Aceh, Selasa (30/9). (Foto: Ist) Kapolda Harap Seluruh Polwan di Aceh Pegang Teguh Prinsip Meutuah
Next Article Pemko Banda Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) memasang 456 unit lampu LED untuk menerangi jalan di ibu kota. Pemko Banda Aceh Pasang 456 Lampu LED Terangi Jalan Kota

Populer

Kapal Aceh Hebat-1 di Pelabuhan Sinabang, Simeulue. (Foto: Ist)
Ekonomi
Kapal Aceh Hebat-1 Menuju Malaysia, Armada ke Simeulue Jangan Diabaikan
Minggu, 23 November 2025
Umum
Seleksi 12 Jabatan Pemerintah Aceh Jangan Hanya Formalitas Tanpa Integritas
Minggu, 23 November 2025
Masyarakat 19 desa Kecamatan Cot Girek dan Pirak Timu, Aceh Utara menuntut penyelesaian sengketa lahan dengan PTPN IV. (Foto: Ist)
Umum
PTPN IV Lakukan Kriminalisasi, 5 Warga Cot Girek Jadi Tersangka
Minggu, 23 November 2025
Persiraja Banda Aceh vs Sriwijaya FC
Olahraga
Jamu Sriwijaya FC Senin Malam, Laga Kandang Terakhir Persiraja Tahun Ini
Minggu, 23 November 2025
Siapa Andini Permata Videonya Berdurasi 2 Menit 31 Detik Bareng Adiknya Viral di Medsos
Umum
Siapa Andini Permata? Sosok Fiktif di Balik Video 2 Menit 31 Detik yang Jadi Umpan Penipuan Digital
Jumat, 11 Juli 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

Riza Syahputra
Opini

Fobia Terbesar Pejabat Indonesia: Bukan Neraka, Tapi Kehilangan Jabatan

Rabu, 12 November 2025
dr. Suzanna Octiva SpKJ
Opini

Ketika Penjaga Kesehatan Aceh Bertahan Tanpa Kepastian

Rabu, 12 November 2025
Opini

Prabowo Perlu Belajar dari Sultan Iskandar Muda

Senin, 10 November 2025
Opini

Hukum yang Lupa pada Nurani

Sabtu, 8 November 2025
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Opini

Rotasi Pejabat, Stagnasi Abadi: BPKS Sabang Masih Berputar di Lingkaran Gagal

Kamis, 6 November 2025
Mirza Ferdian
Opini

Ketika Wakil Bupati Memukul, Etika Pemerintahan Tumbang

Sabtu, 1 November 2025
Delky Nofrizal Qutni
Opini

Menembus Geureutee, Menyingkap Geopolitik Sumber Daya Mineral Aceh

Jumat, 31 Oktober 2025
Mahmud Padang
Opini

Menanti KPK Basmi Agen Izin Usaha Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah

Jumat, 31 Oktober 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?