Meulaboh, Infoaceh.net — Ironi besar proyek kesehatan di Aceh kembali mencuat. Di tengah besarnya anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan Rumah Sakit Rujukan Regional (RSRR) RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat yang mencapai Rp255 miliar selama lima tahun terakhir, plafon ruang rawat inap justru ambruk diterpa hujan deras, Jumat malam (17/10/2025).
Peristiwa itu terjadi di lantai dua ruang rawat VIP RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. Akibatnya, sejumlah pasien panik dan terpaksa diungsikan ke ruangan lain.
“Ada enam pasien yang kita pindahkan setelah ruang rawat bocor karena derasnya hujan,” ujar dr. Ilum Anam, Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, kepada Infoaceh.net.
Menurut Ilum, ambruknya plafon disebabkan penumpukan air di bagian atap akibat saluran air tersumbat oleh proyek pembangunan gedung baru di kompleks rumah sakit tersebut. Genangan air juga merendam ruang pasien paru di lantai yang sama.
“Semua pasien sudah dievakuasi dan dalam kondisi stabil,” ujarnya.
Peristiwa itu menimbulkan pertanyaan publik: bagaimana mungkin bangunan yang telah berkali-kali diperbaiki dengan dana jumbo justru roboh hanya karena hujan?
Proyek Ratusan Miliar, Plafon Tetap Ambruk
Berdasarkan data Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) Aceh, proyek pembangunan RSRR Cut Nyak Dhien Meulaboh telah berjalan sejak tahun anggaran 2020 dengan total pagu mencapai Rp255.428.805.710. Selama lima tahun berturut-turut, proyek ini dilelang di bawah Dinas Kesehatan Aceh dengan metode tender pascakualifikasi satu file sistem gugur.
Berikut rekapitulasi nilai proyek pembangunan RSRR Cut Nyak Dhien Meulaboh dalam kurun waktu 2020–2025:
| No | Tahun | Nilai Pagu | Pemenang Tender |
|---|---|---|---|
| 1 | 2025 | Rp49.000.000.000 | PT. PERMATA ANUGERAH YALASAMUDRA |
| 2 | 2023 | Rp33.297.184.069 | PT. POLADA MUTIARA ACEH |
| 3 | 2022 | Rp81.185.774.504 | PT. BIJEH PADE TAPULA |
| 4 | 2021 | Rp57.603.985.526 | PT. RAZASA KARYA |
| 5 | 2020 | Rp34.341.861.611 | PT. BETESDA MANDIRI |
Semua tender tersebut dinyatakan “sudah selesai,” dengan pemenang yang telah ditetapkan untuk setiap tahun anggaran.
Namun, kondisi fisik bangunan yang justru rusak parah saat hujan deras menimbulkan dugaan kualitas konstruksi bermasalah.
“Sudah saatnya semua aparatur berani hidup tanpa korupsi. KPK tidak boleh diam melihat dugaan penyimpangan yang merugikan rakyat, apalagi menyangkut pelayanan kesehatan,” tegas Mahmud Padang, pemerhati kebijakan publik Aceh.
Bupati Turun Tangan di Tengah Sorotan Publik
Mendapat laporan warga, Bupati Aceh Barat Tarmizi SP bersama Plt Sekda Wistha Nowar dan Kalaksa BPBD Ronal Nehdiansyah langsung turun ke lokasi malam itu juga.
Ia memastikan pasien selamat dan memerintahkan perbaikan segera dilakukan.
“Saya sudah instruksikan Direktur RSUD untuk segera memperbaiki plafon dan mengevaluasi seluruh pembangunan sebelumnya agar kejadian seperti ini tidak terulang,” ujar Tarmizi.
Namun, sorotan publik tak hanya berhenti pada insiden ambruknya plafon. Banyak warga menilai insiden ini adalah simbol dari gagalnya pengawasan proyek besar sektor kesehatan di Aceh.
“Bangunan yang dibangun dengan dana ratusan miliar seharusnya tahan hujan, bukan malah bocor dan roboh. Ini indikasi kuat lemahnya kualitas pekerjaan dan pengawasan pemerintah,” kata salah satu aktivis antikorupsi di Meulaboh.
Drainase dan Pembangunan Dikebut, Tapi Rakyat Tetap Jadi Korban
Hujan deras yang mengguyur Meulaboh sejak sore hingga malam menyebabkan genangan di berbagai titik, termasuk Jalan Nasional Teuku Umar, Suak Indra Puri, Gampa, hingga Ujong Kalak. Bupati Tarmizi bahkan turun langsung ke lapangan untuk membelah aliran suak agar air cepat surut.
“Kita tidak boleh hanya menunggu. Malam ini saya turun langsung bersama tim untuk membelah suak agar air cepat surut. Ini langkah darurat untuk menyelamatkan rumah warga,” kata Tarmizi.
Namun publik menilai langkah-langkah reaktif seperti itu tak cukup tanpa evaluasi menyeluruh terhadap proyek-proyek infrastruktur dan drainase yang sering kali menjadi penyebab banjir dan kerusakan bangunan publik.
“Rumah Sakit Proyek”, Bukan Rumah Sakit Rakyat?
Kasus ini menambah panjang daftar proyek besar Aceh yang menimbulkan tanda tanya soal efektivitas dan transparansinya. Dalam konteks RS Rujukan Cut Nyak Dhien, publik kini mulai menyebutnya sinis sebagai “rumah sakit proyek” — karena lebih banyak menelan anggaran ketimbang memberi layanan yang layak.
“Bayangkan, lima tahun proyek jalan terus, anggarannya ratusan miliar, tapi plafon rawat inap bisa roboh hanya karena hujan. Ini bukan sekadar kelalaian teknis, tapi indikasi kegagalan tata kelola,” ujar Mahmud menegaskan.
Jika tak ada langkah tegas dari aparat penegak hukum dan pengawasan internal, publik khawatir RS Rujukan Regional Meulaboh akan menjadi monumen baru dari pola pemborosan dan korupsi struktural di Aceh.



