Aceh Besar, Infoaceh.net — Pagi yang teduh di Coffee D’Energi, Lamsayeun, Aceh Besar, menjadi saksi pertemuan penuh makna antara ulama Aceh Besar dari Dayah Ulee Titi, Abu Kahir, dengan pengusaha Aceh sekaligus Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Aceh, Nahrawi Noerdin atau yang akrab disapa Toke Awi, Senin (20/10/2025).
Pertemuan yang diawali dengan obrolan ringan di atas secangkir kopi Aceh itu berubah menjadi diskusi sarat inspirasi tentang pentingnya sinergi antara ulama dan pengusaha dalam membangun ekonomi syariah di Aceh.
Dalam kesempatan itu, Abu Kahir menegaskan bahwa ulama tidak hanya memiliki peran sebagai pembimbing spiritual, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi umat.
“Ekonomi syariah adalah pondasi kuat bagi kemajuan Aceh, di mana keadilan, keberkahan, dan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama,” ujar Abu Kahir.
Beliau menambahkan, kolaborasi antara ulama dan pelaku usaha akan mempercepat terwujudnya sistem ekonomi yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga menjunjung nilai moral sosial, dan keberkahan.
Dukungan Aparat untuk Kondisi Aman dan Kondusif
Diskusi hangat tersebut turut dihadiri Komandan Satuan Brimob Polda Aceh, Kombes Pol Zuhdi Batubara dan Komandan Detasemen Gegana Satbrimob Polda Aceh Kompol Akmal SE MM.
Kombes Zuhdi menegaskan bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) merupakan pondasi utama dalam mendukung keberhasilan usaha dan investasi.
“Tanpa situasi yang aman dan kondusif, semua upaya pembangunan dan bisnis akan sia-sia. Karena itu, kami dari kepolisian siap mendukung terciptanya Aceh yang damai dan nyaman bagi semua,” tegasnya.
Pertemuan ini juga melahirkan semangat bersama yang dirangkum dalam slogan: “Aceh Aman, Ibadah Nyaman, Geutanyo Bandum Syedara.”
Slogan tersebut menjadi simbol harapan agar Aceh tetap menjadi daerah yang religius, damai, dan penuh persaudaraan. Dengan situasi keamanan yang stabil, masyarakat dan pelaku usaha dapat fokus membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam pandangan Toke Awi, pengembangan ekonomi kreatif dan digital berbasis syariah menjadi kunci penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas lapangan kerja bagi generasi muda Aceh.
“Kita perlu mencetak wirausaha muda yang kreatif, inovatif, dan tetap berlandaskan nilai-nilai Islam. Dengan begitu, Aceh akan menjadi pelopor pertumbuhan ekonomi di Sumatra,” ujarnya.
Ia juga menilai kepemimpinan Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) dan Wakil Gubernur Fadlullah (Dek Fad) periode 2025–2030 menjadi momentum penting memperkuat kolaborasi antara ulama, pemerintah, dan pelaku usaha.
“Visi Mualem dan Dek Fad yang menekankan sinergi semua elemen adalah peluang besar bagi Aceh untuk bangkit dan mandiri secara ekonomi,” tambahnya.
Pertemuan di Coffee D’Energi itu mungkin tampak sederhana, namun maknanya mendalam. Di tengah percakapan ringan dan aroma kopi Aceh yang khas, mengalir semangat besar untuk memperkuat fondasi ekonomi syariah di Tanah Rencong.
Kolaborasi antara ulama, pengusaha, aparat keamanan, dan pemerintah menjadi energi baru bagi kebangkitan ekonomi Aceh—menuju daerah yang aman, berdaya saing, dan penuh keberkahan.