ACEH BESAR, Infoaceh.net — Wakaf bukan hanya tentang menyerahkan tanah atau membangun masjid. Di era modern ini, wakaf dapat berupa uang, saham, hasil usaha, atau instrumen produktif lainnya yang manfaatnya terus berputar untuk umat.
Melalui wakaf uang, kita bisa membantu pendidikan anak yatim, mendirikan klinik gratis, hingga membiayai beasiswa — semuanya tercatat sebagai amal jariyah di sisi Allah.
Pesan penuh makna itu disampaikan Tgk Shafwan Bendadeh SHI MSh, Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah STIS Nahdlatul Ulama Aceh, dalam khutbah Jum’at di Masjid Besar Lambaro Angan, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, 24 Oktober 2025, bertepatan dengan 2 Jumadil Awal 1447 Hijriah.
Dalam khutbahnya, Tgk. Shafwan menjelaskan wakaf termasuk dalam sedekah jariyah sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah
“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Menurutnya, wakaf bukan sekadar memberi, melainkan menahan harta agar manfaatnya terus dirasakan banyak orang.
“Inilah rahasia keabadian amal seorang mukmin, ketika tubuhnya telah tiada namun pahalanya terus mengalir tanpa henti,” ujarnya.
Tgk. Shafwan juga meneladani kisah Umar bin Khattab yang pertama kali berwakaf produktif dengan menahan tanahnya di Khaibar dan hasilnya digunakan untuk kemaslahatan umat.
“Dari semangat inilah lahir peradaban Islam yang gemilang. Universitas, rumah sakit dan lembaga sosial pada masa lalu banyak berdiri di atas tanah wakaf,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, semangat wakaf kini mulai pudar. “Kita sering menyalurkan sedekah yang habis dalam sehari, tapi lupa bahwa wakaf bisa menjadi mesin kebaikan jangka panjang,” katanya.
Ia mengingatkan harta yang kita kejar siang dan malam — rumah, kendaraan, tabungan — semua akan ditinggalkan.
“Tetapi harta yang kita wakafkan, itulah yang akan menanti kita di akhirat,” ujarnya sambil mengutip firman Allah dalam QS. An-Naḥl ayat 96: ‘Apa yang ada di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal.’
Karena itu, Tgk. Shafwan mengajak umat Islam tidak menunggu kaya untuk berwakaf.
“Nilai wakaf bukan pada besar kecilnya harta, tetapi pada keikhlasan hati yang memberi,” tegasnya.
Sebagai Tenaga Profesional Baitul Mal Aceh, Tgk. Shafwan juga menyerukan masyarakat Aceh menghidupkan kembali semangat wakaf di lingkungan masing-masing.
“Jadikan masjid, dayah, madrasah, dan panti asuhan sebagai ladang amal jariyah kita,” ujarnya.
Ia menutup khutbahnya dengan pesan reflektif agar setiap keluarga menanamkan nilai wakaf sejak dini.
“Ajarkan anak-anak kita makna wakaf, agar tumbuh generasi dermawan yang cinta akhirat,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)



