New York City, Infoaceh.net – Wali Kota terpilih New York, Zohran Mamdani, mengeraskan suara mendukung aksi mogok nasional barista Starbucks dengan menyerukan boikot total terhadap jaringan kedai kopi raksasa tersebut. Ajakan itu disampaikan Mamdani melalui platform X pada Kamis malam, 13 November 2025.
“Pekerja Starbucks di seluruh negeri sedang melakukan mogok atas pelanggaran praktik ketenagakerjaan, memperjuangkan kontrak yang adil,” tulis Mamdani. Ia menegaskan tidak akan membeli Starbucks selama aksi berlangsung dan meminta publik mengikutinya. “No contract, no coffee.”
Seruan Mamdani muncul bersamaan dengan Red Cup Day—hari promosi terbesar Starbucks yang biasanya mendongkrak penjualan nasional. Namun, momentum itu justru dimanfaatkan serikat pekerja untuk melakukan aksi mogok terkoordinasi di lebih dari 25 kota Amerika Serikat.
Starbucks mengklaim 99,9 persen gerainya tetap beroperasi, meski ribuan barista menghentikan layanan sebagai bentuk protes kebuntuan negosiasi kontrak. Serikat Starbucks Workers United—yang mewakili sekitar 9.000 dari lebih 200.000 barista—menuduh perusahaan menghindari perundingan yang fair. Mereka mengingatkan aksi mogok bisa melebar bila kontrak tak segera disepakati.
Starbucks menolak tuduhan tersebut. Perusahaan menyebut tuntutan serikat tidak realistis dan mengklaim telah menawarkan “paket terbaik di ritel”, termasuk rata-rata upah 19 dolar AS per jam yang diklaim bisa setara lebih dari 30 dolar AS per jam bila dihitung dengan berbagai manfaat tambahan.
Aksi mogok ini merupakan yang keempat sejak 2023—dan ketiga sejak Brian Niccol menjabat CEO pada 2024. Hingga kini, lebih dari 1.000 keluhan praktik ketenagakerjaan tidak adil telah diajukan serikat ke National Labor Relations Board. Tahun lalu, aksi mogok Red Cup Day menyebabkan sekitar 60 gerai tutup sementara, sementara perusahaan menuai kritik karena menutup puluhan gerai berserikat hanya dengan pemberitahuan singkat.
Mamdani yang selama kampanye menjanjikan layanan publik gratis seperti bus, pembekuan sewa, hingga penitipan anak, kini mulai menunjukkan bagaimana pengaruh politiknya digerakkan untuk isu perburuhan. Ia menegaskan boikot publik adalah tekanan moral yang dibutuhkan agar Starbucks menghormati hak pekerja.
“Dukungan Anda penting,” kata Mamdani. “No contract, no coffee.”



