Zhanjiang, Infoaceh.net — Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Prof Dr Ir Marwan mendapat kehormatan untuk menyampaikan pemikirannya pada peringatan 90 tahun Guangdong Ocean University (GDOU) di Zhanjiang, Tiongkok, Sabtu (22/11/2025).
Pada forum internasional tersebut, Prof Marwan menegaskan pentingnya kemitraan global dalam menjawab tantangan dunia yang semakin kompleks.
Kehadiran USK dalam GDOU 90th Anniversary High-Quality Development Conference serta International Cooperation Roundtable turut menegaskan komitmen kampus tersebut dalam memperkuat langkah internasionalisasi dan diplomasi pendidikan Indonesia.
Dalam forum yang dihadiri pejabat kementerian Tiongkok, pemerintah Provinsi Guangdong, pimpinan GDOU, serta delegasi universitas dari berbagai negara, Prof. Marwan menekankan hubungan akademik Indonesia–Tiongkok harus dibangun di atas kolaborasi, saling pengertian, dan pertukaran ilmiah yang berkelanjutan.
“Kerja sama antar kampus adalah jembatan penting dalam memperkuat hubungan antara dua negara. Tantangan kelautan, pangan, dan lingkungan tidak mengenal batas teritorial, dan hanya bisa dihadapi melalui kolaborasi yang terbuka,” ujarnya.
Selain menyoroti pentingnya kolaborasi di bidang kelautan yang menjadi kekuatan kedua universitas, Prof. Marwan juga memperluas ruang kerja sama ke bidang pertanian pesisir yang semakin relevan bagi masa depan Asia, terutama pengembangan padi air asin (saltwater rice).
Menurutnya, intrusi air laut di berbagai wilayah pesisir Indonesia dan Tiongkok menuntut terobosan pertanian adaptif.
Karena itu, kerja sama riset USK–GDOU dinilai strategis untuk menghasilkan varietas padi toleran salinitas.
“Kita bisa melakukan uji lapangan varietas padi air asin di Aceh dan wilayah pesisir lainnya, serta merancang model pertanian adaptif bagi masyarakat terdampak perubahan iklim,” jelasnya.
Pada bidang animal science, Prof. Marwan menyoroti peluang riset nutrisi ternak berbasis biomassa pesisir, teknologi peternakan cerdas, hingga integrasi peternakan–perikanan. Sementara pada food science and technology, kedua kampus dinilai dapat bersama-sama mengembangkan produk pangan fungsional berbasis sumber daya laut tropis dan subtropis.
Melalui partisipasinya, USK menunjukkan peran aktif dalam memperkuat diplomasi pendidikan Indonesia. Forum ini menjadi wadah strategis untuk membangun jejaring internasional, memperkenalkan keunggulan USK, serta membuka jalan bagi kolaborasi jangka panjang.
Sejumlah peluang tindak lanjut kini terbuka, mulai dari penyusunan MoU baru, pertukaran mahasiswa, riset bersama padi air asin, hingga pembentukan klaster penelitian gabungan di sektor pangan dan peternakan tropis.
Pihak Guangdong Ocean University menyambut positif gagasan Rektor USK dan menyatakan kesiapan untuk memperluas kerja sama yang telah terjalin selama ini.
Prof. Marwan menutup pidatonya dengan menegaskan bahwa universitas harus menjadi pusat inovasi dalam menghadapi dinamika global.
“Kerja sama bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Universitas harus menjadi pusat inovasi yang menyatukan negara-negara Asia dalam menghadapi perubahan iklim, krisis pangan, dan tantangan pesisir yang semakin kompleks,” tutupnya.



