Banda Aceh, Infoaceh.net — Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal membatalkan kunjungan kerjanya ke Istanbul, Turki, untuk menghadiri Women in Local Governments Summit (KTT Perempuan dalam Pemerintahan Daerah) yang berlangsung pada 5–7 Desember 2025.
Keputusan ini diambil karena Banda Aceh dan sejumlah daerah lain di Provinsi Aceh tengah dilanda bencana besar akibat Siklon Senyar.
Dalam surat resmi yang ditujukan kepada Duta Besar Republik Turki untuk Indonesia, Prof. Talip Küçükcan, Illiza menyampaikan permohonan maaf sekaligus penghargaan atas undangan kehormatan yang ia terima.
Ia menegaskan, kesempatan tersebut merupakan kehormatan luar biasa, terlebih karena forum itu mempertemukannya dengan Presiden Recep Tayyip Erdoğan yang selama ini dihormati dan menjadi inspirasi bagi masyarakat Aceh.
Namun, situasi darurat yang ditimbulkan oleh Siklon Senyar—yang menyebabkan banjir besar, longsor, kerusakan infrastruktur, serta pengungsian warga—memaksa dirinya tetap berada di Banda Aceh untuk memimpin penanganan bencana secara langsung.
Sebagai Wali Kota, kata Illiza, prioritas utamanya saat ini adalah memastikan keselamatan masyarakat, koordinasi bantuan, serta pemulihan cepat bagi wilayah terdampak.
Illiza menyampaikan harapan agar pada kesempatan lain dirinya dapat kembali memenuhi undangan pemerintah Turki dan bertemu langsung dengan Presiden Erdoğan dalam suasana yang lebih baik dan lebih layak.
Keputusan Illiza membatalkan agenda internasional ini mendapat apresiasi dari masyarakat. Banyak pihak menilai langkah tersebut menunjukkan kepekaan, naluri kepemimpinan, dan etika moral seorang pejabat publik yang menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas tertinggi.
Dalam situasi di mana sejumlah wilayah Aceh masih berjuang menghadapi bencana, Illiza memilih untuk tetap berada di tengah warganya, memastikan seluruh upaya tanggap darurat berjalan optimal.
Meski Banda Aceh tidak separah beberapa kabupaten lain, kehadiran pemimpin di masa krisis dinilai sangat penting sebagai bentuk empati dan tanggung jawab moral.
Masyarakat menyampaikan rasa terima kasih karena Illiza tetap memprioritaskan kepentingan publik di atas prestise internasional.
“Masih banyak waktu dan kesempatan lain untuk membawa nama Banda Aceh ke dunia. Namun memberi perhatian penuh kepada masyarakat di saat bencana terjadi tidak bisa ditunda—itu adalah kewajiban hari ini, saat ini,” ujar salah satu warga, Senin (8/12).
Keputusan Illiza ini menjadi cermin bahwa kepemimpinan tidak hanya soal prestasi yang terlihat, tetapi juga tentang keberanian menggunakan nalar dan naluri untuk menentukan apa yang tepat dan pantas dilakukan di saat yang paling dibutuhkan.



