ACEH UTARA, Infoaceh.net — Di tengah kepungan banjir besar yang melanda Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, kisah dramatis keluarga Rusli menjadi potret nyata perjuangan warga bertahan hidup.
Rusli bersama istri dan anaknya, Wirda (4), harus bergelantungan di sebatang pohon kelapa selama lebih dari 30 jam demi menyelamatkan diri dari terjangan banjir.
Kisah menegangkan itu disampaikan langsung oleh Kasmadewi, istri Rusli dan ibu dari Wirda, saat ditemui di posko pengungsian Gampong Matang Linya, Selasa (23/12/2025).
Cerita tersebut didengarkan oleh Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman atau disapa Kak Na, bersama Staf Ahli TP PKK Aceh Mukarramah serta istri Ketua DPRA, Rizawati.
“Air naik sangat cepat. Saat suami saya memperingatkan, rumah kami sebenarnya belum terendam. Tapi tak lama kemudian air sudah setinggi lutut,” tutur Kasmadewi dengan suara bergetar.
Ia mengaku segera berusaha keluar rumah, namun air terus meninggi hingga sepinggang. Dalam kepanikan, ia berdiri di atas beton jembatan, namun arus banjir semakin deras hingga mencapai leher.
“Akhirnya saya, suami, dan anak hanyut. Kami tersangkut di sebatang pohon kelapa. Lebih dari 30 jam kami bertahan di sana,” ujarnya.
Rusli, sang ayah, menjadi tumpuan hidup bagi istri dan anaknya. Dengan cengkeraman kuat, ia menahan tubuh keluarganya agar tidak terseret arus. Namun perjuangan itu meninggalkan luka serius di lengannya.
“Lengan suami saya terluka parah karena menahan beban kami berdua. Kami bergelantung di tubuhnya sampai air surut dan kami berani turun,” kata Kasmadewi.
Selain mendengarkan kisah para korban, Kak Na bersama rombongan juga memberikan layanan kesehatan gratis di Meunasah Matang Linya.
Mereka berperan sebagai “apoteker dadakan”, melayani pemeriksaan tekanan darah dan membagikan obat-obatan kepada warga pengungsi.
Mukarramah Fadhlullah terlihat memeriksa tekanan darah para lansia, sementara Kak Na dan Rizawati menanyakan keluhan kesehatan warga satu per satu, lalu menyerahkan obat sesuai kebutuhan.
“Keluhan terbanyak adalah gatal-gatal karena warga terlalu lama bersentuhan dengan air dan lumpur. Selain itu, batuk, sakit gigi, demam, dan flu,” ujar Kak Na.
Pada hari yang sama, TP PKK Aceh juga menyalurkan bantuan tanggap darurat ke sejumlah posko pengungsian, di antaranya Posko Gampong Matang Linya, Posko Gampong Geumpang Bungkok Kecamatan Baktiya, serta Posko Gampong Buket Padang Kecamatan Tanoh Jamboe Aye.
Kepada para keuchik dan warga, Kak Na menegaskan bantuan yang disalurkan bukan berasal dari pribadi, melainkan dari solidaritas berbagai pihak.
“Ini bukan bantuan dari saya. Ini bantuan dari saudara-saudara kita se-Indonesia, dari lembaga dan organisasi lokal, nasional, hingga luar negeri yang peduli. Kami hanya mengantar dan menyalurkan,” tegasnya.
Kisah keluarga Rusli menjadi pengingat keras akan dahsyatnya bencana banjir yang melanda Aceh Utara, sekaligus menunjukkan keteguhan, solidaritas, dan kepedulian kemanusiaan di tengah musibah.



