Banda Aceh, Infoaceh.net — Di tengah suasana bencana banjir bandang dan longsor, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh justru tetap menggelar Malam Final Pemilihan Agam Inong Aceh atau Duta Wisata 2025, pada Selasa malam, 23 Desember 2025.
Kegiatan tersebut berlangsung di Indoor Taman Seni dan Budaya Aceh dengan kemasan bertajuk Charity Night.
Keputusan ini menuai sorotan tajam publik di tengah masa tanggap darurat bencana yang diperpanjang oleh Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem).
Perpanjangan status tanggap darurat tersebut ditetapkan selama 14 hari, terhitung mulai 12 hingga 25 Desember 2025. Gubernur menyebut, langkah ini diambil karena situasi bencana masih memerlukan penanganan terpadu lintas sektor.
Pasalnya, saat puluhan ribu warga Aceh masih berjibaku dengan kondisi dampak banjir bandang longsor di berbagai kabupaten/kota, nahkan beberapa kabupaten masih terisolir
Disbudpar Aceh dinilai abai terhadap rasa empati dan kepekaan sosial.
Sejumlah daerah dan instansi lain bahkan memilih membatalkan atau menunda kegiatan seremonial akhir tahun sebagai bentuk solidaritas terhadap korban bencana.
Namun langkah berbeda justru diambil oleh Disbudpar Aceh dengan tetap menggelar ajang kontes tahunan tersebut.
“Di saat masyarakat Aceh kehilangan rumah, keluarga, dan masih hidup di pengungsian bahkan kelaparan, Disbudpar malah sibuk mengadakan kontes agam-inong. Ini sangat melukai rasa keadilan dan empati publik,” ujar salah seorang aktivis kemanusiaan di Banda Aceh, Rabu (24/12).
Meski dibungkus dengan tema Charity Night, publik mempertanyakan urgensi serta sensitivitas pelaksanaan acara tersebut di tengah situasi darurat.
Apalagi, pemerintah Aceh secara resmi masih menetapkan status tanggap darurat bencana yang mengharuskan seluruh energi dan anggaran difokuskan pada penanganan korban.
“Kalau memang empati, seharusnya kegiatan ini ditunda. Dana, perhatian, dan fasilitas bisa dialihkan langsung untuk korban bencana, bukan sekadar simbolisasi amal,” kata warga lainnya.
Diduga serapan anggaran akhir tahun menjadi salah satu faktor Disbudpar Aceh tetap memaksakan digelarnya Malam Final Agam Inong Aceh 2025 di tengah kondisi duka yang masih menyelimuti banyak wilayah di Aceh.
Keputusan tersebut pun menambah daftar kritik terhadap sensitivitas sosial pemerintah daerah, sekaligus memunculkan pertanyaan besar: di mana empati pemerintah saat rakyatnya masih berjuang bertahan hidup.



