Aceh Utara, Infoaceh.net – Laporan media Malaysia, Buletin TV3, yang mengungkap dugaan meninggalnya sedikitnya delapan warga Desa Geudumbak, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, akibat kelaparan dan kedinginan saat banjir besar, menuai perhatian luas warga Aceh.
Namun, berita tersebut dilaporkan tidak dapat diakses dari Indonesia tanpa menggunakan VPN.
Tautan berita berjudul “8 Penduduk Aceh Terkorban Akibat Kebuluran, Kesejukan” yang dipublikasikan pada 21 Desember 2025 itu menyebar luas di grup WhatsApp dan media sosial.
Saat diakses dari Indonesia, pembaca justru mendapati pesan, “Maaf, Anda telah diblokir, Anda tidak dapat mengakses buletintv3.my.” Menariknya, tautan yang sama dapat dibuka normal ketika menggunakan layanan Virtual Private Network (VPN).
Dalam laporan yang ditulis jurnalis Malaysia Othman Mamat, Buletin TV3 mengutip pemberitaan Harian Metro yang menyebut banjir besar di Langkahan pada 26 November 2025 telah memicu tragedi kemanusiaan serius.
Disebutkan, sedikitnya delapan warga meninggal dunia setelah berusaha menyelamatkan diri dengan berpegangan pada pelepah dan pucuk pohon kelapa sawit, dalam kondisi lapar dan kedinginan di tengah derasnya arus banjir.
Dari jumlah tersebut, satu korban dilaporkan belum ditemukan, sementara tujuh lainnya ditemukan meninggal dunia di bawah timbunan kayu balak yang hanyut dari kawasan pegunungan sekitar.
Media Malaysia itu juga mengulas kesaksian warga yang awalnya berlindung di atap rumah, namun terpaksa berpindah ke pohon-pohon ketika rumah mereka dihantam batang kayu besar hingga roboh dan hanyut.
Selain korban meninggal, lebih dari 40 warga, termasuk anak-anak dan bayi, dilaporkan terjebak selama dua hari dua malam di atap sebuah surau dua lantai. Mereka bertahan tanpa makanan, hanya meminum air hujan, dalam kondisi hujan deras dan suhu dingin.
Imam surau setempat, Rostam Abdullah (49), yang dikutip Buletin TV3, mengatakan air banjir naik sangat cepat hingga merobohkan sebagian struktur bangunan surau.
“Air dari sungai melimpah deras, menenggelamkan bagian bawah surau. Kami yang tidak sempat menyelamatkan diri terpaksa memanjat ke bumbung. Ada seorang mangsa yang mengalami strok,” ujar Rostam.
Dalam kondisi darurat, warga mengikat korban stroke tersebut dengan tali sebelum menariknya ke atap. “Keadaan amat cemas dan menakutkan kerana sekeliling sudah menjadi lautan,” katanya.
Rostam juga menuturkan, banjir membawa arus kayu dan balak dari gunung yang merobohkan rumah-rumah warga. Ironisnya, tumpukan balak itu justru membentuk semacam benteng alami di sisi surau, sehingga bangunan tersebut tidak roboh sepenuhnya.
Dari sekitar 150 rumah di desa tersebut, lebih dari 100 rumah atau hampir 80 persen dilaporkan hanyut dan musnah.
Selain itu, lebih dari 200 hektare kebun warga rusak, menyebabkan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan.
“Rumah dan kereta saya hilang sekelip mata, yang tinggal hanya tapak rumah,” kata Rostam.
Dipertanyakan, Mengapa Akses Berita Diblokir?
Hingga berita ini ditulis, belum ada penjelasan resmi dari pengelola situs Buletin TV3 Malaysia maupun otoritas terkait mengenai penyebab pemblokiran akses berita tersebut dari wilayah Indonesia.
Kondisi ini memicu pertanyaan dan kecurigaan di kalangan warga Aceh, mengingat isi pemberitaan menyangkut peristiwa kemanusiaan serius yang berdampak langsung pada masyarakat setempat.
Sejumlah warga menyebut, tautan berita tersebut masih dapat diakses melalui mesin pencari Google atau media sosial, namun tampil tidak seperti versi normal dan sebagian konten sulit dimuat.
Situasi ini menambah polemik di tengah upaya masyarakat Aceh menuntut transparansi informasi, khususnya terkait jumlah korban dan kondisi nyata di lapangan selama bencana banjir besar melanda wilayah pedalaman Aceh Utara.



