Banda Aceh, Infoaceh.net — Ustadz Abdul Somad (UAS) menyampaikan sindiran keras terhadap praktik perusakan hutan saat memberikan tausiah dalam peringatan 21 tahun Tsunami Aceh yang dirangkai dengan doa bersama untuk korban banjir bandang dan longsor.
Kegiatan tersebut berlangsung di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jum’at (24/12/2025).
Di hadapan ribuan jamaah, UAS menegaskan bahwa bencana alam yang terjadi tidak semata-mata karena takdir, melainkan juga akibat dari perbuatan manusia yang merusak keseimbangan alam, baik di laut maupun di daratan.
UAS kemudian mengilustrasikan fungsi pohon dalam menjaga lingkungan.
Menurutnya, akar pohon berperan penting dalam menahan air dan mengikat tanah agar tidak mudah longsor.
“Akarnya memegang tanah dan dia menahan air. Kalau pohon ditumbang, akarnya copot dan lapuk, sehingga tanah tidak bisa menahan air, air pun turun ke bawah,” ujar UAS.
Ia bahkan menyebutkan bahwa pengetahuan tersebut merupakan pelajaran dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sudah diajarkan sejak bangku sekolah dasar.
“Pelajaran kelas 4 SD, namanya pelajaran IPA. Dipraktikkan, tanah ditumpuk, ditanam pohon yang akarnya panjang, lalu disiram air dari atas. Kenapa tanahnya tidak longsor? Karena diikat oleh akar kayu,” lanjutnya.
Menurut UAS, ketika akar-akar pohon ditebang dan membusuk, fungsinya sebagai penahan air dan tanah hilang, sehingga banjir bandang menjadi tak terelakkan.
Ia juga membandingkan kondisi tersebut dengan wilayah lain. “Di Keudah dan Kelantan, Malaysia, banjir juga terjadi, tapi tidak diikuti kayu gelondongan. Di tempat kita, yang turun dari langit bukan hanya air, tapi kayu gelondongan,” katanya.
Dalam sindiran yang disambut tawa jamaah, UAS menyentil pihak-pihak yang terlibat dalam pembalakan hutan secara tidak langsung.
“Tangan saya tidak pernah memotong, ustaz. Tangan saya tidak pernah pegang kapak, tidak pernah pegang chainsaw. Memang tanganmu tidak pernah motong, tapi tanda tanganmu yang memotong hutan,” ucap UAS.
Acara tersebut turut dihadiri Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah (Dek Fad), Kapolda Aceh Irjen Pol Marzuki Ali Basyah, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Ustadz Abdul Somad, para alim ulama, unsur Forkopimda Aceh dan Banda Aceh, jajaran SKPA, serta ribuan jamaah dari berbagai daerah.
UAS menyampaikan, masyarakat Aceh adalah keturunan para pejuang yang tangguh dalam menghadapi cobaan. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga Aceh, merawat generasi muda, serta menegakkan nilai amar ma’ruf nahi mungkar dalam kehidupan sehari-hari.
“Orang Aceh sedang ditanam untuk bertumbuh. Mari kita jaga Aceh, jaga anak-anak kita, dan tegakkan amar ma’ruf nahi mungkar di bumi Aceh,” pungkasnya.
Dalam rangkaian acara tersebut, UAS turut menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk korban banjir di Aceh, berupa 1 ton daging rendang, 10 ton beras, satu unit mobil colt diesel berisi pakaian layak pakai, mushaf Al-Qur’an, buku Iqra, serta rencana renovasi masjid-masjid terdampak bencana.
Bantuan tersebut disalurkan melalui Yayasan Tabung Wakaf Umat untuk masyarakat terdampak di Provinsi Aceh.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah mengajak masyarakat menjadikan peringatan tsunami sebagai momentum refleksi, memperkuat keimanan, serta menumbuhkan kepedulian sosial terhadap sesama, khususnya bagi korban bencana banjir dan tanah longsor yang saat ini melanda sejumlah wilayah di Aceh.
“Semoga tausiah dari Ustadz Abdul Somad menjadi penyejuk hati dan membangkitkan semangat masyarakat Aceh untuk bangkit kembali,” ujar Fadhlullah.



