BANDA ACEH, Infoaceh.net — Hingga satu bulan lebih pascabencana banjir bandang dan longsor, Aceh masih terluka dan lumpuh terkubur lumpur.
Sehingga karenanya negara wajib turun penuh dengan kebijakan, pengerahan alat berat besar-besaran dan keberpihakan yang myata kepada rakyat, bukan hanya sebatas retorika dan kunjungan semata.
Demikian ditegaskan Drs. M. Isa Alima, Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik Aceh, menyikapi kondisi Aceh yang masih lumpuh akibat banjir bandang dan longsor.
Menurut Alima, kondisi ini bukan sekadar dampak bencana alam, melainkan krisis kemanusiaan dan ekologis yang menuntut kehadiran negara secara penuh, nyata dan berkelanjutan.
Fasilitas Publik Rusak Parah, Aktivitas Rakyat Lumpuh
Alima menggambarkan kerusakan yang terjadi hampir di seluruh sektor, mulai dari infrastruktur hingga ekonomi rakyat.
“Rakyat tidak mungkin membersihkan ini sendiri. Lumpur dan kayu besar menutup segalanya. Tanpa alat berat dan penanganan terpadu, pemulihan hanya akan menjadi wacana,” ujar mantan Anggota DPRK Pidie ini, Senin(29/12).
Desakan Blueprint Rehab–Rekonstruksi yang Komprehensif
Alima mendesak Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat segera menyusun dan menjalankan Blueprint Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Rehab–Rekon) pascabencana sebagai peta jalan pemulihan Aceh.
Blueprint tersebut harus memuat pembersihan kawasan terdampak, pemulihan fasilitas publik, percepatan rehabilitasi hunian rakyat, pemulihan ekonomi, serta pemulihan dan perlindungan ekosistem.
Alima mengingatkan, bencana ini tidak bisa dilepaskan dari kerusakan lingkungan yang masif akibat penyalahgunaan kawasan hutan lindung, perampasan hutan adat, pembalakan liar, alih fungsi habitat satwa liar, serta pertambangan liar. “Ini bukan semata bencana alam. Ini dosa ekologi,” tegasnya.
Negara Sedang Diuji: Tindakan Nyata, Bukan Retorika dan Kunjungan Semata
Alima menutup dengan penegasan bahwa rakyat Aceh dan rakyat Indonesia akan terus bersuara.
“Di atas lumpur dan puing-puing ini, negara sedang diuji oleh luka rakyat dan dosa ekologi. Sejarah akan mencatat siapa yang benar-benar hadir, dan siapa yang memilih diam,” pungkasnya.



