Banda Aceh, Infoaceh.net — Bupati Aceh Utara Ismail A. Jalil atau yang akrab disapa Ayahwa meluapkan kekecewaan mendalam terhadap pemerintah pusat terkait penanganan bencana banjir dan longsor yang melanda wilayahnya sejak November 2025 lalu.
Ia mempertanyakan mengapa hingga kini Presiden Prabowo Subianto maupun Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka belum sekalipun mengunjungi Aceh Utara, padahal dampak bencana di daerah tersebut tergolong sangat parah.
Pernyataan emosional itu disampaikan Ismail dalam rapat koordinasi Satuan Tugas Pemulihan Pascabencana yang dipimpin Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, dihadiri sejumlah menteri Kabinet Merah Putih serta para kepala daerah se-Aceh, di Banda Aceh, Selasa (30/12).
“Mungkin selama ini Pak Presiden selalu ke Aceh Tamiang, ke Bener Meriah, Aceh Tengah, dan juga ke Pidie Jaya. Termasuk Pak Wakil Presiden. Tapi di Aceh Utara kayaknya belum pernah datang. Saya jadi bertanya, apa tidak tahu ada banjir di Aceh Utara?” ujar Ismail dengan nada getir.
25 Kecamatan Terendam
Ratusan Ribu Warga Terdampak
Dalam pemaparannya, Ismail menjelaskan bahwa 25 dari 27 kecamatan di Aceh Utara terdampak langsung banjir dan longsor, dengan sebaran bencana mencakup 852 desa dan 696 gampong.
Dampaknya sangat luas dan menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat.
Menurut data pemerintah daerah, bencana tersebut menyebabkan:
124.000 kepala keluarga (KK) terdampak, 433.000 jiwa merasakan langsung dampak bencana, 213 orang meninggal dunia, 6 orang masih dinyatakan hilang, sekitar 6.000 warga mengalami luka-luka 19.000 KK atau 67.876 jiwa hingga kini masih mengungsi.
“Dari 27 kecamatan, 25 kecamatan terdampak. Ini bukan bencana kecil,” tegas Ismail.
Tak Viral karena Sinyal dan Listrik Lumpuh
Ismail juga menyoroti alasan mengapa bencana di Aceh Utara seolah luput dari perhatian nasional. Ia menyebut lumpuhnya jaringan telekomunikasi dan listrik sebagai penyebab utama minimnya sorotan media dan media sosial.
“Kami ini sinyal tidak ada, Telkom mati, listrik mati. Makanya tidak viral. Mungkin yang viral di Bireuen karena jembatan putus, di Aceh Tamiang karena kota. Tapi di Aceh Utara, 25 kecamatan terdampak dan HP tidak berfungsi,” ungkapnya.
Menurutnya, kondisi tersebut membuat penderitaan warga Aceh Utara seperti tidak terlihat oleh pemerintah pusat, meski skalanya jauh lebih luas.
Kebutuhan Mendesak: Listrik, Air Bersih, Obat hingga Alat Berat
Di hadapan pimpinan DPR dan para menteri, Ismail membeberkan sejumlah kebutuhan mendesak yang hingga kini masih minim di wilayah terdampak, antara lain: Pemulihan listrik dan jaringan seluler, Gas LPG dan kompor untuk pengungsi, obat-obatan dan layanan kesehatan, air bersih
Perahu/boat untuk distribusi logistik ke wilayah terisolir seperti Sarah Raja dan Dusun Selemah.
Alat berat untuk pembersihan lumpur dan puing-puing rumah warga.
“Boat sangat kami butuhkan untuk mengantar logistik di kawasan terisolir. Air bersih dan alat berat juga sangat mendesak,” kata Ismail.
Disebut Lebih Parah dari Tsunami 2004
Dalam momen yang paling emosional, Ismail bahkan menyatakan kerusakan akibat bencana kali ini di Aceh Utara dinilainya lebih parah dibanding tsunami 2004, terutama dari sisi luas wilayah terdampak dan lamanya pemulihan.
“Saya jujur saja, kondisi Aceh Utara sekarang ini lebih parah dari tsunami 2004. Tapi pusat kayaknya tutup mata. Mungkin karena tidak viral,” ucapnya dengan suara bergetar.
Menanggapi curahan hati tersebut, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad yang memimpin rapat langsung merespons dengan singkat namun tegas.
“Lagi kita undang,” ujar Dasco, merujuk pada undangan resmi kepada Presiden Prabowo untuk berkunjung langsung ke Aceh Utara.
Ismail menutup penyampaiannya dengan harapan besar agar pemerintah pusat hadir secara nyata, tidak hanya melalui bantuan administratif, tetapi juga dengan kehadiran langsung pemimpin negara di tengah masyarakat terdampak.
“Kami hanya ingin diperhatikan. Warga kami masih menderita. Terima kasih,” tutupnya.



