INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© PT. INFO ACEH NET All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Luar Negeri

Palestina Terus Digempur Israel: Di Mana Negara-negara Arab?

Last updated: Rabu, 19 Mei 2021 21:12 WIB
By Redaksi
Share
7 Min Read
SHARE

JAKARTA — Di tengah gempuran Israel, Palestina berseru meminta bantuan. Di hadapan anggota Organisasi Kerja Sama Islam, Palestina mempertanyakan komitmen negara-negara Arab, terutama yang baru saja menormalisasi hubungan dengan Israel.

“Normalisasi dan masuk ke dalam sistem kolonial Israel sebelum mencapai perdamaian dan penghentian okupasi Israel atas tanah Arab dan Palestina berarti mendukung rezim apartheid dan berpartisipasi dalam kejahatan mereka,” ujar Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu
Ini Stategi Netanyahu jika Israel Dikucilkan Dunia

Ia kemudian berkata, “Okupasi kolonial ini harus dilawan, dihancurkan, diakhiri, dan dilarang. Percepatan normalisasi belakangan ini tak akan berdampak pada sentimen terhadap dunia Arab.”

- ADVERTISEMENT -

Pengamat hubungan internasional dari The Habibie Center, Ibrahim Almuttaqi, menilai normalisasi ini memang hanya menguntungkan Israel.

“Perjanjian ini akan lebih menguntungkan Israel daripada negara-negara Arab. Israel telah memenangkan status tertinggi (atas) pengakuan internasional oleh (negara) tetangga Arab-nya,” kata Ibrahim kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

- ADVERTISEMENT -
Jemaah umrah Indonesia panik dan khawatir melihat kilatan cahaya seperti rudal berseliweran di langit Madinah. Kepanikan jemaah umrah Indonesia sempat viral di sosial media.
Kilatan Cahaya di Langit Madinah Bikin Jemaah Umrah Indonesia Panik

Sejumlah pengamat pun menganggap pernyataan Maliki tersebut sebagai cerminan rasa frustrasi Palestina yang seolah “ditinggal” negara-negara Arab kala Jalur Gaza terus dibombardir oleh Israel hingga lebih dari 200 nyawa melayang.

Mesir dan Yordania sebagai negara Arab yang sudah sejak lama menormalisasi hubungan dengan Israel, memang menyatakan bahwa mereka akan membantu proses negosiasi, tapi belum ada bentuk konkritnya hingga kini.

Sementara itu, sejumlah negara Arab lainnya “irit” bicara, terutama mereka yang baru saja menormalisasi hubungan dengan Israel, yaitu Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.

Qatar akan melakukan pembalasan terhadap Israel, menyusul serangan yang menghantam kepemimpinan Politik Hamas di Doha pada Selasa, 9 September 2025. 
Qatar Akan Balas Serangan Israel di Doha

Seorang ahli politik dari UEA, Abdulkhaleq Abdulla, mengatakan bahwa Israel memang membuat negara-negara yang baru saja menormalisasi hubungan terjerumus dalam posisi canggung.

- ADVERTISEMENT -

“Israel sekarang ini membuat teman dan rekan-rekannya, termasuk UAE, di posisi sulit; posisi canggung. Saya rasa posisi ini akan membuat kami kembali ke titik nol,” ujar Abdulla kepada The Wall Street Journal.

Posisi canggung ini mengimpit keempat negara tersebut dalam perpecahan di dalam negerinya sendiri. Di Bahrain, warga menggelar aksi simpati untuk Palestina.

Sementara itu di Uni Emirat Arab, masyarakat terbelah dua. Sebagian warga masih menyuarakan dukungan terhadap Palestina, tapi ada pula yang membela pemerintahnya untuk mendukung Israel karena menganggap Hamas sebagai penghancur.

“Hamas meluncurkan roket dari kawasan warga sipil dan ketika balasan datang, Hamas bertanya, ‘Di mana negara Arab dan Muslim?’ Kalian yang membuat Gaza menjadi kuburan massal bagi warga tak bersalah dan anak-anak,” ujar seorang tokoh Muslim di UEA, Waseem Yousef, melalui Twitter.

Direktur Council for Arab-British Understanding (CAABU), Chris Doyle, menganggap bahwa UEA sebenarnya bisa saja membuat pernyataan membela Palestina tanpa terdengar mendukung Hamas, tapi mereka tak melakukannya.

“Ini memberikan sinyal bahwa pemimpin UEA tak akan mengubah aliansinya dengan Israel, yang dianggap akan berharga bagi rencana mereka ke depan; termasuk melawan Iran, Turki, dan Muslim Brotherhood,” tutur Doyle kepada The Guardian.

Belum lagi, UEA dan sejumlah negara Arab lainnya kini sedang menjajaki kerja sama investasi dengan Israel yang mencakup sektor pariwisata, energi, hingga teknologi.

Melihat sikap pemerintah ini, tanda pagar #PalestineIsNotMyCause semakin menggema di jagat maya sejumlah negara-negara Teluk.

Tagar ini sebenarnya sudah muncul sejak akhir April lalu. Saat itu, sejumlah analis politik Palestina menduga Arab Saudi menjadi dalang di balik penyebaran tagar tersebut.

“Tak diragukan lagi, beberapa orang dari Arab Saudi ada di balik kampanye ini. Jelas mereka menerima bantuan dari aktivis Israel,” ujar seorang analis politik Palestina di Ramallah kepada The Jerusalem Post.

Belakangan, Saudi juga dilaporkan bakal mengikuti jejak UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Dugaan ini kian kuat setelah Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, secara diam-diam bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, akhir tahun lalu.

Di Mana Arab Saudi?

Meski demikian, sejumlah pengamat menganggap Saudi masih menjaga jarak aman dengan Israel, terutama karena warganya yang konservatif.
“Arab Saudi tetap merupakan (negara dengan) masyarakat yang sangat konservatif dan legitimasi pemerintah terletak pada statusnya sebagai pembela Islam, termasuk perjuangan Palestina,” ujar Ibrahim.

Ibrahim kemudian berkata, “Jika Arab Saudi meninggalkan Palestina, kita mungkin melihat Iran menjadi lebih berpengaruh dalam masalah ini, dan ini adalah sesuatu yang ingin dihindari oleh Arab Saudi.”

Dalam pertemuan OKI pada Minggu (16/5) pun Saudi mengecam sikap Israel, meski tak menyebut langsung serangan udara di Jalur Gaza.

Peneliti dari badan think tank Inggris, Chatham House, Neil Quilliam, menganggap situasi sekarang ini dapat menjadi momen bagi Saudi untuk memikirkan ulang rencana normalisasi hubungan tersebut.

Quilliam mengatakan kepada Reuters bahwa Saudi setidaknya bisa menunda proses tersebut hingga beberapa tahun ke depan.

Seorang warga Saudi, Abdulrahman al-Towajry, mengatakan kepada Reuters bahwa ia berharap pemerintahnya benar-benar memikirkan ulang rencana normalisasi hubungan dengan Israel.

Ia pun mengkritik UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko yang menyatakan bahwa normalisasi itu dapat membuat mereka lebih leluasa berdiskusi dengan Israel dan pada akhirnya berujung ke kemerdekaan Palestina. Namun menurut al-Towajry, Israel sangat tak bisa dipercaya.

“Ada kekuatan dalam persatuan, maka jika negara-negara Arab dan Muslim bersatu, konflik ini akan berakhir. Sebenarnya semua ini sudah bisa berakhir sejak dulu jika mereka bersatu,” tutur al-Towajry.

Senada dengan al-Towajry, profesor ilmu politik Teluk dari Universitas Waterloo, Bessma Momani, juga menganggap negara-negara Arab jelas tak dapat menahan Israel dengan menormalisasi hubungan.

“Ini merupakan momen memalukan bagi negara-negara Teluk. Mereka jelas tak dapat mencegah Israel menyerang Gaza. Saya rasa mereka tak punya pengaruh apapun terhadap politik Israel sekarang ini,” ucap Momani kepada NPR.

Ia kemudian berkata, “Menurut saya, ini membuat mereka terlihat lemah di hadapan publik. Sudah pasti, mereka memberikan kesepakatan normalisasi untuk Israel, tapi tak mendapatkan apapun untuk warga Palestina.” (IA)

Previous Article KNPI Minta PT PGE Rekrut Pemuda Aceh Kelola Blok B
Next Article BNI Ungkap Alasan Tutup 96 Kantor Cabang Tahun Ini

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
Peneliti Sejarah Aceh, Dr Hilmy Bakar Almascaty
Aceh

Pernyataan KASAD Maruli Simanjuntak Soal Tanah Blang Padang Dinilai Panaskan Situasi Aceh

Minggu, 6 Juli 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN DPRK SABANG
IKLAN WALIKOTA SABANG
IKLAN BANK ACEH ABU PAYA PASI
IKLAN BANK ACEH SEKDA
IKLAN BANK ACEH KAPOLDA BARU
IKLAN DPRK SBG 2 TAYANG
IKLAN DPRK SBG 1
IKLAN DPRK SBG 3
IKLAN DPRK SBG 4
IKLAN BANK ACEH HUT TNI

Berita Lainnya

Gelombang protes besar-besaran di Nepal memasuki fase genting setelah Perdana Menteri KP Sharma Oli resmi mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025).
Luar Negeri

Gelombang Protes Berdarah, Menteri Nepal Terpaksa Dievakuasi Pakai Helikopter

Rabu, 10 September 2025
Demonstrasi di Nepal rupanya juga terinspirasi dengan protes massal di Indonesia beberapa minggu lalu. Hal ini disampaikan  mantan Penasihat Ekonomi Utama Pemerintah India, Sanjeev Sanyal, Rabu (10/9/2025).
Luar Negeri

Bakar Rumah Pejabat hingga Gedung Pemerintah, Demontrasi Nepal Disebut Terinspirasi dari Indonesia

Rabu, 10 September 2025
Gelombang demo besar-besaran di Nepal terus memanas hingga Selasa, 9 September 2025 waktu setempat. 
Luar Negeri

Belasan Tewas dalam Aksi Demo, Termasuk Istri Mantan PM Jhalanath Khanal

Rabu, 10 September 2025
Militer Nepal mengambil alih kekuasaan pada Selasa (9/9/2025) malam setelah aksi protes mematikan berjalan dua hari yang menyebabkan 20 orang tewas dan lengsernya pemerintah terpilih Perdana Menteri KP Sharma Oli. Sementara, korban luka-luka diperkirakan mencapai 350 jiwa. 
Luar Negeri

Militer Nepal Ambil Alih Kekuasaan, Pemerintahan Baru Disiapkan

Rabu, 10 September 2025
Pemerintah Aceh melalui Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haythar, menandatangani MoU kerja sama strategis dengan Pemerintah Region Ivanovo, Rusia. (Foto: Ist)
Luar Negeri

Wali Nanggroe Aceh Teken Kerja Sama Strategis di Rusia

Selasa, 9 September 2025
Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al Haythar menyampaikan terima kasih ke Presiden Rusia Vladimir Putin atas kesempatan bagi Aceh berpartisipasi dalam Eastern Economic Forum (EEF) di Vladivostok, saat diwawancarai media Rusia Argumenty i Fakty (AiF), Jum'at (5/9)
Luar Negeri

Wali Nanggroe Ucapkan Terima Kasih ke Presiden Rusia Vladimir Putin

Senin, 8 September 2025
arade militer Victory Day di Beijing, China, Rabu (3/9/2025), menghadirkan momen tak terduga. Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin justru membicarakan soal umur panjang dan keabadian, bukan hanya geopolitik atau aliansi militer.
Luar Negeri

Manusia Bisa Hidup 150 Tahun, Singgung Keabadian

Jumat, 5 September 2025
Mikrofon yang tak sengaja terbuka membuat publik mendengar percakapan pribadi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Luar Negeri

Mikrofon Bocor, Putin dan Xi Jinping Ketahuan Bahas Proyek Keabadian

Jumat, 5 September 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
login
Welcome to Foxiz
Username atau Email Address
Password

Lupa password?