BANDA ACEH – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh menyampaikan apresiasi terhadap lagu-lagu Aceh yang bernafaskan dakwah.
Hal ini dianggap sangat membantu membentuk karakter masyarakat Aceh yang sejalan dengan cita-cita dan harapan Islam.
“Banyak penyampaian dakwah yang sulit masuk ke hati seseorang, tapi kadang kala dengan dakwah dalam bentuk seni membuat pesan-pesan dakwah dapat menjangkau siapa saja di segala usia. Jadi ini adalah dakwah yang sangat hebat,” ujar Komisioner KPI Aceh Dr Teuku Zulkhairi MA, Senin (11/10).
Ia menyontohkan lagu-lagu Aceh yang dibawa Husni Al Muna dengan judul “Syukur”. Menyimak lagu ini pasti akan membuat sadar bahwa kita sebagai hamba Allah harus terus bersyukur kepada-Nya dan memetik banyak hikmah atas apapun pemberian-Nya.
Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini menambahkan, lirik-lirik lagu Husni Al Muna dalam nasyid “Syukur” ini akan membuat siapa saja yang menyimaknya akan merenungi setiap karunia Ilaihi Rabbi yang didapatkannya di dunia ini.
Selain itu, siapa yang mendengar lirik “Syukur” yang dibawakan Husni Al Muna pasti ia akan sadar bahwa kita sebagai hamba Allah harus terus bersyukur kepada-Nya dan memetik banyak hikmah atas apapun pemberianNya. Lirik-lirik Husni Al Muna dalam lagu ini akan membuat siapa saja yang menyimaknya akan merenungi setiap karunia Ilaihi Rabbi.
Begitu juga dalam lirik “Jaga Tubôh”. Mengajak generasi milenial untuk menjadi pemuda muslim Rabbani yang senantiasa menjaga diri agar menjadi hamba yang mulia di sisi-Nya.
Lirik lagu yang dibawakan dalam bahasa Aceh yang kental ini juga diyakini dapat memperdalam rasa cinta anak bangsa kepada bahasa Aceh.
“Kita butuh upaya-upaya seperti ini dari para vokalis di Aceh dalam rangka merawat Bahasa Aceh sehingga berbicara dengan Bahasa Aceh ini menjadi lebih bergairah di kalangan kawula muda millenial Aceh,” tambahnya.
Ia meyakini lirik-lirik lagu Husni Al Muna dan juga vokalis lainnya di Aceh yang disampaikan dalam Bahasa Aceh, seperti grup Tangke, Apache dan sebagainya akan sangat membantu meningkatkan rasa percaya diri millenial Aceh untuk berbicara dalam Bahasa Aceh.
“Jadi lagu-lagu seperti itu sangat bagus karena bisa memadukan antara keislaman dan keacehan. Itu adalah contoh kerja seni di dunia yang insya Allah akan memetik buah di akhirat juga,” katanya.
Pihaknya di KPI Aceh saat ini sedang berkoordinasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Dinas Komunikasi, Informasi dan Persandian (Kominsa) Aceh dan pihak lainnya untuk menghasilkan Qanun Penyiaran Aceh inisiatif DPRA, sehingga diharapkan lembaga penyiaran di Aceh semakin kuat dan eksis.
Pihaknya berharap agar kerja-kerja dakwah kelak dapat betul-betul memanfaatkan saluran lembaga penyiaran yang ada di Aceh sehingga agenda-agenda dakwah Islam di Aceh dapat tersebar ke setiap sudut tanah Aceh melalui lembaga penyiaran.
Selain itu, ia juga mengharapkan agar keacehan dapat lebih terasa dalam setiap sajian penyiaran di Aceh. (IA)