BENER MERIAH – Kabupaten Aceh Besar kembali berhasil mempertahankan Juara Umum Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-35 Tingkat Provinsi Aceh Tahun 2022 yang berlangsung di Kabupaten Bener Meriah.
Hal tersebut diketahui saat dewan hakim membacakan hasil rekapan juara-juara bidang lomba yang berlangsung di panggung utama.
MTQ yang dimulai 19 Juni 2022 itu diikuti seluruh kabupaten/kota di Aceh dengan total peserta dari seluruh cabang yang diperlombakan mencapai 1.257 orang.
Berdasarkan penilaian dewan hakim, diputuskan juara umum MTQ ke-35 Tingkat Provinsi Aceh Tahun 2022 berhasil diraih oleh Kabupaten Aceh Besar dengan perolehan nilai 69.
Bagi Aceh Besar status juara itu adalah untuk kedua kalinya secara berturut-turut, setelah sebelumnya juga juara umum MTQ Aceh ke-34 di Pidie tahun 2019.
Selanjutnya juga diumumkan kabupaten/kota yang berhasil memperoleh juara 2, 3, 4 dan seterusnya dalam kategori 10 besar.
Kabupaten/kota tersebut yaitu Pidie dan Aceh Timur sebagai peringkat 2 dengan perolehan nilai 42, peringkat 3 Bener Meriah dengan nilai 41, serta Aceh Selatan sebagai juara 4 dengan nilai 37.
Selanjutnya Aceh Utara peringkat 5 dengan nilai 35, Simeulue peringkat 6 dengan nilai 21, kota Lhokseumawe peringkat 7 dengan nilai 20, kota Subulussalam peringkat 8 dengan nilai 16, kota Banda Aceh peringkat 9 dengan nilai 14 dan terakhir Pidie Jaya berada di peringkat 10.
Seremonial penyerahan piala bergilir juara umum dilakukan oleh Sekda Aceh Taqwallah dan diterima Bupati Aceh Besar Mawardi Ali.
Sekda Aceh Taqwallah atas nama Gubernur Aceh secara resmi menutup MTQ ke-35 Tingkat Provinsi Aceh di Redelong, Kabupaten Bener Meriah Jum’at malam, 24 Juni 2022.
Dalam sambutan Gubernur Aceh yang dibacakan Taqwallah menyebutkan, Pemerintah Aceh mengucapkan syukur atas kesuksesan seluruh rangkaian kegiatan MTQ ke-35 tahun 2022.
Event MTQ itu disebut sebagai salah satu sarana yang paling efektif bagi umat Islam untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an. “Hal ini terlihat jelas, dimana para peserta membaca dengan seni dan suara yang merdu, menghafal, memahami, menulis dan menyampaikan syarahannya. Maka bentuk interaksi ini perlu dikembangkan terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya,” kata Taqwallah.