INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Syariah

Tafsir Al-Fatihah Ayat 4; Raja Dunia Akhirat

Last updated: Jumat, 10 Juli 2020 07:25 WIB
By Redaksi - Wartawati Infoaceh.net
Share
Lama Bacaan 6 Menit
Oleh: Ustadz Dr. H. Mizaj Iskandar Usman, Lc LLM*
Dr. H. Mizaj Iskandar Usman, Lc LLM
SHARE

Oleh: Ustadz Dr. H. Mizaj Iskandar Usman, Lc LLM*

Dalam suatu percakapan di meja warung kopi, seorang sejawat dengan emosi meletup-letup memaki, mengutuk dan melaknat seorang non muslim penista agama. Mendengar sumpah serapah itu, teman-teman yang lain menyanggah, “Hei, jangan lah sekasar itu. Bukannya mengutuk dan memvonis seseorang itu haknya Allah”.

Bukti Cinta kepada Rasulullah dengan Memperbanyak Shalawat

Teman yang murka itu sejurus kemudian menjawab, “Allah saja di dalam al-Qur’an mengutuk mereka yang merendahkan diri-Nya, bukannya kita diperintahkan untuk bersikap seperti sikapnya Tuhan”, sembari mengutip firman Allah pada Surat Al-Maidah ayat 64.

- ADVERTISEMENT -

Dialog imajiner di atas sering ditemukan dalam percakapan sehari-hari dalam ruang publik. Sebagai orang awam kita sering dibuat pusing dengan perdebatan semacam ini. Namun jika kita merujuk pada surat Al-Fātiḥah ayat 4, tersirat Allah memang satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menghakimi manusia. Itu pun di hari kiamat bukan di dunia. Kesimpulan semacam ini terlihat jelas jika kita mencermati penggalan kata demi kata pada ayat keempat surat Al-Fātiḥah.

Secara harfiah, kata “mālik” bermakna penguasa atau pemilik. Sedangkan kata “yaum” berarti hari dan kata “al-dīn” bisa bermakna agama, hisab atau pembalasan. Penggunaan kata “al-dīn” seperti makna terakhir juga dapat dilihat pada hadits, “kamā tadīnu tudānu (sebagaimana perbuatanmu, seperti itu lah balasan yang kamu peroleh).

- ADVERTISEMENT -
Usai Terbakar, Asrama dan RKB Pesantren Ar Rabwah Indrapuri Dibangun Kembali 

Bertitik tolak dari pemahaman semantik ini, lahir semacam pemahaman bahwa sejatinya pengadilan terhadap keyakinan seseorang hanya berlaku di akhirat dan bukan di dunia. Meskipun di dunia manusia telah mengembangkan seperangkat ilmu pengetahuan seperti ilmu kalam untuk mengukur “kadar” keyakinan seseorang.

Namun ilmu tersebut hanya mengantar manusia pada taraf ‘ilmul yaqīn (keyakinan berbasis pengetahuan) dan bukan pada level haqqul yaqīn (keyakinan sejati).
Oleh karena itu, pengadilan terhadap keyakinan seseorang tidak dilangsungkan di dunia dan tidak dilakukan oleh sesama manusia. Tetapi dilakukan di akhirat oleh Allah Penguasa hari pembalasan.

Dalam konteks ini, Tafsir Jalālain menjelaskan kenapa kuasa Allah secara spesifik disebutkan di hari kiamat, “wa khuṣṣa bil dzikri li’annahu lā mulka ẓāhirān fīhi li aḥadin illā al-Allāh ta‘ālā bidalīlin, limanil mulkul yaum?, qāla, lillah” (dan kekuasaan Allah secara khusus disebut di akhirat dikarenakan pada hari itu tiada yang berkuasa melainkan Allah sebagiamana yang dijelaskan dalam dialog antara Allah dengan manusia dalam surat Al-Ghāfir ayat 16, “siapakah yang berkuasa hari ini? Manusia menjawab, Allah).

Unicef Latih Penguatan Kapasitas 30 Amil Baitul Mal Aceh  

Ibnu Katsir dalam Tafsīr al-Qur’ānil ‘Aẓīm juga menjelaskan hal yang sama. Menurutnya frasa “māliki yaumiddīn” tidak menafikan kekuasaan Allah di dunia. Karena Allah telah mengawalinya dengan frasa “rabbil ‘ālamīn” pada ayat kedua surat Al-Fātiḥah. Frasa ini menegaskan Allah sebagai Penguasa alam semesta di dunia dan akhirat.

- ADVERTISEMENT -

Penjelasan di atas dipertegas lagi dengan firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 58 “wa rabbuka al-ghafūr dzū al-raḥmah, law yu’akhidzuhum bimā kasabū la‘ajjala lahumul ‘azāb, bal lahum maw‘idun lan yajidū mindunihi maw‘ilā (Dan Tuhanmulah Maha Pengampun dan Pemangku Rahmat, jika Allah hendak mengazab seseorang karena perbuatannya, tentu Allah akan menyegerakan azab untuk orang tersebut di dunia. Tetapi Allah menanguhkan azab bagi mereka sampai tibanya hari kiamat).

Sultanya para ulama, Syaikh ‘Izzuddīn bin ‘Abdussalām menjelaskan dalam kitabnya Syajaratul Ma‘ārif bahwa meskipun terdapat anjuran dalam hadis untuk berkarakter yang sama dengan karakternya Allah (takhalaqū bi akhlāqillāh), namun terdapat sifat-sifat Allah tertentu yang mustahil atau bahkan terlarang disandang oleh manusia.

Seperti sifat qidām (tak berawal), baqā’ (kekal), kibr (angkuh) dan lain sebagainya. Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa Nabi ditegur Allah saat mengutuk orang-orang yang memeranginya.

Diceritakan dalam Sunan al-Tirmidzī, saat berakhirnya perang Uhud. Keadaan Nabi sangat mengenaskan. Anas bin Mālik, sahabat yang ikut serta dalam barisan perang Uhud, mengilustrasikan bagaimana keadaan Nabi saat itu dengan berkata “rahang mukanya retak (syujja fī wajhihi), pelipisnya terluka (kusirat rabā‘iyyatuhu) dan bahunya terkena panah (wa rumiya ramyatan ‘alā katifi). Sembari mengusap wajahnya yang berlumur darah Nabi berkata, “kaifa tuflihu ummatun fa‘alū hadzā bi nabiyyihim wa huwa yad‘ūhum ilā Allāh (Bagaimana mungkin suatu kaum akan beruntung sedang mereka memperlakukan Nabi mereka seperti ini, padahal ia menyeru mereka ke jalan Allah).

Ternyata keluhan bernada kutukan Nabi itu membuat Allah kurang senang. Sehingga Allah menegur Nabi dengan menurunkan surat Āli ‘Imrān ayat 128 yang berbunyi “laisa laka minal amri syai’un aw yatuba ‘alaihim aw yu‘adzibuhum fainnahum ẓālimūn (Sama sekali bukan urusanmu Muhammad mengutuk atau melaknat mereka, hak Allah lah untuk menerima taubat atau mengazab mereka dikarenakan kedzaliman yang mereka perbuat). Teguran Allah itu sangat membekas dalam diri Nabi.

Pada suatu waktu Nabi diminta para sahabat untuk melaknat seseorang yang telah merendahkan diri Nabi. Nabi menjawab permintaan itu dengan berkata “innī lam ub‘atsu la‘ānan wa lā sabbābān, wa innamā bu‘itstu raḥmatan (Saya tidak diutus untuk mengutuk atau memaki manusia, sesungguhnya saya diutus untuk menjadi rahmat).

*Penulis adalah Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry

Previous Article Positif Corona di Aceh Sudah 90 Kasus, 54 Orang Sembuh Positif Corona di Aceh Sudah 90 Kasus, 54 Orang Sembuh
Next Article Berantas Rentenir, OJK Aceh Buka Akses Keuangan Masyarakat

Populer

Aceh
Korban Meninggal Banjir Aceh Bertambah Jadi 35 Orang
Sabtu, 29 November 2025
Aceh
PLN Diminta Segera Bangun PLTG Ladong Perkuat Sistem Kelistrikan Banda Aceh
Sabtu, 29 November 2025
Aceh
Istri Gubernur Aceh Dua Hari Terjebak Banjir di Aceh Utara
Sabtu, 29 November 2025
Nasional
BNPB Ungkap Tiga Kabupaten Terisolir di Aceh Akibat Banjir-Longsor: Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues
Sabtu, 29 November 2025
Viral Link Video Syakirah Versi Terbaru Berdurasi 16 Menit Beredar di X dan TikTok
Umum
Viral Link Video Syakirah Versi Terbaru Berdurasi 16 Menit Beredar di X dan TikTok
Rabu, 28 Mei 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

Syariah

Abuya Syekh Amran Wali: Cinta Dunia Membuat Seseorang Sulit Ikhlas dalam Ibadah

Selasa, 25 November 2025
Syariah

Fatwa MUI: Rumah dan Tanah yang Dihuni Tidak Boleh Dipajaki Berulang

Senin, 24 November 2025
Wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee, Tgk Mustafa Husen Woyla SPdI
Syariah

Tujuh Golongan Mendapat Naungan Allah di Hari Kiamat, Pilih Salah Satu

Jumat, 21 November 2025
Ustaz Derry Sulaiman akan mengisi Tabligh Akbar dan Doa Bersama Maulid Raya Pemko Banda Aceh.
Syariah

Ustaz Derry Sulaiman Isi Ceramah Maulid Raya Pemko Banda Aceh, Dihadiri Menteri Kebudayaan

Rabu, 19 November 2025
Syariah

Ustaz Ismu Ridha: Kerusakan Alam Akibat Ulah Manusia, Menjaga Bumi Bagian dari Ibadah

Sabtu, 15 November 2025
ilustrasiTidur di Dalam Masjid
Syariah

Tidur di Masjid, Boleh Tapi Jangan Sembarangan: Ini Penjelasan Ulama

Sabtu, 8 November 2025
Akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Tgk Saifuddin A. Rasyid
Syariah

Krisis Akhlak Kian Mengkhawatirkan, Tidak Malu Lagi Pamer Perilaku Menyimpang

Jumat, 7 November 2025
Kebijakan baru Pemerintah Indonesia yang membuka peluang umrah secara mandiri kini memberi masyarakat lebih banyak pilihan untuk beribadah ke Tanah Suci.
Syariah

Umrah Mandiri vs Travel: Mana Lebih Hemat dan Aman?

Sabtu, 1 November 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?