Banda Aceh — Kalau pada 31 Juli 2020 yang lalu Aceh mendapat tambahan sejumlah 103 kasus baru positif terinfeksi Coronavirus Disease (Covid-19), maka rekor yang awalnya dianggap tertinggi itu, pada hari ini Selasa, 17 Agustus 2020 kembali pecah, setelah Aceh mendapat tambahan kasus baru sejumlah 168 orang yang menjadi rekor tertinggi sejak kasus pertama positif covid-19 ditemukan di Aceh.
Kasus ini semakin menunjukkan kalau pecegahan dan penanganan covid-19 di Aceh dilakukan dengan pendekatan yang lamban dan tidak TSM (terstruktur, sistematis dan massif).
Harus diingat kalau kasus hari ini itu didominasi oleh pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unsyiah, sedangkan untuk pemeriksaan specimen swab lain dilakukan di Jakarta yang membutuhkan waktu berhari-hari.
“Kita tidak dapat membayangkan kalau sampai temuan specimen swab pada kasus yang diperiksa di Jakarta ternyata lebih dominan positif covid-19 padahal warga tersebut dalam beberapa hari masih berkeliaran di tengah warga masyarakat karena belum mendapat hasil test swab-nya,” ujar Pengamat Kebijakan Publik Aceh, Dr. Nasrul Zaman, ST M.Kes, Selasa (17/8).
Ditambahkannya, sebenarnya banyaknya kasus positif covid-19 yang didapat pada hari ini bisa menjadi suatu yang disyukuri jika temuan ini seluruhnya ditemukan oleh hasil pemeriksaan laboratorium FK Unsyiah karena bisa secepatnya dilakukan beberapa pengkondisian pembatasan atau isolasi pada warga positif covid-19 dimaksud.
Namun, akan menjadi tragedi jika dominan kasus hari ini adalah hasil pemeriksaan yang dilakukan laboratorium di Jakarta.
“Sebagai warga yang memiliki sedikit pengetahuan tentang pemberdayaan kesehatan masyarakat, keadaan ini bisa disimpulkan bahwa jumlah warga positif covid-19 tersebut belum berada pada titik kulminasi karena kelak jika laboratorium Balitbangkes Aceh telah beroperasi kembali dan laboratorium swab PCR mobile yang dijanjikan Pemerintah Aceh telah juga beroperasi maka jumlah kasus positif covid-19 dipastikan akan meningkat signifikan,” terang Nasrul Zaman yang juga Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah (Unmuha) Aceh.