INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Biografi Ulama Aceh

Teungku Peukan Blangpidie, Ulama Kharismatik Simbol Perlawanan Kolonial Belanda

Last updated: Sabtu, 22 Agustus 2020 11:09 WIB
By Redaksi - Wartawati Infoaceh.net
Share
Lama Bacaan 6 Menit
SHARE

Menyebutkan perjalanan keilmuan para ulama Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya rasanya belum sempurna sebelum mengenal tentang ulama yang berasal dari Padang Ganting Manggeng yang disebut dengan Teungku Peukan.

Bagi masyarakat Blangpidie secara khusus, Teungku Peukan adalah ulama dan simbol perlawanan rakyat untuk kolonial Belanda. Teungku Peukan yang dibahas ini merupakan ulama anak dari seorang ulama yang disebut dengan Teungku Padang Ganting.

Aba H Asnawi bin Tgk Ramli atau yang lebih dikenal Aba Asnawi Lamno
Aba Asnawi Lamno, Sosok Ulama Alim dan Tawadhu Penggerak Ekonomi Dayah

Teungku Peukan bersama pengikutnya syahid di tahun 1926, dan usianya ketika itu 40 tahun, karena beliau diperkirakan lahir tahun 1886. Kuburan beliau yang berada dalam komplek kawasan Mesjid Jamik Baitul Adhim Blangpidie menjadi saksi betapa kokohnya semangat yang dimiliki ulama tersebut dengan para pengikutnya.

- ADVERTISEMENT -

Peristiwa perlawanan Teungku Peukan memiliki kemiripan dengan peristiwa perlawanan para ulama di Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat dibawah pimpinan Kiyai Haji Zainal Mustafa dan mirip pula dengan perlawanan masyarakat Cilegon yang dipimpin oleh Syekh Abdul Karim Banten dan para ulama lainnya.

Tidak banyak informasi tentang awal mula perjalanan intelektual Teungku Peukan sang ulama tersebut. Tapi yang pasti sebelum terjadi pemberontakan, pada tahun 1921 di Labuhan Haji dikirim seorang ulama terpandang yang dikenal dengan Abu Lampisang yang berasal dari Siem Aceh Besar.

- ADVERTISEMENT -
Abu Kuta Krueng, yang memiliki nama asli Tgk H Usman bin Ali
Abu Kuta Krueng, Sosok Ulama Tasawuf Aceh yang Diharapkan Doanya

Sedangkan di Blangpidie dikirim dari Kuta Raja Teungku Muhammad Yunus Lhoong yang dikenal dengan Teungku di Lhoong.

Teungku di Lhoong adalah ulama yang anti kolonial Belanda. Beliau disebutkan berteman dengan Teungku Peukan. Sehingga sebelum melakukan penyerangan Tangsie Belanda, Teungku Peukan bersama pasukannya singgah di Balai Pengajian Teungku di Lhoong setelah menempuh perjalanan 20 KM berjalan kaki dari Manggeng.

Tepatnya subuh Jumat tanggal 11 September 1926, Teungku Peukan bersama puluhan pengikutnya menyerang tangsie Belanda pada waktu sahur, maka para marsose yang sedang terlelap banyak yang tewas seketika.

Ulama kharismatik Aceh Tgk H Ishak Bin Ahmad atau dikenal Abu Ishak Lamkawe wafat pada usia 78 tahun
Abu Ishak Lamkawe, Ulama Kharismatik dan Tawadhu’ Gurunya Abu Mudi

Setelah melihat kemenangan dan larinya para marsose tersebut, Teungku Peukan kemudian mengumandangkan azan. Ketika beliau mengumandangkan azan, salah satu pasukan Belanda menembak Teungku Peukan, dan beliaupun syahid dalam peristiwa itu.

- ADVERTISEMENT -

Setelah syahid Teungku Peukan dan beberapa pasukannya, beliau kemudian dikuburkan langsung dengan pakaiannya, tidak diprosesi sebagaimana jenazah biasa.

Mengetahui hal yang demikian, maka Belanda menganggap Teungku di Lhoong memihak kepada Teungku Peukan dan para pejuang. Maka tidak lama setelah peristiwa penyerangan tangsie Belanda, Teungku di Lhoong tadi dikembalikan kembali ke Kuta Raja Banda Aceh.

Pada tahun yang sama pula pulang dari Kedah Yan Malaysia Abu Syech Mahmud yang baru selesai belajar di Madrasah Irsyadiah, madrasah yang dipimpin oleh Teungku Chik Muhammad Arsyad Diyan.

Sekitar lima tahun beliau belajar di Yan Kedah, dimana sebelumnya beliau telah belajar di Siem Krueng Kalee kepada Abu Haji Hasan Kruengkalee, telah mengantarkan Abu Syech Mahmud menjadi ulama muda yang diperhitungkan.

Selain alim, Abu Syech Mahmud juga dikenal dengan kezuhudan dan keluhuran budinya. Sehingga pada tahun 1926 setibanya di Lhoknga kampung asalnya, Abu Syech Mahmud diminta oleh Tuwanku Raja Keumala dan Abu Kruengkalee untuk dikirim ke Blangpidie menggantikan posisi Teungku Yunus di Lhoong yang ditarik kembali setelah peristiwa Teungku Peukan.

Maka pada tahun 1927 Abu Syech Mahmud tiba di Blangpidie, dan satu tahun berikutnya beliau membangun lembaga pendidikan yang dikenal dengan Bustanul Huda.

Abu Syech Mud sendiri merupakan pelanjut perjuangan Teungku Peukan dan Teungku di Lhoong. Walaupun memang jalur yang beliau tempuh tidak melalui perlawanan langsung, namun beliau mendidik masyarakat dengan ilmu, ketauhidan sehingga mampu berjihad secara intelektual.

Sehingga banyak murid-muridnya yang menjadi ulama terpandang salah satunya adalah Abuya Syekh Muda Waly yang menjadi sentral ulama dayah pada periode sesudahnya.

Karena memang setelah perjanjian Aceh dan Belanda pada tahun 1903, maka para ulama terbagi dua dalam perjuangan. Boleh berjuang secara fisik seperti yang ditempuh oleh Teungku Chik Mahyed Tiro dan para ulama lainnya termasuk Teungku Peukan Blangpidie.

Maupun jihad non fisik seperti yang dilakukan oleh banyak ulama yang membangun dayah dan lembaga pendidikan seperti yang dilakukan oleh Abu Meunasah Kumbang, Abu Idris Tanjungan, Abu Lambhuk, Abu Kruengkalee dan ulama lainnya termasuk Abu Syech Mahmud Blangpidie.

Para ulama-ulama tersebut tidak pernah saling menyalahkan dengan langkah-langkah yang mereka ambil karena semua mereka ingin mengantarkan umat ini untuk keluar dari kegelapan kepada cahaya Islam dan demi membangun peradaban yang baru.

Maka setelah syahidnya Teungku Peukan, perlawanan masih terus berlanjut di beberapa tempat, sedangkan Abu Syech Mahmud juga berjihad dengan intelektualnya, sehingga mengkader banyak para ulama yang menjadi suluh bagi masyarakatnya.

Rentetan sejarah dari Teungku Peukan, Abu Syech Mahmud, Abuya Haji Hamid Kamal, dan Abu Muhammad Syam Marfaly merupakan tali tersambung yang dibuat oleh para ulama untuk mencerdaskan masyarakat. Rahimahumullah Rahmatan Wasi’atan. Alfaatihah.

Ditulis Oleh:
Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Lc

Previous Article Perluasan Jalan T. Iskandar, Pemko Siapkan Pembebasan Lahan
Next Article Cegah antrean solar di SPBU, Pemerintah Aceh diminta berlakukan lagi program stiker BBM bersubsidi Penempelan Stiker Untuk Mempermalukan Pemakai BBM Subsidi

Populer

Surat Warga
Koordinator PKH Langsa Baro Terobos Longsor Jemput Warga Terisolir di Sukajadi Makmur
Jumat, 5 Desember 2025
Siapa Andini Permata Videonya Berdurasi 2 Menit 31 Detik Bareng Adiknya Viral di Medsos
Umum
Siapa Andini Permata? Sosok Fiktif di Balik Video 2 Menit 31 Detik yang Jadi Umpan Penipuan Digital
Jumat, 11 Juli 2025
Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem bersama kedua istrinya, Marlina Usman atau Kak Ana (Ketua TP PKK Aceh) dan Salmawati SE atau Bunda Salma (Anggota Komisi III DPRA). (Foto: Ist)
Aceh
Dua First Lady Aceh: Antara Kak Ana dan Bunda Salma, Siapa Paling Berpengaruh?
Kamis, 3 Juli 2025
Ekonomi
Naikkan Harga Barang, Pedagang Cari Laba dalam Bencana Aceh
Jumat, 5 Desember 2025
Aceh
Aceh Tamiang Porak-poranda: Bau Menyengat Ratusan Jenazah Belum Dievakuasi
Kamis, 4 Desember 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow
IKLAN HARI PAHLAWAN PEMKO
IKLAN PEMKO SABANG SUMPAH PEMUDA
IKLAN BANK ACEH HARI SANTRI
IKLAN DJP OKTOBER 2025

Berita Lainnya

Biografi Ulama Aceh

Abu Tumin, Ulama Kharismatik Pengawal Agama Masyarakat Aceh

Kamis, 19 Juni 2025
Biografi Ulama Aceh

Abu Lueng Angen, Ulama Kharismatik yang Mengorbit Banyak Ulama dan Mustajab Doanya

Selasa, 7 Maret 2023
Biografi Ulama Aceh

Tgk Chiek Di Simpang, Ulama Besar Aceh Penulis Kitab Lapan

Rabu, 28 Juli 2021
Biografi Ulama Aceh

Abu Daud Zamzami; Ulama Dayah Pencerah Umat, Nasehati Umara dengan Pemikiran Jernihnya

Rabu, 17 Maret 2021
Habib Muhammad bin Achmad al-Athas Simpang Ulim
Biografi Ulama Aceh

Habib Muhammad, Waliyullah Cucu Rasulullah Pendiri Masjid Ba’alawi di Aceh

Sabtu, 11 Oktober 2025
Biografi Ulama Aceh

Abu Zulkifli Ahmad Cot Mane, Ulama Ahli Fiqih Pimpinan Dayah MUDI Abdya

Sabtu, 14 November 2020
Biografi Ulama Aceh

Abu Muhammad Darimi, Sosok Ulama Tawadhu’ Yang Luas Keilmuannya

Sabtu, 7 November 2020
Biografi Ulama Aceh

Abu Daud Teupin Gajah, Ulama Tasawuf Murabbi Masyarakat Aceh Selatan

Minggu, 1 November 2020
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?