ACEH UTARA — Menjelang 76 tahun Indonesia Merdeka, hingga kini makam pahlawan nasional Cut Meutia di Kabupaten Aceh Utara tidak dipedulikan oleh Pemerintah.
Bayangkan saja, sudah puluhan tahun, makam pahlawan wanita asal Tanah Rencong itu masih sangat terisolir dan sulit diziarahi orang. Jarak tempuh yang jauh hingga ke tengah hutan belantara, ditambah lagi akses jalan yang sulit dilalui dan berisiko.
“Akses jalan menuju ke makam pahlawan yang berada di kawasan hutan lindung Gunung Lipeh, Ujong Krueng Kereuto, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara itu dalam kondisi berlumpur layaknya kubangan kerbau, sehingga sangat sulit dilalui oleh masyarakat yang ingin berziarah.
Kami dari karabat dan para cucu dan cicit dan juga bangsa Aceh mempertanyakan kemana Pemerintah Pusat? Kemana kekayaan negara dibawa? Kenapa jalan menuju makam pahlawan nasional Cut Meutia yang diakui sampai hari ini bagaikan kubangan kerbau,” ujar Tgk Muslim At Thahiri, selaku karabat Cut Nyak Meutia, dalam pernyataannya, Senin (26/7).
Dikatakannya, 76 tahun Indonesia sudah merdeka dengan berkat darah dan nyawa para pahlawan dalam mengusir penjajah Belanda dan Jepang, mereka tidak sempat merasakan kemerdekaan di dunia walaupun mereka di sisi Allah adalah hidup dan penuh dengan kemerdekaan.
Namun, alangkah sedihnya bagi anak cucu dan cicit Cut Nyak Meutia dan juga karabat serta keluarga besar kadang belum sempat ziarah ke makam Cut Nyak Meutia karena jarak tempuh yang jauh dan jalan menuju makam Cut Nyak Meutia sampai hari ini masih belum bisa dilalui dengan mudah,
“Jalan menuju ke makam Cut Nyak Meutia harus naik kendaraan (jonder traktor) kurang lebih enam jam dengan penuh risiko,” terangnya.
Seharusnya, kata Tgk Muslim, bukan cuma cucu dan cicit serta karabat yang ingin ke makam
Cut Nyak Meutia untuk menziarahi supaya semangat Cut Nyak metia dalam melawan penjajah dapat diwarisi kepada seluruh anak bangsa serta dapat dikenang sepanjang masa, tetapi apa hendak dikata sampai hari ini jalan menuju makam masih belum layak dilalui.
Padahal Indonesia merdeka sudah 76 tahun dari Presiden Soekarno, Soeharto, BJ Habibi, Megawati Soekarnoputri, Abdurrahman Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono sampai Joko Widodo.
“Para elit dan keturunannya telah banyak merasakan kesenagan di negeri ini, mereka hidup bergelimpangan dengan harta, penuh kemewahan, jalan menuju tempat usaha dan rumah mereka mulus bagaikan marmar, tetapi kenapa masih ada anak cucu para pahlawan belum bisa menziarahi makam neneknya,” ungkap Tgk Muslim.
Cut Nyak Meutia yang telah menghibahkan darah dan nyawanya untuk kemerdekaan negeri ini bahkan rela hidup di hutan belantara tanpa makanan, ditemani oleh binatang buas demi mempertahankan kedaulatan agar tak dirampas oleh Belanda, sehingga ada Indonesia dan diakui oleh PBB semuanya karena ada jiwa jiwa merdeka yang tak mau menjual kedaulatan demi kesenangan sementara.
“Makam pahlawan Nasional As Syahidah Cut Nyak Meutia tidak diperdulikan oleh Pemerintah layaknya makam pahlawan,” pungkasnya. (IA)