Banda Aceh – Ulama, pemerintah dan masyarakat Aceh diajak untuk dapat mengembangkan lagi sifat dan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun daerah menuju kejayaan sesuai tuntunan syariat Islam.
Dengan mengamalkan ajaran tasawuf, maka akan terhindar dari berbagai penyakit hati yang lebih bersifat batin seperti egois, sombong riya, sum‘ah, ujub, takabur, iri, dengki dan hasut, serta tamak dan serakah, termasuk menganggap ilmu dirinyalah yang paling benar.
Hal itu disampaikan Pimpinan Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf (MPTT) Asia Tenggara Abuya Syech Haji Amran Waly Al-Khalidy pada konferensi pers “Memperkuat kemitraan antara MPTT Indonesia (MPTT-I) dengan media agar melahirkan informasi yang tabayyun”, di Markas MPTT-I Aceh, Jalan Prof Ali Hasjmy Gampong Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Selasa (26/01/2021).
Turut hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat MPTT-I Tgk H Sahal Tastary, Ketua MPTT-I Aceh, Teungku H. Kamaruzzaman, Penasihat MPTT-I Aceh, Tgk H Syukri Daud (Abi Pango), dan sejumlah pengurus lainnya.
“Selain Tauhid dan Fiqh untuk beribadah kepada Allah, yang sangat penting lainnya untuk menjaga keseimbangan adalah Tasawuf. Ini memperbaiki akal budi manusia, melahirkan akhlak mulia dan mensucikan serta membersihkan hati dari berbagai penyakit batin,” terang Abuya Amran.
Ia menjelaskan, dasar dari ajaran tasawuf adalah mensucikan diri dari dosa, mencari ridha Allah, dan hidup dalam keadaan zuhud. Baginya, akhirat itu lebih utama dari kehidupan dunia. Senantiasa mereka menghiasi hati dengan cinta dan menghias diri dengan akhlak yang mulia.
Tidak sedikit orang yang terlihat rajin dalam beribadah kepada Allah dalam kesehariannya, juga kerap dihinggapi penyakit hati. Hal ini terjadi sebagai akibat merasa paling benar dengan ilmu dan ibadahnya serta menilai rendah orang lain. Sehingga nilai-nilai ibadahnya itu tidak tercermin dalam akhlak dan perilaku sehari-hari sehingga sering ia bermasalah dalam hubungan dengan sesama manusia dan makhluk Allah lainnya.