Seseorang yang memiliki penyakit hati tidak dapat mengetahui penyakitnya sendiri walaupun dengan alat medis canggih sekalipun.
Obat hati yang satu ini tidak cukup dengan berobat kepada dokter dengan memakai obat yang biasa. Namun memerlukan obat yang luar biasa, lebih ampuh yaitu dengan terapi hati, yang memakai tasawuf sebagai media terapi.
Dalam Alquran diterangkan, bahwa orang-orang yang beruntung adalah yang mensucikan jiwa sebagaimana ajaran tasawuf. Ini menjadi pendorong bagi muslim untuk memelihara hati dan menjaganya agar tidak terkotori oleh hal-hal duniawi atau hal-hal yang merusak ketentraman jiwa.
Ini mendorong untuk senantiasa mencintai Allah dan Allah akan mengampuni dosa bagi yang mencintai Allah. Tentu ini pun juga menjadi dasar tasawuf bahwa kecintaan pada Allah adalah segala-galanya.
Lebih lanjut Abuya Amran Waly mengungkapkan, Aceh termasuk daerah yang mempelopori ajaran tasawuf.
Hal ini seperti terjadi dulu di masa kejayaan Aceh ketika masih hidupnya ulama besar seperti Tgk Syekh Abdur Tauf atau Tgk Syiah Kuala dan Hamzah Fansury.
“Sekrang kita hidupkan lagi ajaran Tasawuf ini untuk mengulangi kegemilangan Aceh seperti dulu lagi,” ajak Abuya Amran.
Pimpinan MPTT-I Asia Tenggara Abuya Syekh Haji Amran Waly Al-Khalidy juga, menjelaskan keberadaan MPTT-I selama ini dengan ajaran tauhid tasawufnya, ada ulama di Aceh ini yang setuju dengan keberadaan MPTT-I dan ada juga ulama yang tidak setuju.
Yang tidak setuju menganggap bahwa ajaran tasawuf yang diajarkan Abuya Amran dinilai sangat tinggi dan tidak diterima oleh akal orang awam.
“Ulama berbeda-beda dalam menanggapi ilmu tasawuf. Ada yang mengganggap terlalu tinggi tidak sanggup diterima oleh orang awam. Padahal ilmu tasawuf itu tidak tinggi dan itu merupakan perintah Allah untuk kita amalkan,” tutur Abuya.
Begitu juga keberadaan MPPT-I di kalangan masyarakat masih antara setuju dan tidak setuju. Padahal ajaran MPTT-I ini bukanlah ajaran baru, tetapi sudah ada sejak ulama terdahulu. “Namun mungkin saja mereka yang menolak, belum sampai ilmu tauhid tasawuf atau tidak pernah mendengar sebelumnya,” ungkap Abuya. (IA)