“Kita tidak perlu lagi mengirim sampel swap itu ke laboratorium yang ada di Jakarta. Sudah bisa kita lakukan di Aceh,” jelas Nova.
Laboratorium Balai Litbangkes Aceh ini baru dioperasikan setelah mendapat cairan reagen. Hingga hari pertama pengoperasian, mereka telah mendapat 80 reagen untuk uji 80 sampel swab.
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan pihaknya terus melakukan upaya untuk mengadakan cairan reagen dari berbagai jaringan.
Kepala Balai Litbangkes Aceh, dr. Fahmi Ikhwansyah, yang turut mendampingi Nova pada peresmian itu mengatakan proses pengujian hingga keluarnya hasil membutuhkan waktu dua hari. “Jika sampel swab-nya masuk pukul 10 pagi hari ini, maka besok sore hasilnya sudah keluar,” ujar dr. Fahmi.
Untuk itu, ia sangat berharap semua sampel swab pasien dapat diterima pihaknya di bawah pukul 10.00 WIB. “Karena tidak mungkin mengerjakan satu per satu sampel,” sebutnya.
dr Nelly, Staf Balai Litbangkes Aceh menambahkan, untuk memeriksa dua sampel dengan 94 sampel butuh waktu dan bahan yang sama. Jika dilakukan dengan sampel yang banyak dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga.
Ia menjelaskan, sekali running mesin Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR) di Laboratorium Balai Litbangkes Aceh dapat menguji 94 sampel swab pasien COVID-19.
Selain peresmian laboratorium pemeriksaan sampel swab, pada kesempatan itu juga dilakukan penyerahan Alat Pelindung Diri (APD) berupa baju hazmat berjumlah 400 pcs. APD itu merupakan bantuan dari PT. Bank Aceh Syariah untuk kebutuhan tim medis Balitbangkes RI Aceh.
Plt Gubernur Nova Iriansyah juga memastikan, ketersediaan APD untuk tim medis Aceh saat ini telah mencukupi. Penegasan itu, kata Nova, penting untuk menjawab kekhawatiran sejumlah pihak terkait tidak cukupnya persediaan APD.
“Jadi saya pastikan APD di Aceh tidak kurang. Tapi untuk mengantisipasi apabila terjadi ledakan kasus tentu kita harus terus memperbanyak lagi jumlahnya,” pungkas Nova. (m)